industrykidAvatar border
TS
industrykid
Pembangkit Listrik dan Kilang Minyak
Sudah 10 Tahun Indonesia Tidak Bangun Pembangkit Listrik


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Kepala Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional/UPK3N Agung Wicaksono mejelaskan mengatakan sudah saatnya Indonesia kembali meningkatkan pasokan listrik dengan membangun pembangkit listrik.
Sebab, Agung mengatakan, sudah 10 tahun Indonesia tidak lagi mengerjakan proyek infrastruktur pembangkit listrik.
"Jadi selama 10 tahun kita tidak ada lagi pembangunan pembangkit listrik," ujar Agung dalam acara dialog Smart FM bersama Populi Center di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (14/5/2016).
Agung mengungkapkan, proyek pembanguan pembangkit listrik terakhir dilakukan pada tahun 2006 dari program tahap I yang dicanangkan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan wakilnya Jusuf Kalla
(SBY-JK).
"Di era SBY-JK, menargetkan pembangkit listrik 10 ribu megawatt tahap I dan 10 ribu megawatt tahap II, namun sekarang tahap I sudah selesai sekitar 9 ribu megawatt," kata Agung.
Proyek tersebut, lanjut Agung, kini diteruskan oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yakni sisa program pembangkit listrik tahap I dan II.
"Jadi kalau orang bilang kita sudah sampai mana, 10 ribu tahap I hampir selesai, saat ini ada sekitar total, tahap I dan tahap II sisa itu 7 ribu yang sedang dibangun di program 35 ribu plus 7 ribu megawatt," kata Agung.




19 Tahun Tak Bangun Kilang, RI Kini Impor 50% Kebutuhan BBM


Jakarta -Sudah sekitar 19 tahun Indonesia tak pernah membangun kilang minyak baru. Dua Kilang terakhir yang dibangun adalah Kilang Kasim di Sorong, Papua Barat yang beroperasi 1997, dan Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat yang beroperasi 1994.

Kilang-kilang lainnya lebih tua lagi, misalnya kilang Cilacap dibangun pada 1974, kilang-kilang lainnya bahkan warisan dari zaman penjajahan Belanda. Di sisi lain, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri terus meningkat hingga mencapai 1,6 juta barel per hari.

Kapasitas total kilang-kilang yang ada tak bertambah, hanya 1 juta barel per hari. Kapasitas produksi kilang itu pun tak maksimal, hanya 800.000 barel per hari karena usia yang sudah tua dan teknologinya tertinggal.

Sisa kebutuhan 800.000 barel BBM per hari mau tak mau harus dipenuhi dari impor.

"Total kapasitas produksi kilang nasional saat ini 800.000 barel per hari, konsumsi BBM 1,6 juta barel oil per hari, maka defisit 50%," kata VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Wianda Arindita Pusponegoro, saat dihubungi detikFinance di Jakarta, Jumat (22/4/2016).

Wianda mengungkapkan, rata-rata kompleksitas kilang minyak di Indonesia masih rendah, sebagian besar hanya memiliki Nelson Complexity Index (NCI) rata-rata 4,9. Jauh ketinggalan dibanding kilang minyak milik Singapura yang memiliki NCI 9.

"Untuk kilang Balongan sudah kompetitif karena NCI-nya sudah 10. Kilang yang lain dalam 3,5-4 tahun kedepan sudah harus di-upgrade dengan NCI rata-rata 9," ujar Wianda.

Kondisi ini, sambungnya, tak bisa terus dibiarkan. Apalagi konsumsi BBM terus tumbuh 7%-8% per tahun. Bila tak ada kilang baru, impor BBM akan semakin membengkak, kedaulatan energi nasional pun menjadi lemah.

"Tidak bisa dibiarkan kita terus bergantung pada impor. Kilang baru sangat dibutuhkan. apalagi tren pertumbuhan konsumsi energi 7%-8% per tahun," tandasnya.

Karena itu, pihaknya kini mengupayakan modifikasi kilang-kilang lama dan membangun kilang baru.

"Apabila RDMP (Refinery Development Master Plan) dan kilang baru selesai maka negara tidak perlu keluarkan devisa untuk impor produk BBM, malahan solar kita akan ekspor," tutupnya.
(hns/hns)




Govermentless Country in the Past
0
850
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan