Sejumlah pengunjung melihat gajah saat mengunjungi Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan, Kamis, 25 Desember 2014.
Masalah yang mendera taman margasatwa di Indonesia agaknya pantang surut. Kasus terhangat disumbang kebun binatang Gembira Loka, Yogyakarta. Menurut sejumlah media, seorang warga Imogiri, Bantul, Yogyakarta bernama Sage, 37 tahun, dituding menggelapkan uang untuk membeli pakan harimau.

Karyawan penyedia makanan harimau itu telah melakukan penggelapan sejak Juni 2015. Sage memanfaatkan uang curian sebagai uang muka sebuah mobil dan dua sepeda motor. "Totalnya hingga bulan Februari 2016, uang untuk pembelian daging kambing yang digelapkan tersangka sebanyak Rp 90 juta," ujar Perwira Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Kotagede, Inspektur Polisi Satu Edi Subekti, dikutip Kompas, Rabu (27/4).

Kejahatan itu terbongkar berkat kejelian pawang harimau menangkap perubahan fisik dan tingkah hewan yang ia tangani. Dalam hematnya, harimau tampil lebih kurus dan selalu terlihat lapar. I pun mencurigai porsi makan harimau yang berkurang tiap Rabu. Karena penasaran, sang pawang mendatangi ruang pemberian makanan. Ia memeriksa bahwa menu daging kambing memang dijadwalkan untuk Rabu.

"Pawang lalu menanyakan kepada tersangka dan dia (tersangka) membenarkan memang tidak memberikan daging kambing karena uangnya dia pakai dulu," ujar Edi. Pada Rabu itu, ia secara rutin absen menyampaikan daging kambing kepada harimau. Sebaliknya, uang belanja pakan sebesar Rp3 juta ia caplok.

"Uang hasil penggelapan dikumpulkan. Lalu setelah mencapai Rp 35 juta, dia pakai untuk DP mobil. Baru setelah itu uang setiap hari Rabu sebesar Rp 3 juta tadi digunakan untuk angsurannya," kata Edi dikutip Kompas.

Sebelum problem dari Gembira Loka mengapung, khalayak luas terlebih dahulu mafhum mengenai nasib sejumlah binatang yang dipamerkan di kebun binatang Surabaya. Di lokasi itu, merebak sejumlah kasus kematian hewan dengan cara yang sungguh tidak bermartabat : jerapah jantan yang ketahuan menyimpan 20 kg plastik di perutnya, gajah betina yang akhirnya tewas setelah dua tahun hidup dengan kaki patah, dan seekor singa Afrika yang lehernya terjerat sling timah.

Merangkum kematian hewan-hewan di Surabaya itu, media Jerman edisi Indonesia menyiarkan laporan dengan judul, "Kebun Binatang Paling Maut di Dunia.'

Dalam perkara tersebut, Walikota Surabaya Tri Rismaharini menyerahkan dokumen kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan meminta lembaga itu menyelidiki kemungkinan keterlibatan sejumlah pengelola kebun binatang dalam perdagangan gelap atas satwa-satwa yang dilindungi.

Peruntungan baik pun tidak mampir ke beberapa hewan koleksi kebun binatang Ragunan, Jakarta. Dilaporkan Poskotanews, seekor anak orangutan mati karena terlilit tali ayunan di dalam kandangnya. Sepekan sebelumnya, 14 kangguru menemui ajal setelah diserang anjing liar yang menerobos kandang. Selain itu, pada Juni 2013, ada kuda nil, jerapah, dan hewan lain yang mati karena kekurangan gizi.

Agustus tahun lalu, Gubernur DKI Jakarta, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama mengatakan pelbagai masalah mengendap di taman margasatwa Ragunan. "Las kandang enggak selesai. Buat tempat kuliber enggak selesai...Pintu buat menahan air danau enggak selesai. Itu banyak masalah di Ragunan," ujarnya dikutip Okezone seraya menambahkan bahwa sistem tiket elektronik pun belum juga rampung.

Dilansir Kompas, Direktur ProFauna Indonesia Rosek Nursahid mengungkapkan bahwa telah lama hewan-hewan di kebun binatang menyimpan kesialan.

"Ada lima ukuran kebebasan satwa, yaitu bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa takut, bebas dari sakit, luka dan penyakit, serta bebas mengekspresikan perilaku normal dan bebas dari rasa stres," ujarnya. Becermin dari masalah-masalah di sejumlah kebun binatang, tidak ada perubahan signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan satwa.


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...undung-problem

---