Zaenal Diduga sebagai Pengantin Bom Malam Tahun Baru di Jakarta
MINGGU, 20 DESEMBER 2015 | 13:23 WIB
Personil Brimob bersama TNI Angkatan Udara berpatroli di areal kedatangan domestik Bandara Internasional Ngurah Rai Bali, 28 November 2015. Patroli gabungan bertujuan untuk mengantisipasi gangguan keamanan menyusul maraknya aksi terorisme di berbagai negara. TEMPO/Johannes P. Christo
TEMPO.CO, Jakarta - Zaenal, 35 tahun, salah satu tersangka teroris asal Sulawesi yang ditangkap pada Jumat, 19 Desember 2015, di Tasikmalaya, Jawa Barat, diduga diplot menjadi pelaku bom bunuh diri pada malam tahun baru di pengujung bulan ini.
Menurut informasi yang diperoleh Tempo, bom akan dibikin di Bandung lantas diledakkan pada malam tahun baru di Jakarta. Bom, yang oleh pelaku disandikan sebagai “donut”, rencananya dibuat Iwan alias Koki asal Padang. Nah, Zaenal-lah yang akan menjadi “pengantin” alias pelaku bom bunuh diri itu.
Iwan dan satu rekannya ditangkap polisi pada Jumat siang sekitar pukul 13.00 di perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah (Banjar-Majenang). Setelah itu, petugas dari Polda Jawa Barat dan Densus 88 Mabes Polri menangkap Zaenal dan Asep Urip, 31 tahun, pukul 16.30 WIB ketika sedang mengendarai sepeda motor Yamaha Mio di jalan sekitar Kampung Cihaji, Kelurahan Purbaratu, Kecamatan Purbaratu, Tasikmalaya. Ketika itu, mereka akan pergi ke acara pengajian di Kota Batik, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya.
Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti membenarkan bahwa Asep Urip dan Zaenal menyiapkan bom bunuh diri pada akhir Desember 2015. “Mereka tidak eksplisit menyebutkan apakah untuk Natal atau tahun baru,” ujarnya kepada Tempo hari ini, Minggu, 20 Desember 2015. Badrodin tak menjawab soal siapa yang akan menjadi pengantin.
Asep adalah pengajar Pondok Pesantren Al Mubarok At Turmudzy pimpinan KH Ade Dedi di Kampung Babakan Nanggerang RT 02 RW 04, Kelurahan Singkup, Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya. Sedangkan Zaenal berasal dari Sulawesi dan sudah enam bulan menjadi santri di pondok pesantren tersebut.
Satu di antara dua orang itu diduga memiliki kemampuan merakit bom. Barang bukti yang disita polisi adalah sepeda motor Yamaha Mio, mobil pikap putih Colt T 120 SS bernomor polisi BA-8562-KN, dan bendera berwarna hitam bertulisan “Lailahailallah”, yang identik dengan bendera ISIS—Negara Islam Irak dan Suriah.
Menurut Badrodin, dua penangkapan tersebut terkait dengan jaringan Abdul Karim alias Abu Jundi, yang ditangkap kemudian, yakni Sabtu, 19 Desember 2015, di Kota Sukoharjo.
Densus telah menangkap terduga teroris di lima kota, yaitu Tasikmalaya, Banjar, Cilacap, Mojokerto, dan Sukoharjo. “Penangkapan ini saling terkait. Kami akan terus mendalami jika ada keterlibatan kelompok lain,” tuturnya.