nandinanti13Avatar border
TS
nandinanti13
Kisah Eks Dirut Merpati Jadi “Pahlawan” di Timor Leste
Kisah Eks Dirut Merpati Jadi “Pahlawan” di Timor Leste

http://indonesianindustry.com – Sebagai bangsa yang telah merdeka hampir 13 tahun, rakyat Timor Leste begitu memimpikan menjadi bangsa mandiri, termasuk di ranah penerbangan. Sebagian besar rakyat Bumi Lorosae, mengharapkan sebuah maskapai penerbangan milik mereka sendiri yang bisa menjadi kebanggaan dan bisa menghubungkan negara bekas provinsi Indonesia itu dengan dunia internasional.

Kini harapan itu, perlahan mulai menemui titik terang. Leste Aviation Lda, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, konsultan, dan travel agency itu bakal menjembatani berdirinya sebuah industri aviasi di Timor Leste. Hebatnya, ternyata Leste Aviation didirikan oleh seorang warga negara Indonesia, Sardjono Jhony Tjitrokusumo.

Jhony merintis perusahaan ini bersama beberapa pemuda Timor Leste sejak dia melepas kursi jabatan Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines pada 2012. Kini, status Jhony di Leste Aviation adalah sebagai pemilik, sementara semua jabatan penting di perusahaan itu dipegang oleh putra asli Timor Leste.

“Saya merintis Leste Aviation ini sejak nganggur. Dulu setelah lepas dari Dirut Merpati, tidak tahu mau ngapain lagi,” Ujar Jhony saat berbincang dengan IndonesianIndustry.com dalam penerbangan Dili-Jakarta, Sabtu (30/4/2016).

Jhony mengakui saat itu dirinya sempat ditawari menjadi Direktur BIJB, sebuah perusahaan holding Bandara di Jawa Barat. Namun, dia hanya sanggup bertahan selama empat hari di jabatan itu.

Dia pun akhirnya memiliki ide untuk merintis jalur penerbangan Timor Leste yang saat itu masih kosong. Namun sayangnya, tak mudah memperoleh kepercayaan dari pemerintah Timor Leste, seturut kondisi politik negara tersebut yang masih belum stabil.

“Baru tahun ini, lampu hijau dari pemerintah Timor Leste. Alhamdulillah, ternyata dibarengi datangnya pihak investor dari China. Ini seperti rejeki nomplok bagi saya,” ujar Jhony merendah.

Selain mendirikan Leste Aviation, Jhony juga memang telah berhasil mendatangkan ZRS Fund, sekelompok pengusaha asal China yang siap mengucurkan dana hingga US$ 2 miliar. Untuk mengalokasikan dana besar itu, Jhony mendirikan Leste Development and Investment Corporation (LDIC). Selain Leste Aviation, rencananya LDIC akan mendirikan berbagai lini industri lainnya seperti pabrik pupuk, pabrik pengolahan baja, seti industri properti dan pariwisata dengan mendirikan hotel dan casino.

Terkait itu, Jhony pun disebut pahlawan oleh putra Timor Leste karena telah merintis industri aviasi dan mendatangkan investasi besar.

“Pak Jhony itu pahlawan bagi kami. Kenapa? salah satunya dia punya niat bagus menggerakan roda perekonomian negara ini. Dia mendatangkan investor besar ke Timor Leste. Efeknya pasti luar biasa terhadap pembangunan,” ujar Direktur Utama Leste Aviation Francisco Maria Doutel Soares saat berbincang dengan IndonesianIndustry.com di Bandara Internasional Presidente Nicolau Lobato, Dili, Sabtu (30/4/2016).

Fracisco ditemui usai memandu masyarakat Dili menjajal pesawat Foker 100 yang akan digunakan Leste Aviation untuk angkutan dengan rute Dili-Denpasar. Meski baru saja membuka rute penerbangan, Farncisco membantah bahwa Leste Aviation hanya sekedar maskapai penerbangan yang menyediakan angkutan.

“Leste Aviation bukan sekadar airline, kami adalah sebuah perusahaan yang bekerjasama dengan banyak pihak. Termasuk operator pengadaan pesawat asal Indonesia, Transwisata Prima Aviation (TWA),” ujar Francisco.

Wajar Francisco memuji. Pasalnya, sebelum Jhony belum ada yang berani merintis industri aviasi di negaranya. Apalagi, pasawat Foker 100 yang dipakai Leste Aviation menggunakan atribut bendera Timor Leste di ekor pesawat dengan sangat kentara. Francisco juga mengapresiasi peran sang owner. Jhony disebut sebagai orang yang punya komitmen memajukan Timor Leste.

“Seluruh tagline, ikon atau lambang Leste Aviation sengaja kami beri unsur negara Timor Leste. Termasuk pesawatnya, di bagian ekor pesawat kami branding dengan bendera Timor Leste,” ujar Francisco.

Leste Aviation sendiri telah dipercaya menggunakan hak terbang (traffic right) Timor Leste yang selama ini belum terpakai. Pemerintah Timor Leste tercatat memiliki tujuh hak terbang ke Indonesia hasil bagi dua dari 14 traffic right, yang tertuang dalam Air Service Agriment (ASA) antara kedua negara. Namun lantaran pemerintah Timor Leste belum memiliki pesawat, hak itu tidak terpakai.

Sementara, tujuh jatah hak terbang untuk Indonesia, telah dipakai tiga operator maskapai penerbangan yang sudah berjalan yakni Sriwijaya, Nam Air dan Citylink.

“Jadi bisa dibilang ini adalah penerbangan milik Timor Leste, karena menggunakan traffic right milik kami,” tegas Francisco.

Karena itulah, kehadiran Leste Aviation yang membuka rute Denpasar-Dili dalam waktu dekat mendapat antusiasme yang luar biasa dari masyarakat Timor Leste.

Pemberian label tersebut, kata dia, memiliki maksud dan tujuan khusus. Yakni bagaimana menjadi pesawat Leste Aviation menjadi ‘duta pariwisata’ bagi negara yang beribu kota di Dili ini.

“Ketika pesawat ini turun di Denpasar, secara otomatis seluruh turis dari dunia akan ingat soal Timor Leste. Kami harap ini akan mendorong keingintahuan mereka soal negara kami. Ujung-ujungnya, mereka penasaran dan akhirnya datang ke Timor Leste,” beber dia.

Menurut Frans, rencananya pada 20 Mei mendatang, Leste Aviation bakal menghelat kegiatan grand launching rute Denpasar-Timor Leste, sebagai tanda resminya maskapai ini beroperasi, setelah resmi mendapat izin dari Kementerian Perhubungan Indonesia.

Sementara itu, Pemerintah Timor Leste menyambut antusias rencana Leste Aviation membuka rute penerbangan Denpasar-Dili. Mereka yakin Leste Aviation bakal meraup kesuksesan lantaran besarnya peluang bisnis aviasi di Timor Leste. Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU), Transportasi, dan Komunikasi, Inacio F Morreira menjawab pernyataan IndonesianIndustry.com.

“Apalagi, ikon Leste Aviation membawa semangat nasionalisme Timor Leste. Masyarakat disini pasti senang. Satu-satunya maskapai yang menggunakan bendera Timor Leste. Kami bangga,” ujarnya Rabu (27/4).

Inacio mengungkapkan, keberadaan Leste Aviation diharapkan bisa semakin meningkatkan gairah perkekonomian di negaranya. Termsuk mendongkrak kedatangan turis asing ke negara yang dulu sempat menjadi bagian Indonesia itu.

“Banyak hal positif dari ekspansi bisnis yang dilakukan LA. Salah satunya, meningkatnya frekeunsi dan ketersediaan sarana transportasi udara di Timor Leste,” beber pria bermurah senyum ini.

Dilansir dari Kementerian Perhubungan, Pekerjaan Umum, dan Komunikasi Timor Leste, total rata-rata warganya yang menggunakan jasa pesawat mencapai 1,2 juta per tahunnya.

Saat ini, dalam sehari terdapat enam kali jadwal penerbangan dari maskapai. Yakni NamAir, Citilink, Sriwijaya, Air North (Australia), serta dua maskapai asal Singapura, Air Timor dan Silk Air. (Irvan AF)
0
3.5K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan