rreignAvatar border
TS
rreign
Kerinci & Gn.Tujuh, Jambi-Sungai Penuh via udara dan jadi target begal
Meramaikan dunia percatperan OANC ijinkan saya ngepost cerita perjalanan seadanya, semoga bisa jadi tambahan referensi buat teman temin yang mau ke Kerinci emoticon-Smilie



tampak Kerinci di pagi hari depan penginapan


Intro..
Dari ide spontan yang muncul di bulan Mei akhirnya kami melakukan perburuan tiket, rute pesawat Jakarta-Padang kami coret karena dua kali lipat harganya dibanding Jakarta-Jambi. Hasilnya dua nomor penerbangan pergi pulang kami dapat GA130 dan GA135.

Seminggu sebelum berangkat saya ga tenang karena semua travel yang kami hubungi libur di Lebaran pertama, baru tersedia di Lebaran kedua. Usaha untuk cari mobil carteran tapi harganya ga masuk budget. Kata kunci ‘Jambi ke Sungai Penuh’ berulang kali saya gunakan untuk cari info akhirnya ketemu satu transportasi udara yang punya rute Jambi-Sungai Penuh, Sus* Air. Coba menghubungi call center yang tertera di situsnya ga ada jawaban, ada berita maskapai ini sedang vakum terbang untuk rute yang dicari. Saya pikir mungkin memang ga beroperasi lagi tetapi jari ga berhenti redial nomor call center nya sejak pagi di kantor. Setelah istirahat siang coba lagi hubungi call center Sus* Air baru ada yang menjawab. Senangnya ternyata rute yang saya butuhkan masih beroperasi dan tiket Jambi-Kerinci lewat udara pun didapat.

Cerita perjalanan dimulai..
Jumat, 17 Juli 2015
Pukul 03:00 kami meluncur ke bandara dengan si Burung Biru. Tol dari Lebak Bulus ke bandara kosong di pagi itu, bikin pak supir bisa ngebut dan kurang lebih satu jam kami sudah tiba di bandara. Selesai check in kami tungguin pesawat sambil bobo lucu.
Cuaca cerah dan penerbangan lancar, pukul 07:00 kami mendarat di Jambi. Penerbangan SI7223 rute Jambi-Kerinci ini terjadwal pukul 10.30, beroperasi tiga kali seminggu, Senin, Rabu, dan Jumat. Untuk reservasi tiket Sus* Air Jambi no telp 08116138315.

Lebaran pertama hari itu semua toko kompak tutup, logistik buah-buahan untuk pendakian dibongkar lebih awal. Hampir pukul 09:00 check in Sus* Air dibuka, kami menuju counter tapi tidak ada petugas disana sempat bingung dan tanya petugas counter sebelah rupanya yang bertugas hanya satu orang. Jadi counter Sus* Air kosong kalo si petugas ngurus kerjaan lain. Well okelah bisa dimaklumi mungkin karena Lebaran jadi petugasnya banyak yang cuti. Ini pengalaman pertama saya menumpangi pesawat berkapasitas 14 orang.

Spoiler for Suasana di kabin sus* air:


Penerbangan lumayan lancar cuma saya pribadi merasakan tekanan udara parah yang bikin sakit telinga, mungkin kondisi saya kurang fit saat itu.

Pukul 11:30 kami mendarat di bandara Sungai Penuh, Depati Rebo. Walaupun agak susah dihubungi untuk pemesanan tiket tapi maskapai Susi* Air ini on time. Wow banget Jambi-Sungai Penuh hanya ditempuh satu jam. Bandara Depati Rebo seperti halnya bandara di daerah agak kecil, ga banyak calo, dan terlihat bersih dari sampah. Sayang bangku tunggu penumpang didalam ruangan agak kurang dirawat karena jadi markas laba laba dan kamar mandinya ga bisa digunakan.

Kami menunggu berharap ada angkot yang bisa membawa kami ke kota, ternyata positif tidak ada angkot di hari Lebaran pertama. Coba nego taxi untuk antar kami ke kota atau Kerinci, tapi dua opsi ini tetap mahal. Berkah pas ngetrip pun datang, ada Bapak baik hati yang mungkin kasian liat tampang melas kami, jadi dia menawarkan tumpangan mobil sampai ke kota untuk kita cari transportasi selanjutnya buat ke Kerinci. Kami turun di depan jejeran hotel tapi lupa apa nama daerahnya, katanya kalau stop angkot ke Kerinci disana tempatnya. Saat itu tepat jam makan siang tapi di kota sepi tidak ada warung makan yang buka, hanya dapat snack kecil buat ganjal perut yang lapar akut. Beberapa ratus meter dari tempat kami terlihat motor diparkir dipinggir jalan, setelah dicek memang mereka kang ojek yang lagi nungguin penumpang. Tawar menawar harga pas tancap gas hehee.. per motor dari Sungai Penuh ke Kerinci Rp100.000.

Pukul 14:00 kami tiba di homestay Paiman, partner yang kesini tahun lalu langsung disambut sama pengelola penginapan. Sepertinya mereka mudah mengingat tamunya, poin yang bagus dalam menjalankan usaha di bidang jasa. Meja di ruang tamu tersedia banyak cemilan kue, ga butuh waktu lama untuk bikin mulut sibuk ngunyah. Kami langsung makan siang dan istirahat untuk pendakian esok hari.
Jadilah hari itu kami melakukan perjalanan dari Depok ke Kerinci hanya dalam waktu kurang lebih sebelas jam.

Sabtu, 18 Juli 2015
Udara dingin khas dataran tinggi bikin males bangun tapi harus dilawan karena tujuan saya adalah gunung Kerinci bukan penginapan di Kerinci.
Mandi pagi serasa uji nyali, ada rasa ingin melihat tamu lain memesan air panas buat mandi tapi mau pake kamar mandi aja antri apalagi tambah pesan air panas segala. Sudahlah saya senam senam kecil sambil antri supaya badan ga terlalu kaget kena air dingin. Tapi dasar manusia tropis, saya tetap mengigil saat mandi. Langsung saya tuntaskan dalam waktu sesingkat singkatnya semua ritual di pagi hari dan kabur ke kamar selimutan lagi.
Selesai sarapan kami packing ulang, pesan satu bungkus nasi untuk makan siang, beli gas, air mineral dan titip barang barang yang tidak dibutuhkan selama pendakian di penginapan. Bertemu satu orang teman dari Jakarta di homestay jadi kami mendaki bertiga, kami diantar dengan mobil sampai pintu pendakian dengan biaya pp 30.000 per orang.

Spoiler for Gerbang Kerinci:


Pukul 08:45 kami mulai berjalan melewati kebun warga yang jadi intro pendakian Kerinci. Ada bangunan tak terpakai penuh coretan tampak seperti bekas pos registrasi. Pintu rimba kami tempuh dalam waktu setengah jam. Selanjutnya jalur penuh lumpur, lembab, dan basah kami lalui. Hewan bertubuh lunak yang doyan hinggap dan menghisap darah jadi hal yang paling mengerikan buat saya ketimbang cerita spooky yang beredar tentang Kerinci. Proteksi mulai digunakan, minyak kayu putih dilumuri diarea tubuh yang terbuka dan sudah pasti inner berlengan panjang jadi pakaian wajib untuk mendaki di jalur rapat dan lembab seperti ini.

Spoiler for hutan Kerinci:


Pukul 12:00 tiba di shelter 1, kami makan siang dan istirahat sekitar satu jam. Ketemu rombongan yang berasal dari berbagai daerah, ada dari Solo, Palembang, Jakarta, juga ada pasangan bule dari Jerman yang turun siang itu. Kami saling sapa sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.

Spoiler for Shelter 1:


Pukul 13:00 kami lanjut lagi, jalur Shelter 1 ke Shelter 2 yaampuuunn jauhnya. Ga kehitung berapa kali saya berhenti sekedar untuk menormalkan nafas yang sudah tersengal-sengal. Kerir dipunggung terasa makin berat, belum lagi di area jalur air yang berbentuk seperti got tanah besar dengan kami di dalamnya. Licin karena tanah yang lembab tidak tertembus sinar matahari. Target camp kami adalah Shelter 3, camp terakhir sebelum puncak. Partner berulang kali menawarkan untuk mengambil alih kerir tapi saya menolak, buat saya naik gunung harus dirasain enak dan ga enaknya kecuali saya udah drop total dan hampir pingsan okelah dengan senang hati saya menerima bantuan orang lain. Cuaca cerah tanpa hujan menyuntikan semangat untuk terus tetap berjalan.

Hampir tiga jam kemudian sampailah kami di Shelter 2. Areanya lumayan terbuka sehingga kami bisa menikmati matahari sore sambil makan buah pear. Saat itu pukul 16:00 lewat, partner yakin kami bisa tiba di Shelter 3 sebelum gelap.
Setelah beres-beres kerir dan menandai teritori alias pipis, saya menyeret kaki yang mulai lelah. Jalur penuh tanjakan terjal dan jalur berpijak yang tipis pasti memakan waktu double dari waktu tempuh normal bila dilewati pada waktu malam. Ditengah jalan kembali kami bertemu rombongan Palembang beristirahat di area kecil yang lumayan datar. Di kejauhan bisa dilihat Danau Gunung Tujuh yang ga kalah tersohor dengan Sang Kerinci.

Spoiler for view gunung tujuh dari kerinci:


Salah satu dari rombongan itu menginformasikan cantiknya moment matahari terbenam dari Shelter 3. Pemandangan ini jelas sangat menghibur, kembali semangat terisi full tank langsung saya mengajak tim untuk kembali berjalan. Pukul 17:45 sampailah kami di area camp Shelter 3, lupa sama matahari terbenam yang ingin saya lihat karena sibuk memutuskan lokasi tenda. Permukaan tanah disini keras dan berbatu, kalo asal tancap bisa rusak pasak tenda.

Minggu, 19 Juli 2015
Malam itu saya sempat kena serangan sesak napas, kemudian partner mengalami sakit kepala. Kondisi saya membaik menjelang subuh tapi tidak dengan kondisi partner. Pukul 04:00 sudah ramai suara tenda sekitar hendak summit attack. Saya sampaikan ke teman untuk berangkat summit bersama tenda sebelah, karena saya harus tinggal untuk menjaga partner yang sakit. Well dari awal kami berangkat bersama, ga mungkin moment summit attack saya jalani tanpa dia walau dia menyuruh saya summit saat itu. Saya berpikir positif berharap alam semesta mendukung kami agar bisa summit pagi itu.

Power of positive mind ini ampuh. Pukul 06:30 partner membangunkan saya untuk summit, karena khawatir dengan kondisinya saya menolak. Tapi dia meyakinkan bahwa dia sudah cukup fit. Akhirnya sekitar pukul 07:00 kami berangkat. Di tengah jalan posisi sebelum Tugu Yudha kami bertemu dengan para pendaki yang turun termasuk teman kami, sudah terlalu siang mereka bilang. Kami mempercepat langkah tapi matahari yang bersinar terik membuat kepayahan juga, akhirnya sekitar pukul 09:20 kami tiba di puncak. Moment ini lumayan mengaduk perasaan, it was so emotional. Di camp saya sudah berusaha merelakan bila tidak bisa summit karena kondisi partner yang sakit. Ternyata masih dapat kesempatan menyicipi puncak Kerinci, terima kasih Pencipta..

Spoiler for kawah kerinci:

Spoiler for Summit kesiangan:




Summit diatas pukul 09:00 memang tidak dianjurkan, karena resiko cuaca yang dominan berkabut bisa menghalangi pandangan saat kembali turun ke camp. Setelah menikmati kawah dan pemandangan dari puncak kami segera turun dan tiba di camp pukul 11:00. Beristirahat dulu dan mengisi stamina dengan logistik yang tersisa, masih ada jalur turun menunggu. Kami menjadi rombongan terakhir yang meninggalkan Shelter 3 hari itu. Saya elus lutut yang pernah beberapa kali kambuh nyerinya pas turun gunung, untunglah nyeri lutut tidak muncul sampai kami tiba di balai bambu sekitar pukul 19:00 tempat menunggu jemputan dari homestay. Sebelum tidur malam itu tidak lupa saya memesan mobil untuk mengantar kami besok pagi ke Danau Gunung Tujuh.

Senin, 20 Juli 2015
Rame sangat suasana semalam di penginapan, ada rombongan yang menggunakan bis besar tiba dini hari.
Dengan perbekalan pendakian tektok, kami berangkat pukul 08:00. Jarak penginapan ke Danau Gunung Tujuh ini lebih jauh dari pada jarak penginapan ke Kerinci, pp biayanya 50.000 per orang. Isi buku tamu dan bayar registrasi 7.500 per orang.
Pukul 09:00 kami mulai berjalan. Jalur pos registrasi ke pintu rimba suka bikin orang nyasar, kalo udah masuk area kebun dengan rumput yang tinggi ambil jalur yang ke kiri jangan lurus. Waktu turun kami dikejar orang yang rombongannya nyasar di area ini, setelah dikasih pencerahan baru mereka kembali ke jalan yang benar hahaa emoticon-Big Grin


Jalur pendakian Gunung Tujuh ini dipenuhi akar, lumayan lebar, dan tidak perlu memanjat seperti Kerinci. Banyak bertemu pendaki junior alias anak-anak kecil, hebatnya mereka tempat bermainnya di gunung.

Spoiler for Trek Gunung Tujuh:


Tiba di puncak kami tidak istirahat tapi langsung turun menuju danau. Pukul 11:00 kami sudah hinggap di batu-batu besar danau, tempat yang nyaman buat nyemil sambil menikmati pemandangan.

Spoiler for Bening gan:

Spoiler for Keren gan:

Spoiler for teman berbuntut yang menemani perjalanan:

Spoiler for we love the view:

Spoiler for mendung di pos setelah turun dari gunung tujuh:


Selasa, 21 Juli 2015
Tengah malam di jalur lintas Sumatera yang berbelok-belok tanpa akhir, teman perjalanan kami mengalami mabuk parah. Berulang kali dia minta mobil berhenti untuk beristirahat, tapi jalur lintas Sumatera ini terkenal dengan begal, rampok, yang tidak segan melukai korbannya jadi supir menolak untuk berhenti terus menerus karena pertimbangan keamanan. Sebaliknya pak supir memacu mobil semakin kencang di daerah yang terkenal berbahaya. Sempat kami berhenti di satu area menunggu travel lain untuk konvoi.

Hal yang tak terlupakan terjadi Mandiangin, saat itu ada satu truk di depan kami berhenti di tengah jalan. Terlihat truk ini tidak bisa lewat karena jalannya terhalang balok kayu melintang yang memblockade dua arah. Pak supir langsung putar balik dia punya dugaan hal ini sengaja dilakukan oleh para begal untuk melakukan aksi jahatnya. Tidak lama, hal yang sama dilakukan juga oleh supir truk. Tiba di pos polisi Mandiangin yang sudah gelap, pak supir turun membangunkan pakpol dari tidur nyenyaknya. Diceritakan hal yang kami temui di jalan dan meminta pengawalan para pakpol untuk melewati jalan yang diblockade tadi. Terlihat dari mobil para pakpol bersiap dan mengambil senjata mesinnya, seru seru sedap rasanya berada di kondisi seperti ini. Tapi entah kenapa para pakpol yang kami tunggu sangat lama bersiapnya, sehingga pak supir dan teman-teman travelnya mengambil kesempatan saat ada rombongan mobil travel besar berkonvoi mereka langsung memacu mobil dan masuk dalam barisan konvoi meninggalkan para pakpol yang mungkin lanjut bobo lagi. Dan ternyata blockade balok kayu yang tadi menghalangi perjalanan kami sudah hilang tak berbekas, jelaslah bahwa balok kayu itu memang sengaja diletakan menghalangi perjalanan kami dengan tujuan jahat. Dan para penjahat itu tau kami putar balik untuk melapor ke polisi terdekat, jadi segera mereka menghilangkan jejaknya. Lolos dari area rawan begal ini urat tegang saya mulai mengendor dan agak tenang.

Pukul 05:00 kami tiba di Jambi. Beruntung partner punya kenalan dari komunitas touringnya, jadilah kami bisa beristirahat ditempat yang nyaman tanpa harus ngemper di bandara nunggu pesawat sampe sore. Setelah makan siang bro Ari dan istrinya dengan baik hati mengantar kami jajan oleh oleh, beli jagung bakar yang super enak di Ancol, dan mengantar ke bandara. Tiba di bandara kurang dari sejam waktu keberangkatan, kalo di Jakarta udah telat check in pasti. Setelah menghabiskan dua bonggol jagung bakar dan sari tebu kami pamit untuk masuk ke area boarding menunggu pesawat untuk membawa kami kembali ke ibu kota.
Kesimpulannya, perjalanan ini sesuai dengan itin yang kami buat. Didukung dengan cuaca yang bersahabat dan berkah perjalanan yang tak terduga. Again, terima kasih banyak Pencipta..

Budget per orang :

Tiket GA Jak-Jmb-Jak 1.300.000
Tiket Sus* Air Jmb-S. Penuh 350.000
Ojek S.Penuh-Kerinci 100.000
Mobil penginapan-Kerinci pp 30.000
Mobil penginapan-G. Tujuh pp 50.000
Penginapan+makan 2 malam 260.000
Travel Kerinci-Jambi 375.000
Jajan+oleh oleh 300.000
Total budget per orang 2.765.000

Diubah oleh rreign 05-10-2015 04:33
0
9.5K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan