xx_xxAvatar border
TS
xx_xx
Renungan Secangkir Kopi Starbucks

Dijamin nggak Repost... karena ane ngetik sendiri. Capek... emoticon-Blue Guy Peace

Spoiler for Pendahuluan:

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita semua dilahirkan di era berkembang pesatnya media seperti TV, Surat Kabar, Majalah, Radio, Internet dan media lain yang menganut iklan "Sistem Cuci Otak” / “Sistem Gengsi-gengsian”. Agan-agan sekalian merasa nggak, tanpa disadari kita mulai ikut terbaur dalam gaya beli “Sistem Gengsi-gengsian " tersebut terhadap hampir semua barang dan jasa. Sebagai contoh: Minum Kopi St**b*cks dianggap punya gaya hidup dengan “Selera Tinggi”, Ponsel pintar berteknologi tinggi (canggih) dianggap lebih mengikuti perkembangan zaman, beli barang gesek kartu kredit dianggap lebih berkelas.



Kalo dari sudut pandang konsumen, [Kebiasaan Ekonomi] dari Sistem Gengsi-gengsian ini membuat si miskin bertambah miskin dan si kaya makin liar untuk menghamburkan uang. Bahkan yang lebih parahnya lagi, dalam dunia ekonomi kapitalis, supaya ekonomi berkembang pesat, Negara harus makmur, pendapatan perkapita harus tinggi, penangguran berkurang, gaji dan bonus karyawan meningkat, nah kesemuanya ini baru akan terwujud jika adanya [Kebiasaan ekonomi] yang baik. Sebagai contoh: Sebelum adanya Ponsel Pintar (Smartphone), penjualan ponsel biasa membludak, penjual ponsel pun laris manis layaknya jualan kacang rebus. Namun, setelah adanya ponsel pintar, penjualan ponsel menurun drastic, sekarang yang berdagang layaknya kacang rebus adalah produsen pembuat game-game dan aplikasi ponsel pintar. Nah dibuku yang saya baca, ini dinamakan “St**b*cks Effect”. The Starbucks Effect

Spoiler for St**b*cks:


Menurut penelitian, modal dasar rata-rata secangkir kopi St**b*cks hanya 13% dari harga jual. Sebagai contoh: Jika secangkir Coffee Latte St**b*cks dijual dengan harga Rp. 40.000,- maka harga modalnya hanya Rp 5.200, ditambah dengan ongkos lain-lain (gaji pegawai, sewa toko, listrik, air dll) total keseluruhan modal dasar kopi tersebut tidak lebih dari Rp. 12,000. Jadi hanya dengan Rp. 12,000 saja kita seharusnya sudah bisa mendapatkan kepuasan untuk menikmati kopi sekelas St**b*cks. Namun karena konsumen terpengaruh “Sistem Gengsi-gengsian” tersebut. Maka konsumen rela untuk mengeluarkan uang 3 hingga 5 kali lipat dari harga tersebut hanya untuk menunjukkan bahwa Agan adalah orang berkelas dan bergengsi. Bahkan ada yang bisa bertahan berjam-jam hanya untuk duduk browsing di St**b*cks. (padahal tidak sedikit kedai kopi lokal yang menyajikan kopi sekelas St**b*cks dan layanan yang sama bahkan lebih dari St**b*cks (Smoking Area, Free Wi-Fi, dll)

Padahal bila dinilai dari tingkat kenyamanan dan kepuasan pelanggan, ane lebih milih untuk menyimpan duit ini untuk sekali-kali menikmati hidangan super mewah di restoran berbintang (Michelin Starred Restaurant). Yang mana bila dihitung modal dari setiap mekanan rata-rata adalah 30% dari harga jual. Misal harga jual 1 porsi makanan Rp. 250.000, nah modal dasar dari makanan tersebut adalah Rp. 75,000, lalu ditambah 30% hingga 50% adalah harga keahlian sang Koki (yang mana tidaklah gampang untuk mendapat gelar koki standar Michelin) nah sisanya barulah gaji pegawai, sewa toko, listrik, air dan keuntungan si restoran). Kalau dihitung-hitung makan di restoran kelas Michelin kepuasan pelanggan yang didapat dari makanan dan keahlian si koki adalah 50% - 70%, sedangkan nilai kepuasan konsumen St**b*cks dari modal dasar kopi serta keahlian si peracik kopi hanyalah 20% - 30% (sisanya bisa dikategorikan sebagai kepuasan psikologis). Kepuasan psikologis bisa menyebabkan kecanduan. Lihat saja agan2 yang setiap hari / sering minum St**b*cks, betapa relanya mereka bantuin St**b*cks bayar uang sewa toko dan gaji pegawai si St**b*cks hanya untuk mendapatkan kepuasan psikologis (merasa berkelas, lebih bergengsi).

Spoiler for Michelin:

Maaf kata, kalo agan-agan sekalian hanya Karyawan Swasta biasa dengan gaji standar (bukan konglomerat / anak konglomerat, bukan pejabat / anak pejabat (sorry *red), tidak juga menang lotere / undian miliaran rupiah), serta agan belum bangun dari kebiasaan “Sistem Gengsi-gengsian”, ane berani jamin ente gk bakalan keluar dari siklus ekonomi (gali lubang tutup lubang) apalagi klo usia ente udah lebih dari 30.

Namun, lebih menyakitkannya lagi (hidup itu pahit emoticon-Turut Berdukaemoticon-Turut Berduka ) dalam dunia bisnis, bila TIDAK ADA orang yang tergolong / menganut / terjangkit “Sistem Gengsi-gengsian” ini, maksudnya gk ada konsumen yang rela untuk mengeluarkan gocek untuk kepuasan psikologis. Negara bisa mengalami krisis ekonomi, pengangguran dimana (contoh: St**b*cks tutup), lebih parah lagi dapat menyebabkan kerusuhan global. Nah, bingungkan??? Kalo dinilai dari sisi ekonomi / sisi Produsen, ane pun berharap biar makin banyak yang terjangkit “Sistem Gengsi-gengsian” tersebut, Bukan hanya gk boleh berhenti, kalo bisa ane berharap makan banyak yang terjangkit sampe membludak. Tidak hanya harus sering minum Kopi Bergengsi namun juga harus sering membeli barang-barang tersier seperti (Tas Hermes, Vespa Emporio Armani (seharga Avanza), Dompet LV, dll). Harus diketahui pula, sehebat-hebatnya daya beli konsumen, akan ada titik jenuh dimana konsumen tidak lagi merasakan gengsi dengan menggunakan barang-barang tersebut, apalagi bila kondisi ekonomi Negara mengingkat, taraf hidup setiap masyarakat pun meningkat, lambat laun yang dulunya gk sanggup beli St**b*cks pun sanggup beli St**b*cks (Si majikan merasa sedih karena Sang Sopir juga minum kopi yang sama dengan dia tiap pagi). Di titik itu orang mulai berhenti menghamburkan uang, kembali krisis global, (St**bucks gulung tikar) karyawan kehilangan pekerjaan, banyak pengangguran….. dsb.

Nah, lama setelah itu, setelah hutang2 terbayarkan, kondisi ekonomi mulai membaik lagi, “Sistem Gengsi-gengsian” akan diterapkan lagi…dsb, kondisi itu dinamakan siklus ekonomi.

Bila penghasilan bersih Agan-agan sekalian (dipotong biaya sewa rumah untuk yg ngontrak, biaya listrik, air, gas dan kebutuhan sehari2 lainnya) sisanya hanya berkisar dibawah 5jutaan dan ente masih tetap saja ikut dalam permainan “Sistem Gengsi-gengsian” tersebut, bisa dibayangkan nasib agan 10 tahun kedepan akan sama bahkan lebih parah dari sekarang.

Terkecuali, anda adalah Sales person / Marketing. Produk yang anda tawarkan adalah untuk barang-barang berkelas (Jam Rolex, AP, Patek, Richard Mile, Lamborghini, Rumah Mewa, dll) mungkin anda diwajibkan untuk setiap hari terlihat bergengsi. Untuk kasus ini ane juga punya cerita panjang yang bisa disharing di lain waktu.

Nah, sebagai rangkuman, kenapa kemiskinan tidak merata? Jawabannya tidak lain daripada Kebiasaan Ekonomi.



Semoga Thread ane memberikan inspirasi....

Spoiler for Referensi:

Spoiler for Tanggapan dari Agan2:


Kalau suka emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Blue Guy Cendol (L) atau paling ngga emoticon-Rate 5 Star emoticon-Rate 5 Star emoticon-Rate 5 Star

Kalau tidak suka jangan diemoticon-Bata (S) ya...emoticon-I Love Kaskus (S) emoticon-I Love Kaskus (S) emoticon-I Love Kaskus (S)

Kunjungi Thread ane yang lain:

[HOT THREAD] Lihat Kepribadian Kamu Berdasarkan Benham's Top
[HOT THREAD] Mengenal Istilah - istilah dalam Agen Rahasia
[HOT THREAD] Memanfaatkan Styrofoam atau Busa Pembungkus Buah
[HOT THREAD] Ada Yang Tahu Fungsi Sendok McFlurry?
[HOT THREAD] Fungsi Pizza Saver
Ide Kreatif Menyulap Mainan bekas
Mengenal Kampanye Titik Hitam atau Black Dot Campaign
[TIPS] Jangan Buang Tutup Bekas Es Krim
Kumpulan Kisah Inspiratif Bisnis dan Kehidupan
Diubah oleh xx_xx 24-08-2016 02:22
0
68.2K
344
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan