kimmmmmAvatar border
TS
kimmmmm
Melihat Negeri Asap dan "Arab Saudi"nya Sawit Dunia Melalui Lensa Bijak
Testimoni :
Quote:


Dan TS pun pernah tinggal di Kalimantan dan kerja disana. Jadi yuk coba berpikir bijak, here we go :


Sudah jamak diketahui, Indonesia kerap di-bully oleh aktivis lingkungan hidup dan pressure group dunia terkait kerusakan hutan yang ditimbulkan oleh aktivitas industri kehutanan yang meruyak sejak 1980-an. Disini saya sebut posisi sulit sawit tersebut. Stigmatisasi ini begitu kuat sehingga sedikit saja ada berita negatif terkait hutan dan sawit, maka lahirlah pukulan terhadap produk CPO atau biodiesel kita di pasar dunia. Dan tibalah hari ini, saat dimana industri agro penyumbang devisa terbesar di Indonesia sedang dikutuk oleh rakyatnya sendiri.

Indonesia Menjadi Negeri Asap


Semenjak kasus bencana asap nasional tahun ini yang belum kunjung reda, belakangan ini banyak opini masyarakat yang melihat prihatin atas adanya Perda yang mengizinkan pembukaan lahan dengan metode pembakaran. Padahal perlu diketahui bahwa Perda yang mengatur izin pembukaan lahan dengan metode pembakaran sudah lama diterapkan dan memang fakta bahwa metode pembakaran adalah cara pembukaan lahan paling cepat dan ekonomis apabila dilakukan sesuai teknik dan aturan kendali. Di dalam peraturan tersebut diatur batasan pembakaran yang undercontrol dengan luas dan periode tertentu. Tetapi di sisi pengelola kebun, celah dari regulasi tersebut pun dicari sehingga pembukaan lahan dan investasi terus dilakukan demi menggenjot kapasitas produksi yang korelasinya erat dengan profit perusahaan.

Tak hanya perusahaan swasta, saat ini masyarakat pun sudah banyak yang ikut menggeluti perkebunan sawit pada lahan pribadinya. Menurut data statistik tahun 2014, saat ini luas perkebunan kelapa sawit mencapai 10,5 juta hektar (Ha), 4,4 juta Ha di antaranya dimiliki perkebunan rakyat. Dengan komposisi kepemilikan perkebunan rakyat sebesar 4,4 juta Ha, tidak benar anggapan bahwa kepemilikan perkebunan sawit hanya dimiliki swasta. Hanya saja produktivitas perkebunan rakyat masih jauh di bawah perkebunan swasta atau BUMN. Dengan komposisi perkebunan rakyat sebesar itu, apalagi ditambah pengetahuan teknik yang minim, terjadilah pembakaran hutan out of control hingga timbul bencana asap nasional yang rutin terjadi setiap tahunnya. Kalau sudah seperti ini, siapa pun bisa menjadi kambing hitam tanpa tahu tangan siapa yang sesungguhnya berada di balik kasus ini. Mulai ambruklah industri “Arab Saudi-nya kelapa sawit” dibawah kutukan rakyatnya sendiri.

Indonesia adalah “Arab Saudi-nya” Minyak Sawit Dunia



Tak bisa dipungkiri pula bahwa kebutuhan dalam negeri untuk bahan baku industri minyak goreng, mentega, kosmetik dan industri oleochemical lainnya berkunci di minyak sawit mentah (CPO), serta potensi untuk mengembangkan berbagai energi alternatif hijau dari kelapa sawit sangatlah besar. Target kita menggenjot industri sawit ini ada tiga, yaitu pembangunan ekonomi nasional, pemenuhan kebutuhan industri berbahan baku minyak dan kernel sawit, serta berperan penting dalam pengembangan teknologi bahan bakar nabati.

Pada saat ini Indonesia menguasai pangsa pasar sawit dunia. Sekitar 47% pasokan minyak sawit dunia berasal dari Indonesia. Kelimpahan produksi sawit ini juga menjadi nilai lebihnya dibanding sumber energi nabati lainnya. Perlu diketahui bahwa minyak sawit merupakan alternatif paling siap menjadi sumber energi nabati karena tersedia dalam jumlah besar, sebab di secara geologis di Indonesia produkvitas per hektar kelapa sawit paling tinggi dan harganya paling murah dibanding minyak nabati lainnya.

Yang tidak banyak orang mengetahui adalah bahwa industri kelapa sawit berperan sangat besar terhadap pencapaian devisa negara yang nilai ekspornya mencapai US$ 15,8 miliar atau sekitar Rp 220 triliun. Ini angka yang yang cukup besar sebagai penyumbang devisa negara.

“Perolehan devisa hasil ekspor subsektor perkebunan terutama ditopang komoditi sawit dibanding komoditi lainnya, karet (US$ 5,27 miliar), kakao (US$ 780 juta), kopi (US$ 920 juta) hingga triwulan III tahun lalu” -Gamal Nasir- (Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian).

Sementara itu penggunaan biodiesel berbasis CPO bisa untuk mengurangi pelepasan emisi karbon ke atmosfir bumi. Dan keuntungan lain terletak pada sifatnya yang bisa diperbarui sehingga Indonesia tidak perlu sibuk mengeksplorasi tambang minyak dan gas yang notabenenya sudah akan habis setengah dekade lagi. Jelas, jika dilihat seluruh benefit di atas maka di sisi mana “masih kurangnya” sumbangan industri sawit bagi perkonomian negeri?

Sebenarnya saya merupakan salah satu dari jajaran yang pro terhadap pengembangan teknologi biodiesel berbasis CPO demi mendukung perkembangan sumberdaya energi terbarukan. Dan sebenarnya sedikit aneh rasanya jika perusahaan dituduh membakar hutan, karena itu justru merugikan buat mereka. Apalagi perusahaan-perusahaan tersebut sudah diawasi oleh badan lingkungan dunia, seperti The Forest Trust, Rainforest Alliance, dan Greenpeace, yang jika melanggar aturan terkait lingkungan maka produknya bisa diboikot. Faktanya juga bahwa setiap perusahaan pulp & paper dan HTI (Hutan Tanaman Industri) dalam kategori besar telah memiliki rencana perusahaan untuk jangka panjang, yakni minimal 20-30 tahun terkait pasokan bahan baku sehingga dipastikan akan menjaga kesuburan tanah.

Quote:


Ambruknya industri sawit berdampak langsung pada kestabilan pasar minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) dan biji inti sawit (palm kernel). Padahal jika pasokan CPO kita diboikot atau dipotong, masyarakat dunia jugalah yang akan kewalahan. Karena sejatinya 47% kebutuhan CPO dunia dipasok dari Indonesia. Kelangsungan industri oleochemical (Gliserin, triolein, tripalmitin, palm kernellate, oleic acid, palmitic acid dsb) pun bergantung pada pasokan CPO dan palm kernel dalam negeri. Kalau industri sawit kita ambruk, jangankan untuk ekspor, untuk memenuhi kebutuhan oleochemical dalam negeri saja kesulitan. Mau impor? Darimana? Negara tetangga?

Lalu Apa?
Maka dari itu solusi jangka panjang atas masalah yang tersebut adalah pengembalian citra industri kelapa sawit dengan menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan dalam pengembangannya. Tak hanya itu, diperlukan pendekatan terintegrasi antara seluruh pihak, rakyat pengelola lahan, BUMN, perusahaan swasta, serta pemberdayaan pengetahuan pada masyarakat agar memahami akan pentingnya pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan agar industri kelapa sawit, pulp & paper dan HTI tetap dapat membantu menyokong pendapatan negara melalui hasil ekspor. Suatu hari, industri CPO akan dapat menjadi generasi sumberdaya energi terbarukan yang mampu menghilangkan ketergantungan rakyat akan bahan bakar fosil (Nb : Sekarang Indonesia resmi menjadi negara net importir minyak bumi).

Tantangan ketersediaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit juga dapat diatasi. Pengembangan perkebunan kelapa sawit yang paling tepat untuk Indonesia adalah melalui pemanfaatan lahan terlantar yang mencapai 70 juta hektar melalui pola perkebunan plasma rakyat. Dengan cara ini akan diperoleh tiga manfaat, yaitu pertumbuhan pendapatan rakyat, pengurangan emisi, dan pengurangan kemiskinan. Solusi ala three-in-one (satu kebijakan untuk tiga persoalan strategis sekaligus) perlu jadi kajian serius dan diadopsi oleh pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Namun tentunya dengan catatan pengelolaan perkebunan sawitnya dilakukan dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan. Dan jika berpandang lebih jauh, maka sudah sepatutnya Indonesia mewaspadai intrik-intrik yang mungkin digulirkan melalui isu lingkungan.

Quote:


Jika bicara tentang energi, selain potensi substitusi minyak petroleum diesel dengan biodiesel CPO, kita pun punya potensi geothermal terbesar di dunia, sumberdaya energi matahari yang menjanjikan, energi angin yang prospektif, energi gelombang laut yang tak terhingga dayanya. Solusi krisis energi sudah ada di genggaman kita.

Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, yang harusnya mampu memenuhi kebutuhan garam industrinya tanpa impor lagi. Tak lupa kekayaan tambang, blok-blok migas, kekayaan laut kita dan masih banyak lagi anugerah lain yang tak ada habisnya jika disebutkan satu per satu, karena potensi kekayaan alam kita yang sangat mendukung untuk menjadikan kita negara mandiri. Apabila kita mampu mengelola sumber daya alam Indonesia dengan baik dan berkelanjutan, maka 20 tahun ke depan Indonesia dapat menjadi sorotan dunia (karena menjadi negara pemasok energi dan pangan dunia).


Quote:


Namun dimana letak kunci surga ini?
Dengan seluruh potensi kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, maka sangat patut kalau Indonesia disebut sebagai tanah surga. Sesungguhnya kita mampu menjadi negara mandiri ekonomi, diawali dengan pola pikir rakyatnya yang positif, inovatif, melek wawasan dan turut ikut serta dalam pengembangan negara di bidang yang menjadi keahliannya masing-masing. Kunci tanah surga tersebut ada pada diri kita utamanya generasi muda Indonesia.

Quote:


Indonesia butuh kita ! Apapun keahlianmu, yuk mulai berkontribusi untuk negeri kita tercinta ini !

Salam pembangunan,


Muhammad Abdurrokhim Al-Hafiizh
Founder & CEO of Indonesian Young Engineers
Diubah oleh kimmmmm 07-11-2015 02:30
0
4.7K
19
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan