Bukan rahasia umum jika Kalbar defisit listrik. Solusi yang dilakukan ialah bekerjasama dengan Malaysia guna mendapatkan tambahan pasokan listrik. Masuknya listrik Malaysia pun menjadi harapan baru. Tidak hanya untuk kehidupan sehari-hari tetapi juga dunia industri RAMSES L TOBING

ENERGI listrik dibutuhkan tidak hanya untuk penerangan saja. Akan tetapi dibutuhkan juga dalam proses produksi yang melibatkan alat-alat elektronik dan mesin-mesin industri. Wajar saja kebutuhan listrik sangat penting. Bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dipisahkan.Memenuhi kebutuhan itu tidak cukup jika mengandalkan pembangkit yang ada. Seperti yang sudah diketahui, sering pemadaman adalah persoalan yang hangat dilingkungan masyarakat.

Belum lagi biaya produksi yang dikeluarkan cukup besar. Sebab, mesin pembangkit di Kalbar masih menggunakan diesel yang berbahan bakar solar. Oleh karena itu, solusi yang dilakukan PLN ialah menjalin kerjasama dengan Malaysia. Dampak positifnya Kalimantan Barat menjadi surplus listrik.Sebelum menjalin kerjasama dengan Sesco, Malaysia, Kalbar mengalami defisit listrik. Beban puncak listrik rata-rata 260 megawatt. Kondisi terbalik pada daya mampu, hanya 236 megawat. Akibatnya mengalmai defisit 24 megawatt.

Kondisi ini yang terjadi pada sistem khatulistiwa. Sistem pembangkit listrik Khatulistiwa disuplay empat limit pembangkit listrik di Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya, Siantan kota Pontianak dengan mesin diesel, Singkawang dan Siantan Kabupaten Mempawah.Berbeda ketika kerjasama itu sudah mulai berjalan. Sistem khatulistiwa mulai surplus listrik. PLN pun memastikan pemadaman bergilir tidak akan terjadi akibat defisit daya. Jika pasokan listrik dari Sesco Malaysia digabung dengan pembangkit listrik milik PLN maka total daya yang diperoleh bisa mencapai 300 megawatt.

Divisi Manager Hukum dan Humas PT PLN (Persero) Wilayah Kalbar M Doing mengatakan pasokan listrik yang masuk saat ini dari Malaysia sebesar 50 mega watt. Pasokan listrik itu dari Gardu Mambong, Malaysia, kemudian masuk ke Gardu Induk Bengkayang.Dari bumi sebalo ini, pasokan listrik masuk ke Gardu Induk Singkawang, kemudian dialirkan kembali ke Bengkayang untuk kebutuhan masyarakat di sana. Dari Singkawang juga, listrik dialirkan ke Gardu Induk di Kabupaten Sambas dan Senggiring, Mempawah. Kemudian pasokan ini terus mengalir hingga ke Gardu Induk Parit Baru dan Kota Baru.

Selain dari Malaysia, PLN juga mendapat tambahan pasokan listrik sebesar 30 megawatt. Pasokan itu berasal dari mesins sewa Bugak. Mesin sewa berbahan bakar solar jenis MFO yang lebih irit dibandingkan solar jenis ISD.Seiring dengan tambahan ini, menjadi jawaban bagi daftar tunggu pelanggan industri di PLN area Pontianak. Tercatat di tahun 2015 ada 30 calon daftar pelanggan industri. PLN memastikan daftar tunggu untuk tahun 2015 hanya tinggal menunggu proses pengerjaan jaringan. Sebab, daftar tersebut sudah memiliki kontrak kerja. Sedangkan di tahun 2016 sudah ada dua pelanggan yang masuk dalam daftar tunggu.

Selain surplus, keuntungan lain yang diperoleh ialah, PLN bisa memangkas biaya subsidi. Jika itu listrik bersumber dari mesin PLTD milik Kalbar maka biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp3.300 perKwh.Dari biaya itu, listrik yang dijual ke masyarakat Rp900 perKwh. Selisih harga itulah yang disubsidi pemerintah. Beda dengan listrik dari Sesco Malaysia yang perKwhnya hanya Rp1.000. Dengan harga jual ke masyarakat Rp900 perKwh maka selisih yang harus disubsisi tidak terlalu besar.

Asisten Manager Operasi APDP PLN Wilayah Kalbar Andi Setiawan membenarkan hal tersebut. Dia menilai itu adalah keuntungan yang diperoleh dalam kerjasama ini. Salah satunya PLN mengalami surplus listrik sebesar 20 MW.Kemudian biaya pokok produksi perhari pun bisa lebih hemat. Dengan menggunakan listrik asal Malaysia, biaya yang berhasil dipangkas setiap harinya sebesar Rp 3,5 miliar. “Selain surplus, lebih hemat biaya produksi,” kata dia.**

http://www.pontianakpost.com/malaysi...listrik-kalbar

selamat gan