- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Alasan Ilmiah Kenapa Kita Merasa ‘Gregetan’ Dengan Kucing!


TS
catteryid
Alasan Ilmiah Kenapa Kita Merasa ‘Gregetan’ Dengan Kucing!
Quote:
Bukti No Repost


Quote:

Kita pasti sering melihat segerombolan anak kucing di jalan, di rumah teman / saudara kita atau bahkan dirumah kita sendiri. Lalu disaat mereka berjalan melewati kita, pasti kita akan merasakan satu hal, yakni gemas atau sering juga disebut juga ‘gregetan’ dengan anak-anak kucing atau kucing-kucing tadi. Tidak jarang pula kita mencoba untuk mengejarnya, mengelusnya bahkan merasa ingin meremas-remasnya atau juga memakannya! Wah sepertinya kalau sudah seperti itu, itu disebabkan rasa gemas yang sudah tidak tertahan ya catlovers! Namun jika kita berfikir lebih dalam mengenai rasa gemas yang selalu muncul acap kali si kucing lewat atau anak-anak kucing lewat di depan kita, apakah hal itu normal? Mungkinkah hanya kita yang merasakan gemas atau ‘gregetan’ tadi? Adakah penjelasan yang mungkin lebih ilmiah dan empiris menyangkut hal ini? Ternyata ada nih catlovers, dan kali ini ane akan mencoba untuk membahas hal tersebut lebih dalam hanya untuk catlovers! So, disimak ya artikelnya!
Quote:

Apakah catlovers merasa ‘gregetan’ dengan kucing ini?
Pada sebuah pertemuan tahunan Society for Personality and Social Psychologyyang diadakan di New Orleans ada sebuah hasil penelitian yang di presentasikan dan menyimpulkan “melihat sesuatu yang imut (menggemaskan) dapat memicu sikap agresif dari diri kita”. Lalu para peneliti dari penelitian tersebut juga menguji coba tes agresifitas manusia kepada sampel 109 orang secara acak. 109 orang ini ditunjukkan foto-foto hewan (yang terbanyak adalah foto kucing) dari berbagai tingkat “keiumutan”, seperti: sangat imut dan menggemaskan, lucu dan foto hewan yang “netral” (tidak berpose). Lalu para partisipan tadi diberikan kesempatan untuk menilai gambar-gambar hewan imut yang telah diberikan, seperti yang diprediksi, hampir seluruh dari mereka yang menjadi partisipan senang mengikuti penelitian ini dan sangat menunjukkan berbagai macam ekspresi yang menunjukkan rasa gemas yang sangat tidak tertahan. Banyak sekali celotehan dari mereka yang terdengar, seperti: “Saya tidak tahan lagi! (dengan keimutan foto kucing yang diperlihatkan), ada pula yang mengatakan “Mereka sangat menggemaskan! Saya dapat mati karena itu! (saking merasa gemas kepada foto hewan yang diperlihatkan) dan ada juga yang hanya menggeram “grr” sembari meremas sesuatu yang ada disekitarnya. Disini para peneliti menyimpulkan bahwasannya semakin imut dan menggemaskan si hewan, semakin agresif pula respon yang diberikan.
Quote:

Kucing dan Kelinci. Siapa yang bisa menahan keimutan foto ini?
Sebuah studi penelitian yang dipimpin oleh Rebecca Dyer yang merupakan mahasiswi lulusan Yale University bidang psikologi mengatakan fenomena serupa dengan nama “cute aggression”(agresi keimutan) atau secara singkat merupakan agresi yang meningkat dikarenakan kita melihat sesuatu yang membuat kita ‘gregetan’. “Menurut saya dan tim peneliti saya perasaan gemas seperti tadi memiliki efek yang sangat positif. Orang yang ‘terserang “cute aggression” mendapatkan kesempatan untuk berada lebih dekat dengan binatang tersebut akan tetapi juga tetap harus dibawah pengendalian diri” tukas Rebecca. “Perasaan seperti sangatlah menyenangkan! Dan fenomena ini akan membuatmu ‘gila’!” tambah Rebecca. Tetapi untuk lebih memiliki hasil penelitian yang meyakinkan dan konkret, akhirnya tim penelitian yang dipimpin oleh Rebecca melakukan penelitian yang kedua kalinya. Hal ini semata-mata untuk mengambil kesimpulan yang empiris apakah agresi itu merupakan reaksi alami dari manusia atau hanyalah ‘akting’ semata karena gemas meliihat gambar-gambar kucing yang lucu sebelumnya.
Quote:

Menurut Rebecca atas penelitian yang dijalankannya, relawan tidak dapat menahan keimutan foto-foto kucing yang diperlihatkan
Pada percobaan kedua, tim peneleiti Rebecca menggunakan plastik busa (bubble wrap) sebagai media untuk para relawan yang menjadi sampel penelitian. “Mereka (relawan) sangat diperbolehkan untuk memecahkan busa (bubble) sebanyak yang mereka mau” tukas Rebecca. Namun, uniknya mereka baru boleh memecahkan busanya setelah diperlihatkan slideshow gambar-gambar binatang imut dan gambar-gambar lucu yang bersifat normal dan netral (2 sesi). Lalu pada tiap sesinya tim peneliti Rebecca mengambil kesimpulan bahwasannya pada saat para relawan diperlihatkan gambar-gambar binatang yang imut, mereka rata-rata memecahkan bubble sebanyak 120-an bulatan. Sedangkan pada saat para relawan diperlihatkan gambar-gambar lucu, mereka hanya memecahkan bubble rata-rata 80-100 bulatan saja. Disini Rebecca mengambil kesimpulan secara keseluruhan bahwasannya disaat seseorang diperlihatkan gambar-gambar binatang yang imut mereka memiliki perasaan untuk peduli dan ingin merawatnya, namun karena itu hanya berbentuk gambar-gambar yang notabenenya tidak dapat dipeluk bahkan disentuh pada akhirnya rasa perhatian dan kepedulian itu berubah menjadi sifat yang agresif.
Quote:

Salah satu foto yang disuguhkan oleh Rebecca kepada para respondennya
Kemungkinan lainnya yang diambil Rebecca adalah bahwasannya karena sifat dasar yang dimiliki oleh seorang manusia. Terkadang disaat kita merasakan senang, peduli dan rasa sayang yang berlebihan senyuman dan tawa pun akan berumah menjadi tangisan. Ini merupakan hal yang wajar disaat emosi yang bersifat positif dan bercampur dengan emosi yang bersifat negatif pada akhirnya akan menghasilkan energi yang sangat besar dan tidak dapat terkendali. Jika kita kembali melihat sikap kita yang seringkali menjadi awkward disaat bermain bersama kucing kita (entah dengan menggertakan gigi, mengeluarkan celotehan yang tidak jelas, mengajaknya bicara bahkan mencubitnya) merupakan hal yang sangat wajar, karena itu adalah hak kita untuk mengekspresikan secara langsung atas apa yang kita lihat. Kita analogikan pada saat kita melihat keponakan / adik sepupu kita yang masih berumur 1 sampai 5 tahun. Lumrahnya kita pasti akan merasa ‘gregetan’ dan ingin sekali mencubit pipinya bukan? Nah, itu merupakan hal yang sama disaat kita melihat binatang yang imut didepan kita.
Quote:

Kucing yang sudah dewasa saja sudah sangat menggemaskan, apalagi kucing yang masih kecil?
Anna Brooks, seorang pakar neurosains kognitif dari Southern Cross University mengatakan bahwasannya disaat kita merasa ingin meremas dan mencubit seekor kucing atau binatang yang imut pada waktu kita melihat mereka secara langsung, itu tidak berarti kita adalah seorang psychomelainkan itu adalah stigma yang berasal dari otak dan mengatakan “santai saja! Itu merupakan seekor kucing!”.
Quote:

Hug me if you can!
So, janganlah kita merasa malu ataupun minder disaat kita melihat seekor kucing dijalan dan merasa ‘gregetan’ dan ingin memeluknya. Segeralah hampiri kucing itu dan berikan ‘salam hangat’ kepadanya! Ingatlah, tidak ada baiknya kita menahan perasaan untuk mengekspresikan diri kita atas sesuatu. Segeralah ekspresikan yang kita mau, apalagi jika itu berhubungan dengan si kucing. Anggaplah si kucing sebagai teman kita yang pasti akan selalu bersedia berada disamping kita dan menerima apapun ekspresi yang akan kita berikan terhadapnya. Akan tetapi ingat juga bahwa kita harus bisa mengontrol rasa gemas kita terhadap si kucing! Karena kita dapat membuat si kucing terganggu atas rasa gemas yang kita curahkan terhadapnya seperti mengelus terlalu keras atau bahkan mencubitnya. Just calm then chillin’ with your cat!
Presented You by


Kasih rate 5 ya gan



Jangan Kasih Ane



Mengharapkan yang Dingin2



Quote:
0
6.7K
Kutip
29
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan