security001Avatar border
TS
security001
Bhutan : kerajaan Buddha terakhir yg paling bahagia di dunia
Bhutan terletak di bawah pegunungan Himalaya, tanahnya tidak subur, hasil tambangnya tidak banyak dan pendapatan warganya tidak tinggi, akan tetapi ia termasuk salah satu negara terbahagia di dunia.

Kerajaan Bhutan yang terletak di bawah pegunungan Himalaya antara Tiongkok dan India, pada 1865 menjadi protektorat Inggris dan 1949 dialihkan kepada India.



Thimphu, ibu kota Bhutan.Terletak di daerah lembah, namun rakyatnya tidaklah tertutup. Di Ibukotanya, dimana-mana, terdapat warnet. Di desa2, petani bergembira berkomunikasi dengan handphonenya.



Nama negara Bhutan dalam bahasa lokal ialah: Druk Yul, yang bermakna Tanah Naga Guruh, lagu kebangsaannya ialah Drukyle (Kerajaan Naga Guruh). Arti Bhutan dalam bahasa Sansekerta ialah “Dataran tinggi di sebelah Tibet”, agama Buddha aliran Tibet (Tantrayana) mempengaruhi kepercayaan dan gaya hidup rakyat setempat.


Bendera Kebangsaan Bhutan. Di sini, tidak ada pembelanjaan militer dan senjata, namun rakyatnya dapat menikmati fasilitas medis dan pendidikan yang gratis.


Dalam hal ini bisa dicermati dari bendera kebangsaan Bhutan, yakni bendera nasional Bhutan terbagi oleh garis diagonal yang membentuk 2 segitiga dengan warna kuning emas dan merah jeruk serta pada garis diagonalnya terdapat seekor naga terbang putih.

Warna kuning emas melambangkan kekuasaan raja; warna merah jeruk adalah warna jubah Lama (biksu) Tibet yang melambangkan kekuatan spiritual agama Buddha; naga putih nan bersih melambangkan negara Bhutan ini, sedangkan mutiara putih digenggamannya melambangkan kewibawaan dan kesucian.



Di sini tidak ada produk mewah LV, tidak ada Roll Royce, tidak ada orang memamerkan kekayaan. Istana raja bahkan lebih kecil daripada beberapa rumah penduduk.



Selama ratusan tahun Bhutan tidak memiliki sistem sensus kependudukan yang lengkap, maka itu statistik kependudukan Bhutan tidak akurat, diperkirakan berpenduduk sekitar 700.000 hingga 1.500.000 orang; terutama didominasi suku Tibet dan suku Nepal.

Suku Tibet terutama menetap dan tersebar di bagian barat, kurang lebih 65% dari populasi keseluruhan. Suku Nepal tersebar di bagian selatan, sekitar 35%. Selain itu masih ada suku India.


Dalam budaya Bhutan, orang diharapkan memikirkan tentang kematian lima kali sehari. Justru hal ini yang membuat mereka makin menghargai dan menikmati hidup tiap detiknya.



Bhutan adalah negara agama yang seluruh warganya beragama ada sebanyak 75% warga menganut agama Budha Tantrayana aliran Tibet, sebanyak 25% menganut agama Hindu.

Agama Budha aliran Tibet (Tantrayana) mempengaruhi kepercayaan dan gaya hidup setempat.

Pengalaman kebahagiaan Bhutan

Bhutan disebut sebagai “Shangrilla di kaki gunung Himalaya” yang 97% rakyatnya menganggap diri mereka sangat berbahagia.

Bukannya kebahagiaan yang berasal dari pemuasan nafsu dunia fana, melainkan berasal dari keyakinan dan konsep tahu-cukup.


Menekankan kesetaraan dan keseimbangan, sehingga rakyat Bhutan sangat percaya diri akan bangsanya sendiri, tidak seperti negara miskin lain yang menganggap budaya bangsanya adalah gejala keterbelakangan dan harus dibuang.



Orang Bhutan beranggapan kemiskinan yang sesungguhnya adalah apabila tak mampu beramal kepada orang lain, mereka sudah sangat puas asalkan memiliki sawah dan rumah.

Dikarenakan mereka adalah umat Buddha, maka mereka tidak membunuh makhluk berjiwa, itulah sebabnya mereka mengimpor daging dari India. Namun demikian di atas meja makan jarang terlihat makanan jenis daging, melainkan makan sayur-sayuran atau produk dari susu sudah membuat mereka puas.



Jigme Singye Wangchuck IV, Raja Buthan ke-4



Pengalaman kebahagiaan Bhutan berasal dari Jigme Singye Wangchuck IV, sang mantan raja yang tidak mendahulukan perkembangan ekonomi melainkan mendirikan sebuah negara yang berbahagia sebagai amanah jabatannya, dengan kesetaraan, kepedulian dan konsep ekologi menyulap Bhutan menjadi negara besar dalam hal kebahagiaan.

Pada 2005, Bhutan menjadi fokus berbagai media besar seantero dunia, “Model Bhutan” ciptaannya, teori Gross National Happiness (GNH) yang  ia usulkan memperoleh perhatian seksama masyarakat internasional dan menjadi tema pelajaran ilmu ekonomi yang digandrungi para pakar dan institut penelitian sebagian negara seperti AS, Jepang dan lain-lain. Konsep “baru” dalam pandangan negara maju pada abad-21 ini, di Bhutan diam-diam telah dijalankan selama hampir 30 tahun lamanya.

Yang disebut “Model Bhutan” ialah mementingkan perkembangan yang seimbang antara materi dan spiritual, perlindungan terhadap lingkungan hidup dan proteksi terhadap kebudayaan tradisional diletakkan di atas perkembangan ekonomi, standar untuk pengukuran perkembangan ialah Gross National Happiness (GNH).

Raja Wangchuk sangat memperhatikan pelestarian lingkungan hidup Bhutan, ia memberlakukan larangan merokok di seluruh negeri, melarang impor kantong plastik. Selain itu pemerintah menentukan, setiap orang setiap tahun minimal harus menanam 10 batang pohon.

Angka cakupan hutan belantara di Bhutan sebesar 72%  berada pada urutan nomor 1 di Asia. Sebanyak 26% tanah di seluruah negeri dijadikan taman nasional.

Pada 2005 Bhutan memperoleh hadiah “Pengawal Bumi” dari Pelestarian Lingkungan Hidup PBB (United Nations Environment Programme, UNEP).


Paro Taktsang, merupakan tempat paling suci di Bhutan.Sebuah kompleks candi pertama kali dibangun pada tahun 1692. Adalah gua tempat Guru Padmasambhava. Padmasambhava adalah sosok yang dipuji karena memperkenalkan Buddhisme ke Bhutan.



Demi melindungi lingkungan hidup dan kebudayaan mereka, Bhutan rela “mengurangi profit” dan mempunyai pertambangan tapi tidak dibuka.

Orang Bhutan beranggapan, “Kehidupan yang benar-benar bernilai, bukannya hidup di tempat dimana dapat menikmati materi tingkat tinggi, melainkan memiliki taraf spiritual dan kebudayaan yang kaya.”



Salah Satu Festival Taahunan di Bhutan. Negeri ini adalah negara yang kaya kehidupan spiritual dan budaya. 99% mahasiswa memilih kembali ke pertiwinya setelah lulus dari luar negeri.



Oleh karena tidak menghendaki turis yang meluber dapat merusak tradisi kebudayaan dan ekologi, maka barang siapa yang memasuki Bhutan diharuskan membayar biaya visa sebesar US$ 200 (sekitar Rp 2 juta), membatasi dengan tarif tinggi agar Bhutan tak mengalami pencemaran yang berlebihan yang dibawa dari dunia luar.



Kehidupan di Bhutan bukan sempurna tanpa celah. Tiap hari makanan yang disajikan selalu sayur-sayuran ditumis dengan cabe. Daging adalah menu yang jarang disuguhkan.


Pada akhir 2004, pemerintah Bhutan mengumumkan perintah pelarangan merokok di seluruh negeri. Ini adalah pelarangan merokok total kali pertama di dunia, para warganya dilarang  menghisap rokok di tempat umum maupun lokasi terbuka manapun.

Penghasilan Bhutan terutama berasal dari hasil pertanian. Dewasa ini, setiap warga Bhutan diperbolehkan mengajukan permohonan tanah pertanian di desa kepada pihak pemerintah. Mereka membajaknya dengan cara tradisional dan tidak menggunakan pupuk kimia.

Raja Berinisiatif Menegakkan Demokrasi

Sewaktu dinobatkan sebagai raja pada 1972, Jigme Singye Wangchuck IV yang kala itu berusia 17 tahun adalah raja tampan termuda di dunia.  Setelah ia naik tahta, ia mengubah Bhutan yang sangat miskin menjadi negara berbasiskan modernitas berskala permulaan, terdapat empat buah PLTA ukuran besar yang menjamin pasokan aliran listrik, bersamaan dengan itu masih bisa mengekspor 71% nya ke India, dan menjadi sumber pemasukan terbesar Bhutan. Warganya menikmati pendidikan dan pengobatan gratis.



Raja Butan ke-4 Jigme Singye Wangchuck(kanan), saat memasangkan mahkota kepada anaknya Jigme Khesar Namgyel sebagai raja ke-5 pada tanggal 6 November 2008. Saat dilantik berusia 28 tahun dan merupakan lulusan dari Oxford Inggris


Raja mengabaikan tentangan massa, telah membuka diri bagi pasar saluran TV satelit dan internet, telah membuka bagi orang Bhutan jendela untuk memahami dunia, 33 stasiun luar negeri bisa diakses dari negeri itu



Raja dan Permaisuri Bhutan Saat ini


Ketika berusia 50 tahun (2005), ia memilih mengundurkan diri pada 2008, demi memberikan kepada rakyatnya sebuah “jaminan pemerintahan demokratis masa depan yang tentram dan makmur”. Rakyat merasa terkejut dan tak berdaya, rakyat menolak dan berharap sang raja melanjutkan tahtanya.



Bhutan mengalokasikan anggaran belanjanya terbesar untuk pendidikan. Pendidikan kanak-kanak sampai tingkat 10 adalah pendidikan wajib dan gratis. Yang diupaykan rakyatnya bukan pengembangan usaha, tetapi adalah mendapatkan pendidikan yang lebih baik.


“Untuk melaksanakan demokrasi, raja Jigme Singye Wangchuck IV dan putranya Jigme Khesar Namgyel Wangchuck V yang naik tahta pada 9 Desember 2006 menjelajahi setiap dusun di Bhutan, menjelaskan kepada seluruh rakyat keniscayaan sistem demokrasi bagi masa depan Bhutan dan pentingnya, banyak orang mengurus negara lebih masuk akal daripada satu orang.”



Bhutan menerapkan aturan umum bahwasanya laki-perempuan harus mengenakan model busana nasional, kaum prianya berupa sepotong rok terusan yang setinggi lutut, disebut sebagai Gol, kaum perempuan dengan model 3 potong, panjangnya mencapai tungkai dan disebut Kira.


Mantan raja itu menjelaskan, ia bisa saja berupaya terus menjadi raja yang mencintai rakyatnya, tetapi ia tak mampu menjamin bahwa Bhutan setiap kali akan memiliki raja yang baik, demi kebahagiaan jangka panjang rakyat Bhutan, itulah mengapa harus melaksanakan demokrasi.


segenggamdaun.com/2015/08/bhutan-kerajaan-buddha-terakhir-yang-merupakan-negara-paling-bahagia-di-dunia


Lanjutan....


Tak segan turun ke dapur, raja Bhutan bikin haru seluruh dunia





Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck dari Bhutan memang terkenal sebagai penguasa yang rendah hati. Meskipun dipanggil raja naga oleh rakyatnya, sang raja dikenal seluruh dunia karena kesederhanaannya.

Salah satu contoh kesederhanaan Jigme adalah ketika dia turun tangan menyiapkan makanan untuk siswa SD di Mongar. Sang raja tampak mengenakan pakaian santai, duduk di atas bangku kecil sambil mengupas bawang dengan serius.

Foto Jigme yang tengah membantu di dapur ini diabadikan dan diunggah ke Twitter oleh Harsh Goenka. "Raja Bhutan, memotong bawang dan cabai demi menyiapkan makanan untuk Sekolah Komunitas di Mongar sendiri," tulisnya.



Raja Jigme turun ke dapur untuk siapkan makanan bagi siswa. Twitter

Kerajaan Bhutan sendiri dipuji-puji dunia karena falsafah hidup sederhana yang diterapkan oleh warganya. Gaya hidup yang sama juga ditunjukkan oleh keluarga kerajaan. Pernikahan Raja Jigme dan Ratu Jetsun Pema, sang permaisuri dilangsungkan dalam upacara tertutup.

Kelahiran putera pertama mereka pun dirayakan dengan sederhana. Alih-alih pesta besar, wargamenyambut kehadiran sang pangeran dengan gerakan menanam 108.000 batang pohon

m.merdeka.com/gaya/tak-segan-turun-ke-dapur-raja-bhutan-bikin-haru-seluruh-dunia.html
Diubah oleh security001 28-05-2016 15:14
0
92.7K
484
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan