PumpedUpKicksAvatar border
TS
PumpedUpKicks
(MUNGKIN) [ SURAT BALASAN UNTUK MBAK MBAK BERCADAR TERKAIT LGBT]
Memperdebatkan LGBT? Kalau sudah pro dan kontra dari awal, dengan argumennya masing-masing, menurut saya tidak masalah. Yang menjadi masalah ketika awalnya awam tiba-tiba seketika menjadi ahli dan seolah merasa sudah memahami secara komprehensif setelah membaca atau mendengar informasi dari media yang menurut saya kurang berimbang, dan justru menggiring opini dengan pemberitaan yang masif sekarang ini.


Sebelum anda membaca artikel ini lebih jauh, ada baiknya saya paparkan standing saya terkait permasalahan ini. Saya bukanlah golongan yang pro (yang berjuang mati-matian membela keberadaan LGBT dengan tujuan akhirnya bisa-bisa menuntut penerimaan dari masyarakat akan pengakuan pernikahan sesama jenis) saya pun juga bukan golongan yang kontra (yang berjuang lebih mati-matian untuk menghapuskan setiap tindakan yang menurut mereka mengindikasikan perilaku LGBT tanpa jalan keluar yang solutif. Tahunya hanya menolak dan menghapuskan saja, urusan solusi adalah urusan belakangan. Dan konyolnya lagi, mereka kebanyakan berpengetahuan dangkal mengenai issue ini dan hanya ikut-ikutan menolak karena mayoritas melakukan itu tanpa tahu esensi utama dari penolakannya). Namun apabila anda di akhir mau menyimpulkan di mana standing saya, itu hak anda. Dan menurut saya sah-sah saja.
Menyaksikan fenomena yang ada, sekarang semua orang seolah-olah ahli akan LGBT (bahkan tanpa saya menjabarkan kepanjangannya pun anda sudah langsung tahu). Semua orang seolah-olah tahu bagaimana LGBT lahir, hidup, dan berkembang di masyarakat. Semua saluran komunikasi kita kian ramai dengan isu ini. Mulai dari perbincangan di group messaging seperti Line maupun WhatsApp, perbincangan segala golongan baik yang sedang duduk di cafe, warung kopi, hingga selasar masjid.


Perbincangan mulai dari sekedar jokes untuk melepas penat hingga petuah serius dari orang tua kepada putra putri nya yang tiba-tiba alergi mendengar singkatan LGBT dan tidak bisa membayangkan putri yang Ia sayangi menjadi Lesbian maupun putra yang Ia banggakan pulang ke rumah sambil merangkul mesra pria lain.
Semua berbondong-bondong mengutuk perilaku LGBT dan meneriakan 'Tolak LGBT' sekeras dan selancang mahasiswa pada era reformasi meneriakan 'Tolak dan Turunkan Orde Baru'. Mulai dari yang menyitir fatwa MUI yang menyatakan haram. http://m.thejakartapost.com/news/2016/02/17/indonesian-clerics-declare-lgbt-groups-haram.html haram? Fatwa haramnya baru turun nih? Dari kemari-kemarin nya kemana saja? Masih halal kah? semua umat Islam mungkin juga sudah tahu bahwa perbuatan seksual menyimpang sesama jenis (Liwath dan Sihaq) adalah haram. Kenapa MUI harus capek-capek mengeluarkan fatwa?
Oke. Mungkin tujuan MUI baik, untuk mempertegas. Terus, dengan difatwakan haram, mau diapakan? Diberantas? Dibumi-hanguskan? Benarkan saya yang bodoh ini. Kalau seandainya tujuan masayarakat keras-keras menolak LGBT untuk menindak secara pidana pelakunya, masih kurangkah ketentuan pasal 290 KUHP maupun pasal 80 UU 23/2002 tentang Perlindungan Anak dapat menjerat pelaku kejahatan seksual? Ataukah sebenarnya tujuan mereka selain menjerat pelaku kejahatan seksual, juga menjerat secara pidana orang-orang yang menurut masyarakat tidak berkelakuan selayak kodratnya? Tindakan gender laki-laki dan gender Perempuan seperti apa yang masyarakat harapkan? Bukankah kini batasnya semakin bias, dengan masyarakat kita yang semakin majemuk?
Hingga ada juga yang membawa kitab lainnya yaitu Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) dengan diagnosis F66X1 Homoseksualitas dan untuk diagnosis F66X2 Biseksualitas. Hal ini mungkin untuk menandingi rujukan kaum pro yaitu dihilangkannya homoseksualitas (bukan dianggap gangguan jiwa lagi) dari Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Jiwa pada tahun 1973 (yang dikeluarkan oleh Asosiasi Psikiatri Amerika yang notabene banyak diacu berbagai negara)



Hadelman (2002) merangkum berbagai penelitian mengenai terapi konversi (merubah orientasi seksual dari yang sebelumnya non-heteroseksual menjadi heteroseksual) dengan penelitian yang umumnya berbentuk laporan/pengakuan diri. Hadelman mengingatkan kemungkinan adanya desirability bias.



Maksudnya, dalam masyarakat yang memberikan stigma negatif pada kelompok non-heteroseksual, orang mungkin takut untuk jujur sehingga memilih menjawab sesuai tuntutan masyarakat. Kalau sudah begini, siapa yang ingin kita lindungi? Bisa-bisa orang yang ingin kita lindungi justru menjadi 'korban' pernikahan tidak jujur (dimana pasangannya sebenarnya berorientasi non-heteroseksual). Atau yang lebih parahnya lagi, orang yang terstigma tadi pada akhirnya mengalami kejiwaan serius dan bahkan mengincar masayarakat dengan menjadi pelaku kejahatan seksual. Kalau sudah begini, siapa yang akan kita salahkan?


Terlepas dari sekilas perdebatan di atas, apakah kita telah benar-benar mengenal kaum LGBT yang kita kutuk tersebut? Apakah kita tahu bahwa sebagian besar (kalau tidak mau dikatakan keseluruhan) dari mereka sangat berkeinginan untuk hidup 'normal' selayaknya harapan dari masyarakat, namun mereka harus menghadapi penolakan dari dalam diri mereka sendiri? Dari batin sendiri?
Apakah kita tahu apa saja penyebab mereka memiliki orientasi non-heteroseksual?
Apakah kita bisa YAKIN bahwa mereka menjadi 'menyimpang' BUKAN karena pelecehan maupun kekerasan seksual yang mereka alami di masa lampau yang mengakibatkan trauma dan berpengaruh pada orientasi seksual mereka?
Apakah kita bisa yakin bahwa mereka yang non-heteroseksual (homoseksual maupun biseksual) sangat ingin 'menularkan penyakitnya' kepada orang-orang yang heteroseksual?
(kalau kita tidak begitu yakin, kenapa kita harus defensive besar-besaran seolah-olah LGBT sedang menginvasi layaknya negara api, atau justru kita menjadi offensive seakan-akan mereka bukan manusia lagi dan tidak layak disandingkan dengan kita dilihat dari sudut manapun).


Apakah kita juga yakin bahwa mereka menjadi bagian LGBT karena ikut-ikutan semata selayaknya gaya hidup masyarakat yang mudah dimultiplifikasi?


Perilaku seksual dan gaya hidup mungkin dapat dikondisikan. Akan tetapi, orientasi seksual tidak sama dengan perilaku seksual dan bukan berarti orientasi seksual dapat ditularkan. Juga, gaya hidup hanya menjadi satu bagian kecil dari orientasi seksual, bahkan kadang tidak berkaitan. Sayangnya, soal seksualitas dibahas oleh masyarakat dengan penuh ketakutan. Dalam media sosial, orientasi seksual dikacaukan dengan persoalan gaya hidup, ramai dikaitkan dengan kejahatan seksual, perselinguhan suami dengan 'pria lain', dan kasus pembunuhan yang jadi topik populer saat ini.


Bukankah fenomena LGBT bukan fenomena baru, bahkan dalam salah satu kitab dijelaskan bahwa perilaku menyimpang ini telah lahir pada jaman Nabi Luth. Jika dikaitkan dengan local wisdom di nusantara, dapat kita ketahui tentang adanya Bissu dalam Agama Bugis Kuno, http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/07/bissu-pendeta-agama-bugis-kuno-yang-kian-terpinggirkan atau dapat kita lihat juga dari tradisi Gemblak dan Warok dalam Seni Reog Ponorogo http://www.pawargo.com/2012/06/reog-dulu-dan-sekarang-di-balik-tirai.html?m=1 dimana dari sebagian contoh tersebut, menggambarkan kehadiran LGBT di tengah masyarakat Indonesia semenjak dahulu kala. Bukan baru-baru ini saja.



Bukan pembiaran ke arah pembiasaan maupun penolakan besar-besaran yang mereka harapkan, namun cukup masyarakat menghargai pilihan dari masing-masing mereka dan mengambil tanggung jawab.



Horner (2010) mendokumentasi beberapa efek negatif pada kelompok individu yang ikut terapi, tetapi gagal mengalami perubahan. Individu dapat menjadi kacau, menunjukan gejala stress pasca trauma, dan mengalami krisis spiritual. Oleh karena itu, jika kita ingin melakukan intervensi konversi (merubah orientasi seksual dari yang sebelumnya non-heteroseksual menjadi heteroseksual) perlu menggunakan pendekatan yang tidak koersif, normatif, atau menyalahkan seperti yang banyak kita lakukan di berbagai saluran komunikasi saat ini tanpa mengetahui seluk-beluknya secara komprehensif dan bukannya tindakan reaktif karena sedang hangat-hangatnya diperbincangkan oleh masyarakat.


FAUZAN FATULLAH
YOGYAKARTA, 19 FEBRUARI 2016


Diubah oleh PumpedUpKicks 21-02-2016 17:04
0
3.6K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan