asmaradewo
TS
asmaradewo
Facebooker Juga Bisa Menulis
Aktivitas menulis semakin digemari dari kaum muda saat ini. Terlebih bagi pengguna akun media sosial seperti facebook. Yang sering menyuarakan isi hatinya melalui statusnya yang cukup panjang. Padahal kalau mau menyadari dari bakat yang terpendam itu, bisa jadi suatu hari nanti menjadi penulis profesional. Atau juga tulisan yang berupa status itu berguna sekali di masa yang akan datang.

Sangat disayangkan jika status-status yang bernilai positif itu cukup terbatas saja bisa dinikmati orang lain. Atau mungkin juga tidak terlalu percaya diri, apa yang ditulis itu bisa menginspirasi setiap yang membacanya. Ya, hal itu wajar sekali. Namun tidak ada salahnya, jika kita mencoba bagaimana status-status pribadi itu diubah menjadi tulisan yang menarik lagi. Agar setiap pembaca merasakan lebih emosionalnya untuk menyulut hatinya.

Hal ini adalah pengalaman penulis sediri. Sekitar dua tahun yang lalu aktif sekali menulis status di facebook, juga di catatan yang telah disediakan. Saat itu adalah masa gejolaknya suara hati yang dikeluarkan melalui tulisan. Walaupun tak tahu pasti kemana tulisan itu ingin disampaikan dan diarahkan. Yang pastinya dari suara hati terdalam adalah ingin sekali didengar. Ya, ingin sekali didengar.

Pada dasarnya adalah niat hati yang baik. Tak ada sedikit pun lain dari itu. Walaupun banyak juga yang beranggapan negatif apa yang disampaikan oleh penulis. Sebagai manusia yang berstatus sosial tentu saja memaklumi apapun anggapan manusia lainnya. Saat menulis dengan niat yang baik, tapi ditanggapi dengan buruk, apakah penulis marah? Terkadang marah, ditambah juga kegeraman yang melangit. Namun kembali mengingat hakikat manusia. Bukankah manusia itu makhluk yang lemah juga berbalut kesalahan dan kekhilafan?

Seiring waktu yang terus bergulir, bakat sedikit menulis itu terus dikembangkan. Siang dan malam bergelut dengan dunia literasi. Terus mengasah cara penulisan yang lebih baik lagi. Mulai dari membaca karya orang lain, bergabung dengan komunitas penulis, memahami EYD (ejaan yang disempurnakan) lagi, dan bertanya langsung dengan penulis yang sudah mahir. Alhamdulillah, semua itu membuahkan hasil, pelan-pelan mempunyai karya.

Kalau boleh sedikit berbangga diri. Menulis itu adalah gampang. Sekali lagi penulis sampaikan, menulis itu gampang. Menulis itu seperti berbicara, hanya saja kita berbicara tidak dengan orang lain, tapi dengan kertas atau komputer. Terlebih tulisan itu baik atau buruk, setidaknya sudah menulis. Dan percayalah, setiap tulisan dengan hati yang lurus, jujur, niat yang baik, insya Allah selalu bermanfaat bagi yang membacanya.

Bagi yang sedang meraba menjadi seorang penulis, tentu saja banyak sekali pertanyaan yang ada di benaknya. Di antaranya adalah: saya mau menulis apa? Dan karya apa yang harus saya tuliskan? Itu adalah pertanyaan setiap calon penulis handal. Jawaban sederhananya adalah kita sendiri menyenangi apa?

Ada dua jenis tulisan, yaitu fiksi dan non-fiksi. Nah, lebih mudahnya, jika kita adalah tipe manusia yang mempunyai daya tingkat imajinasi tinggi, cobalah menulis fiksi. Mungkin menulis puisi, syair, cerpen, atau juga lirik lagu.

Dan kalau kita tipe manusia yang cenderung berpikir logika, malas berimajinasi, tulislah karya non-fiksi. Ada banyak cara bagaimana belajar menulis karya non-fiksi. Misalnya menulis berita perjalanan, dan ini sangat cocok bagi yang suka travelling. Menulis berita perjalanan tidak sulit, kita hanya menuliskan apa yang dirasakan, dilihat, didengar, dan mengumpulkan data saat travelling itu sendiri. Jadi tidak susah, bukan?
Sekarang sudah saatnya mengubah mindset, mulai dari status facebook yang belum tertuju arahnya menjadikannya lagi lebih hidup dan berarti bagi orang lain. Tak bisa dipungkiri memang, terkadang kita suka sekali menulis curahan hati di dinding facebook.

Tapi sekali lagi ingatlah, tuliskan dengan gaya penulisan yang tidak terlalu terbuka bahwa itu adalah curahan hati sendiri. Melainkan hasil pengamatan terhadap apa yang ada di sekitar. Bila perlu hilangkan kata “saya” atau “aku” pada curahan hati tersebut. Dengan begitu kita sudah melangkah menjadi penulis yang profesional.

Setelah mulai percaya diri dengan karya, lalu kemana lagi ditujukan tulisan itu selain di dinding facebook? Ya, itu adalah pertanyaan selanjutnya yang pasti terlontar bagi penulis pemula. Kalau sudah percaya diri dengan karyanya, cobalah mengirimkan tulisan itu ke media cetak ataupun media online. Semoga saja dimuat. Selain dibaca banyak orang, juga mendapat honor. Tapi tidak semua media yang menyediakan nonor bagi penulis, terutama di media online.

Pahami juga menulis bukan honor yang dikejar, tapi karya. Memang penulis butuh uang untuk mendukung aktivitas agar terus berkarya lagi, namun ingat-ingatlah sebagai penulis pemula, jika honor yang diutamakan, maka cita-cita menjadi penulis hebat akan kandas di tengah jalan. Karena logikanya adalah, jika tidak ada honor maka tak mau menulis, kalau sudah tak menulis, tentu saja tak menghasilkan karya. Kalau sudah begitu terbenamlah sudah harapan besar itu.

Menulis juga bukan sekadar karya, namun lebih dari itu. Penulis adalah manusia, pembaca adalah manusia. Maka ikatlah hubungan penulis dan pembaca dengan rasa kemanusiaan yang kuat. Menulislah untuk kebaikan manusia, insya Allah suatu hari nanti Raja Manusia akan membukakan pintu rejekinya kepada penulis. Karena penulis sudah menyebarkan kebaikan sesama manusia, yang tentunya akan mendapatkan ganjarannya pula.

Sumber: Asmara In Joga
Diubah oleh asmaradewo 09-01-2016 14:42
Rohmatullah212
Rohmatullah212 memberi reputasi
1
870
2
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan