Mungkin sebagian agan dan sista sudah pernah mendengar istilah The Gimli Glider. The Gimli Glider merupakan nama panggilan untuk salah satu pesawat milik Air Canada.

Julukan ini disematkan setelah pesawat Boeing 767-233 jet mengalami kehabisan bahan bakar pada ketinggian 12.500 meter atau 41.000 kaki. Pesawat yang saat itu dikendarai oleh pilot Bob Pearson (>15.000 jam terbang) dan Co-pilot Maurice Quintal (>7.000 jam terbang) berangkat dari Montreal menuju Edmonton pada tanggal 23 Juli 1983. Awal mula kejadian ini adalah ketika alarm lampu indikator untuk bahan bakar sebelah kiri pada kokpit menyala yang menyatakan bahwa proses pemompaan bahan bakar gagal yang kemudian menyebabkan mesin kiri pesawat mati. beberapa waktu kemudian, alarm lampu indikator kokpit kembali menyala. kali ini alarm indikator untuk bahan bakar sebelah kanan. Karena Keadaan bahan bakar yang sangat sedikit, pesawat mencoba menghubungi menara pengawas di winnipeg untuk melakukan pendaratan darurat. Tidak lama setelah kontak dengan menara pengawas akhirnya mesin kanan yang menjadi penopang pesawat juga ikut mati yang menyebabkan pesawat berada di udara tanpa mesin.

Ketika kehilangan mesin kedua, pesawat berada pada ketinggian 35.000 feet (11.000 meter). Co-pilot yang masih bisa menghubungi menara pengawas mencoba untuk mengkalkulasi kemampuan pesawat diudara dengan jarak ke winnipeg. setelah mengkalkulasi, co-pilot menyatakan bahwa tidak cukup ketinggian untuk mendarat di winnipeg dan meminta pilot untuk mendarat di Gimli. Gimli sendiri merupakan salah satu landasan yang dulunya digunakan oleh Royal Canadian Air Force (RCAF) dimana co-pilot menjadi pilot RCAF, yang tanpa diketahui sudah menjadi Gimli Motorsports Park.


Pada saat akan mendarat, pilot berusaha menurunkan main landing gear menggunakan gravity drop. Main landing gear yang lebih berat terkunci pada posisinya. namun tidak untuk nose landing gear yang lebih ringan, yang membuatnya tidak terkunci pada posisinya. Mendekati landasan Gimli, pilot memperkirakan bahwa dengan kecepatan pesawat belum berkurang, akan menyebabkan pesawat keluar dari landasan. Kemudian Pilot mengambil inisiatif untuk membuat gerakan glide yang biasa dia lakukan menggunakan pesawat kecil. Namun hal yang terjadi kemudian, ketinggian pesawat saat akan medekati landasan tidak cukup rendah sehingga pendaratan tidak bisa dilakukan. lagi-lagi pilot mengambil inisiatif menggunakan trik forward slip untuk mengurangi ketinggian pesawat. pada saat roda akhirnya menyentuh tanah, pilot langsung melakukan pengereman keras yang menyebabkan dua roda main landing gear pecah, sementara nose landing gear yang tidak terkunci menyebabkan hidung pesawat bergesekan dengan tanah. tidak ada korban jiwa pada kecelakaan ini.



Kemudian diadakan investigasi oleh Aviation Safety Board of Canada yang menyatakan bahwa hal ini terjadi karena kesalahan dari maskapai dan mekanik. Penyebab hal ini terjadi karena kesalahan metrik system dalam pengisian bahan bakar. Pilot mengkalkulasikan perjalanaan dari Montreal menuju Edmonton membutuhkan 22.300 kg bahan bakar atau sebesar 49.200 lb. mekanik pada saat itu mengisikan 22.300lb bukan kilogram atau sekitar 10.100 kg yang mana hanya mendekati setengah dari yang diperlukan untuk perjalanan ini.

atas kejadian ini, kapten pearson di demoted selama 6 bulan, co-pilot di suspend 2 minggu dan mekanik yang terlibat juga di suspend.

TS mengambil cerita ini karena menurut TS setelah melihat video yang terjadi adalah bahwa kedua pilot tetap berpikir jernih dan mengatasi kepanikan mereka sehingga tidak terjadi kecelakaan yang lebih parah. jadi ketika ada masalah cobalah untuk berpikir jernih dan tidak panik.
thanks