Obat yang tepat dapat menyelamatkan hidup penderita asma. Hingga saat ini, inhaler atau obat semprot dipercaya cepat dalam meredakan serangan asma yang datang mendadak. Namun, seringkali obat tersebut menjadi tidak efektif lantaran pengguna tidak paham mengenai tata cara pemakaian.

"Saat terjadi serangan, kebanyakan penderita menyemprotkan inhaler sekali saja. Padahal, inhaler bisa diulang 3-4 kali selang beberapa menit," jelas Sr. Ratnawati, MCH, SpP(K), PhD, Spesialis Paru dan Pernapasan dari RS Siloam Asri. Selain cepat, inhaler juga diklaim sebagai obat asma dengan efek samping yang minim dan banyak digunakan. "Dosis satu semprot inhaler 40 kali lebih kecil dari dosis obat oral yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek meredakan serangan asma. Lagipula, inhaler menjadi pilihan karena tidak semua orang bisa mengabsorpsi obat oral," paparnya.

Inhaler termasuk golongan obat pelega. Di samping itu, penderita juga harus mengonsumsi obat pengontrol sebagai terapi asma.

Olahraga atau latihan fisik yang berat menjadi salah satu faktor kambuhnya penyakit asma. Meski demikian, bukan berarti penderita asma tidak dibolehkan berolahraga.

Dikatakan Dr. Ratnawati, MCH, SpP(K), PdD, Spesialis Paru dan Pernapasan Siloam Asri, penderita asma boleh berolahraga. Namun, disarankan mengonsumsi obat pelega 15-20 menit sebelumnya. Asma yang kambuh setelah berolahraga terjadi karena saluran pernapasan penderita kering. Napas yang terengah-engah adalah penyebabnya (yang membuat saluran pernapasan kering). Jadi, pilihan olahraga juga sebaiknya dipertimbangkan, tapi bukan berarti membatasi," imbau dia.

Adapun berenang menjadi olahraga terbaik untuk penderita asma. Sebab, akan ada uap air yang masuk ke rongga pernapasan saat berenang, sehingga saluran pernapasan tidak akan kering. Namun, Ratna menekankan penderita untuk tidak berenang di pantai.

"Larutan garam yang ada di air laut menyebabkan jalan napas kering," imbau dia.