Kasus mahasiswa tembak teman diambil alih Polrestabes Makassar
Reporter : Mappesona | Jumat, 9 Oktober 2015 18:15
Merdeka.com -
Muhammad Ridwan alias Tate (24), mahasiswa Fakultas Sosial Politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, pelaku penembakan rekannya sendiri bernama Muhammad Rizal (22), digiring ke Mapolrestabes Makassar karena kasusnya dianggap krusial, rawan konflik karena keduanya berasal dari dua daerah yang selama ini kerap teribat keributan. Tate berasal Kabupaten Bulukumba sementara Muhammad Rizal dari Kabupaten Palopo.
Selama 12 jam mahasiswa semester VIII itu diamankan di Mapolsek Rappocini. Kemudian semalam kasus ini diambil alih Polrestabes Makassar sehingga penahanan Tate pun ikut dipindahkan.
"Semalam Tate sudah di Mapolrestabes Makassar. Kelanjutan kasusnya kini diambil alih," tutur Kapolsek Rappocini AKP Muari kepada wartawan, Jumat (9/10).
Sebelumnya, Tate dkk terlibat keributan di kampus Unismuh, Senin, (5/10). Tate bersama kawan-kawannya masuk kampus seraya berteriak mencari mahasiswa asal Kota Palopo. Mereka membawa busur, senjata angin dan parang.
Di saat bersamaan Muhammad Rizal, mahasiswa semester VII keluar dari ruangan dosen untuk pengurusan Kuliah Kerja Profesi (KKP). Keterangan dua saksi yakni Marwing dan Bidin melihat Tate sengaja membidik korban hingga akhirnya Rizal terluka kemudian dilarikan ke RS Bhayangkara, selanjutnya dirujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo karena luka di matanya cukup parah terkena peluru senapan angin.
Tiga hari usai kejadian itu, tepatnya Kamis dini hari (8/10), jajaran Polres Rappocini didukung personel Polrestabes Makassar, berhasil membekuk Tate. Dia diambil dari rumah kakak iparnya, anggota TNI dalam asrama Zipur 8 SMG Makassar.
Tate dan Rizal selama ini tergabung di organisasi daerah (organda) berbeda. Tate dari organda yang di dalamnya ada mahasiswa Takalar, Bulukumba sementara Rizal di organisasi yang di dalamnya ada mahasiswa asal Kota Palopo juga Kabupaten Luwu. Mahasiswa dari dua organda ini kerap berseteru.
"Organda ini tergolong besar dari dua etnik berbeda, sehingga dikhawatirkan terjadi konflik susulan berbau SARA. Makanya untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk misalnya aksi-aksi pembalasan, kasus ini kemudian diambil alih Polrestabes Makassar," jelas AKP Muari.
[cob]