Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

indonesia..ber1Avatar border
TS
indonesia..ber1
[fakta full barokah] Empat fakta bahwa Saudi akan kehabisan uang dalam 5 tahun

4 Fakta Arab Saudi bakal miskin & kehabisan uang dalam 5 tahun
Reporter : Idris Rusadi Putra



Anggapan bahwa negara yang mempunyai minyak berlimpah adalah negara yang tidak akan kekurangan uang kemungkinan akan segera patah. Pasalnya, jika harga minyak masih di sekitar USD 50 barel selama beberapa tahun ke depan, banyak negara di Timur tengah akan segera kekurangan uang dalam waktu lima tahun, bahkan kehabisan. Hal tersebut tertuang dalam laporan International Monetary Fund (IMF) pekan lalu. Negara-negara tersebut termasuk Arab Saudi, Oman dan Bahrain.

IMF mengungkapkan, harga minyak yang rendah bisa memangkas pendapatan di negara-negara regional Timur Tengah sebesar USD 360 miliar (Rp 4.907 triliun) untuk tahun ini saja.

Negara-negara yang dulunya mempunyai anggaran yang surplus, akan berbalik dengan sangat cepat menjadi negara dengan anggaran defisit seiring dengan harga minyak yang turun drastis menjadi USD 45 per barel akhir-akhir ini dibanding tahun lalu yang mencapai USD 100 per barel. Beberapa negara "dipaksa" untuk mempersiapkan diri untuk keadaan yang genting.

"Eksportir minyak harus menyesuaikan kebijakan anggaran belanja dan pendapatan mereka sehingga keadaan fiskal mereka bisa bertahan lama," tulis IMF.

Berikut beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Arab Saudi mendekati situasi yang genting sebagai negara pengekspor minyak seperti dilansir dari CNN di Jakarta, Selasa (27/10).

1. Arab Saudi semakin tertekan

Perkiraan IMF, Arab Saudi sebagai pengekspor minyak terbesar dunia, membutuhkan harga minyak hingga ke level USD 106 per barel untuk menyeimbangkan anggarannya. IMF juga mengatakan bahwa kerajaan tersebut juga hampir tidak mempunyai cadangan fiskal untuk bertahan selama lima tahun ke depan jika harga minyak tetap berada di level USD 50 per barel.

Hal itu menjadi penyebab Arab Saudi sangat agresif dalam mendapatkan uang akhir-akhir ini. Di antaranya adalah menjual surat utang sebesar USD 4 miliar (Rp 54,8 triliun) awal tahun ini dan menarik uang dari perusahaan pengelola aset seperti BlackRock hingga USD 70 miliar atau Rp 959 triliun.

Setelah tahun-tahun surplus, tahun ini Arab Saudi diperkirakan akan mengalami defisit sekitar 20 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Meskipun Arab Saudi mempunyai cadangan sebesar USD 700 miliar (Rp 9.590 triliun), namun uang tersebut terus menipis secara cepat.

2. Memangkas belanja

Di saat negara kekurangan uang, Arab Saudi tidak akan mungkin untuk menaikkan pendapatan dari pajak, namun memotong beberapa anggaran dalam belanjanya.

Namun, kecil kemungkinan kerajaan tersebut akan memangkas anggaran sosial dan militernya mengingat masih adanya ketakutan revolusi Arab (Arab Spring) tahun 2011 akan kembali muncul.

"Dengan adanya perasaan tidak aman dan kondisi domestik yang tidak stabil, mengurangi anggaran sosial sedikit banyak adalah judi politik," ujar Henry Smith, Direktur Asossociate Control Risk seperti yang dilansir dari CNN Money.

Namun, Smith mengaku bahwa ruang belanja pemerintah akan menjadi semakin sempit. "Beberapa proyek yang kurang penting secara ekonomi akan diam-diam dipangkas," ujar dia.

3. Iran dan Irak di bawah tekanan

Hal yang berbeda dialami oleh Iran dan Irak yang masih bisa bertahan dengan harga minyak rendah selama kurang dari 10 tahun. IMF memperkirakan harga minyak yang dibutuhkan kedua negara tersebut agar anggarannya kembali sehat adalah USD 72 per barel. Namun, proyeksi Iran masih bisa ditolong oleh pembebasan sanksi yang masih belum terlaksana dan peningkatan produksi minyak dari kesepakatan nuklir dengan pihak Barat.

Sementara itu, Irak sudah tidak mempunyai cadangan fiskal. Negara tersebut masih berjuang dengan peperangan dalam negeri dan perebutan kekuasaan dengan ISIS.

"Angka kejahatan yang tinggi mempengaruhi warga sipil dan mempengaruhi kepercayaan, pengharapan lalu akhirnya berimbas pada aktivitas ekonomi," ujar IMF.

Bahrain juga berada dalam tekanan finansial, di mana negara tersebut juga berhadapan dengan opsi yang makin sedikit dalam waktu lima tahun. Negara tersebut telah mempunyai utang dan telah mengalami defisit selama beberapa tahun berturut-turut.

"Mereka relatif berada di ranah yang sempit. Mereka cenderung akan melakukan pengetatan yang signifikan," ujar Jason Tuvey, ekonom khusus Timur Tengah dari Capital Economics.

4. UEA, Kuwait dan Qatar bisa selamat dalam waktu 10 tahun

Namun, beberapa negara masih aman di tengah badai harga minyak yang semakin murah. Berada di posisi paling aman adalah Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA). Hal tersebut disebabkan oleh negara-negara tersebut tidak membutuhkan harga minyak yang tinggi agar anggaran mereka sehat.

Menurut IMF, harga minyak yang dibutuhkan agar anggaran Kuwait tetap sehat adalah USD 49 per barel, sementara Qatar di level USD 56 per barel dan UEA di level USD 73 per barel.

Namun ketiga negara tersebut telah menyimpan uang yang sangat banyak dari penjualan minyak sebelumnya, di mana jumlah uang tersebut bisa melindungi negara-negara tersebut di masa kritis.

IMF mengatakan bahwa UEA mempunyai cadangan fiskal yang cukup jika harga minyak berada di level USD 50 per barel selama 30 tahun. Qatar dan Kuwait bisa bertahan dengan harga minyak yang mirah selama 25 tahun.

tambang ultra barokah http://m.merdeka.com/uang/4-fakta-arab-saudi-bakal-miskin-kehabisan-uang-dalam-5-tahun/uea-kuwait-dan-qatar-bisa-selamat-dalam-waktu-10-tahun.html
Diubah oleh indonesia..ber1 27-10-2015 23:58
0
5.2K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan