- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pohon Kemenyan, Pohon Mistis Asli Indonesia


TS
adoel.piero
Pohon Kemenyan, Pohon Mistis Asli Indonesia
Bagi orang Jawa, kemenyan menjadi barang yang wajib ada ketika akan melaksanakan ritual tradisional. Kemenyan dijadikan sesajen yang diletakkan dalam sebuah kamar atau di bawah pohon beringin. Orang-orang jawa percaya bahwa kemenyan ini memiliki hawa mistis untuk mengundang para makhluk abstral dan juga mengusir arwah jahat.
Berbeda lagi dengan orang-orang di Sumatra dan sekitarnya. Kemenyan dijadikan media untuk menyampaikan pesan manusia kepada Tuhannya. Bukan hanya dikenal dengan aura mistisnya, kemenyan juga dikenal karena memiliki keunikkan sendiri.
Kemenyan di sekitar pohon beringin
Kemenyan sendiri adalah wewangian berbentuk kristal yang berasal dari getah pohon kemenyan. Pohon Kemenyan sendiri merupakan salah satu pohon asli Indonesia yang telah tersebar di beberapa pulau di Indonesia seperti Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Getahnya sendiri sudah diperdagangkan sejak 500 tahun silam di jalur China sampai Turki hingga menjadi komoditas mahal di masanya.
Bukan haya untuk keperluan ritual tradisional, kemenyan dapat digunakan untuk hal medis yang sudah digunakan sejak abad ke-14. Getah yang mengandung asam benzoat dan turunannya, seperti lubanolbenzoat, sumaresinol, vanilin, stirol, benzaldehida, benzilsinamat, dan fenilpropilsinamat ini digunakan sebagai campuran kosmetik, aroma parfum dan juga aroma terapi.
Hal lain yang mengejutkan tentang kemenyan adalah harga yang cukup fantastis jika membudidayakannya. Memang dari tahun ke tahun harga kemenyan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Namun, pada masanya kemenyan pernah dihargai setara dengan emas. Harga 1 kg kemenyan bisa menyamai harga 1 gram emas atau sekitar 16 kg beras.
Wah, meski dikenal karena hawa mistisnya, dulunya juga digunakan obat untuk tumor, bisul, muntah, disentri dan demam. Selain itu, kemneyan juga menjadi tumbuhan yang mendatangkan uang bagi negara. So, bangga dong punya pohon asli yang tumbuh di tanah sendiri.
Quote:
Pohon Kemenyan dikenal karna dapat hidup dilingkungan yg tak masuk akal. Kemenyan dapat tumbuh/hidup diatas batu padat & angin kencang. Karna kondisi tumbuh yg berupa padang pasir dgn angin kencang, kemenyan juga memiliki akar membesar utk daya cengkramnya bila badai angin tiba. Kalau tanaman biasa tidak kering ya udah terbang dihembus angin. Tanaman lain tidak memiliki keunggulan kemampuan ini. Dan dari getah yg dihasilkan pohon kemenyan ini memiliki wangin yg tiada tandingannya.
Pohon Kemenyan (Styrax benzoin) dapat tumbuh di lingkungan yang keras. Kemenyan tumbuh di daerah yang sangat kering dan sangat cocok untuk tanah kapur tinggi dan rendah nutrisi. Bahkan di atas batu pun tanaman ini bisa tumbuh. Sebagai contoh, di Somalia, tanaman ini tidak tumbuh di atas tanah di atas tapi di atas batu marmer. Pohon kemenyan beradaptasi dengan lingkungan keras dengan cara menggugurkan daunnya.
Sebagaimana diketahui, Kemenyan dimanfaatkan getahnya. Cara menyadap getah Kemenyan mirip dengan menyadap getah pohon karet atau getah pohon pinus. Getah dihasilkan dari pemotongan pada kulit pohon. Getah mengeras dikumpulkan dan digunakan sebagai kemenyan dan mur.
Hasil sadapan kemenyan ini diperdagangkan sejak ribuan tahun lalu, bahkan bukti arkelogis menunjukkan dalam makam Tutankhamun raja Mesir kuno yang meninggal pada 1323 SM juga ditemukan kemenyan. Perdagangan kemenyan terbesar terjadi di kawasan Arab. Ketika itu, nilai jual Kemenyan menyamai emas. Di Indonesia, penghasil pohon kemenyan terbesar adalah di Sumatera Utara.
Kemenyan dimanfaatkan untuk bumbu rokok dan aroma terapi. Kemenyan juga banyak digunakan dalam ritual keagamaan dan pengobatan.
Kemenyan dalam Pengobatan
Pohon kemenyan atau pohon Boswellia, ditemukan terutama di India. Pohon Boswellia adalah pohon balsamic yang mengeluarkan oleoresins aromatik yang dikumpulkan dari luka kulitnya pohon, saat kering menjadi permen karet. Dalam teks-teks kuno medis Ayurvedic dari India, eksudat bergetah dari Boswellia dikelompokkan dengan resin karet lainnya dan secara keseluruhan disebut GUGUL.
Permen karet-resin dilaporkan untuk memiliki, obat penenang dan aktivitas analgesik. Bila seluruh lemaknya dihilangkan ekstrak eksudat permen karet (oleo-gum-resin) ditemukan memiliki aktivitas anti-inflamasi dan anti-rematik ditandai terhadap arthritis ajuvan pada hewan percobaan dan bebas dari racun atau efek samping lainnya. Hal ini juga ditunjukkan untuk memiliki ditandai menurunkan kolesterol dan trigliserida aktivitas. Uji klinis pada pasien rematik telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. asam Boswellic terisolasi dari getah menghambat, dalam konsentrasi dengan cara bergantung, pembentukan produk 5-lipoxygenase dengan IC50 1,5? M. studi toksisitas kronis di monyet sehat mengungkapkan bahwa obat itu
tidak memiliki bio-kimia, dan lain toksisitas hematologi.
permen karet ini dikreditkan dengan zat, stimulan, ekspektoran, diuretik, yg mengeluarkan keringat, antipuretic, emmenagogue obat perut, ecbolic dan sifat antiseptik. Hal ini dilaporkan berguna dalam borok, tumor, gondok, payudara cystic, diare, disentri, tumpukan, asma, bronkitis, laringitis kronis, penyakit kuning, sifilis dan penyakit kulit. Hal ini digunakan dalam penyusunan sebuah salep untuk luka dan digunakan dengan mentega di sifilis. Permen karet-resin adalah zat, anti-menurunkan suhu badan, antidysentry, ekspektoran, diaphosetic, diuretik, obat perut, emmenagogue. Hal ini berguna dalam demam, diaphoresis, kejang, disentri, urethrorrhea, orchiopathy, bronkitis, asma, batuk, stomatitis, penyakit sifilis, radang tenggorokan kronis, penyakit kuning dan arthritis.
Boswellic asam adalah agen-agen anti-inflamasi dan anti-rematik yang efektif, baik untuk osteoarthritis dan rheumatoid arthritis, rematik jaringan lunak, dan nyeri pinggang. Mereka juga membantu mengendalikan berlebihan lipid darah tinggi dan atherosclerosis, dan melindungi hati terhadap endotoksin bakteri-galactosamine. Bagian non-asam dari permen karet itu telah sakit-relieving dan kualitas obat penenang, dan dalam dosis tinggi dapat menurunkan tekanan darah, dan mengurangi denyut jantung pada anjing, melainkan peningkatan dalam katak. Manfaat yang diamati Boswellia termasuk pengurangan mobilitas sendi bengkak, meningkat, steroid hemat tindakan (kurang steroid dibutuhkan dalam kombinasi perlakuan), kekakuan pagi kurang, kekuatan cengkeraman ditingkatkan, dan peningkatan umum dalam kualitas hidup, baik untuk osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.
- Pachnanda et al., Ind J. Pharmacol., 1981; 13: 63.
- The Wealth Asia, PID, CSIR, 1996, New Delhi.
Pohon Kemenyan (Styrax benzoin) dapat tumbuh di lingkungan yang keras. Kemenyan tumbuh di daerah yang sangat kering dan sangat cocok untuk tanah kapur tinggi dan rendah nutrisi. Bahkan di atas batu pun tanaman ini bisa tumbuh. Sebagai contoh, di Somalia, tanaman ini tidak tumbuh di atas tanah di atas tapi di atas batu marmer. Pohon kemenyan beradaptasi dengan lingkungan keras dengan cara menggugurkan daunnya.
Sebagaimana diketahui, Kemenyan dimanfaatkan getahnya. Cara menyadap getah Kemenyan mirip dengan menyadap getah pohon karet atau getah pohon pinus. Getah dihasilkan dari pemotongan pada kulit pohon. Getah mengeras dikumpulkan dan digunakan sebagai kemenyan dan mur.
Hasil sadapan kemenyan ini diperdagangkan sejak ribuan tahun lalu, bahkan bukti arkelogis menunjukkan dalam makam Tutankhamun raja Mesir kuno yang meninggal pada 1323 SM juga ditemukan kemenyan. Perdagangan kemenyan terbesar terjadi di kawasan Arab. Ketika itu, nilai jual Kemenyan menyamai emas. Di Indonesia, penghasil pohon kemenyan terbesar adalah di Sumatera Utara.
Kemenyan dimanfaatkan untuk bumbu rokok dan aroma terapi. Kemenyan juga banyak digunakan dalam ritual keagamaan dan pengobatan.
Kemenyan dalam Pengobatan
Pohon kemenyan atau pohon Boswellia, ditemukan terutama di India. Pohon Boswellia adalah pohon balsamic yang mengeluarkan oleoresins aromatik yang dikumpulkan dari luka kulitnya pohon, saat kering menjadi permen karet. Dalam teks-teks kuno medis Ayurvedic dari India, eksudat bergetah dari Boswellia dikelompokkan dengan resin karet lainnya dan secara keseluruhan disebut GUGUL.
Permen karet-resin dilaporkan untuk memiliki, obat penenang dan aktivitas analgesik. Bila seluruh lemaknya dihilangkan ekstrak eksudat permen karet (oleo-gum-resin) ditemukan memiliki aktivitas anti-inflamasi dan anti-rematik ditandai terhadap arthritis ajuvan pada hewan percobaan dan bebas dari racun atau efek samping lainnya. Hal ini juga ditunjukkan untuk memiliki ditandai menurunkan kolesterol dan trigliserida aktivitas. Uji klinis pada pasien rematik telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. asam Boswellic terisolasi dari getah menghambat, dalam konsentrasi dengan cara bergantung, pembentukan produk 5-lipoxygenase dengan IC50 1,5? M. studi toksisitas kronis di monyet sehat mengungkapkan bahwa obat itu
tidak memiliki bio-kimia, dan lain toksisitas hematologi.
permen karet ini dikreditkan dengan zat, stimulan, ekspektoran, diuretik, yg mengeluarkan keringat, antipuretic, emmenagogue obat perut, ecbolic dan sifat antiseptik. Hal ini dilaporkan berguna dalam borok, tumor, gondok, payudara cystic, diare, disentri, tumpukan, asma, bronkitis, laringitis kronis, penyakit kuning, sifilis dan penyakit kulit. Hal ini digunakan dalam penyusunan sebuah salep untuk luka dan digunakan dengan mentega di sifilis. Permen karet-resin adalah zat, anti-menurunkan suhu badan, antidysentry, ekspektoran, diaphosetic, diuretik, obat perut, emmenagogue. Hal ini berguna dalam demam, diaphoresis, kejang, disentri, urethrorrhea, orchiopathy, bronkitis, asma, batuk, stomatitis, penyakit sifilis, radang tenggorokan kronis, penyakit kuning dan arthritis.
Boswellic asam adalah agen-agen anti-inflamasi dan anti-rematik yang efektif, baik untuk osteoarthritis dan rheumatoid arthritis, rematik jaringan lunak, dan nyeri pinggang. Mereka juga membantu mengendalikan berlebihan lipid darah tinggi dan atherosclerosis, dan melindungi hati terhadap endotoksin bakteri-galactosamine. Bagian non-asam dari permen karet itu telah sakit-relieving dan kualitas obat penenang, dan dalam dosis tinggi dapat menurunkan tekanan darah, dan mengurangi denyut jantung pada anjing, melainkan peningkatan dalam katak. Manfaat yang diamati Boswellia termasuk pengurangan mobilitas sendi bengkak, meningkat, steroid hemat tindakan (kurang steroid dibutuhkan dalam kombinasi perlakuan), kekakuan pagi kurang, kekuatan cengkeraman ditingkatkan, dan peningkatan umum dalam kualitas hidup, baik untuk osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.
- Pachnanda et al., Ind J. Pharmacol., 1981; 13: 63.
- The Wealth Asia, PID, CSIR, 1996, New Delhi.
Quote:
MADINATULIMAN - Banyak orang masih menganggap kemenyan hanya sebagai alat untuk ritual-ritual mistik pada dukun, pengantar sesajen penyembah berhala (kebiasaan orang musyrik), dan semacamnya. Mereka mengindentikkan bau kemenyan dengan pemanggilan arwah dan aroma yang menyeramkan (angker), yang dikira akan bisa membuat para lelembut dan setan-setan berdatangan.
Kemenyan di Lingkungan Indonesia
Memang, wajar saja jika banyak masyarakat, khususnya di Indonesia, yang risih dan alergi atau kurang sreg dengan barang antik bernama kemenyan tersebut. Sebab di Indonesia, umumnya kemenyan yang bentuknya seperti kristal diletakkan diatas bara api dalam wadah tanah liat memang menjadi trade mark para dukun dan paranormal. Berulangkali kita menyaksikan film-film horor Indonesia, dari zaman film Suzanna yang benar-benar seram sampai di era masa kini seperti film horor saat ini yang benar-benar tidak mendidik; selalu menggunakan kemenyan dan kembang-kembang aneka rupa.
Fenomena seperti itu sering nampang di hamparan tikar para dukun, dipopulerkan di film-film layar lebar, lantas bertemakan horor, semakin menambah pandangan sinis orang terhadap kemenyan.
Namun kenyataannya, di Indonesia kemenyan banyak digunakan bukan saja oleh pihak-pihak penggemar mistik sebagaimana disebutkan diatas. Dibeberapa pondok pesantren, kemenyan di bakar ketika hendak melaksanakan shalat tarawih dalam sebuah wadah, yang bertujuan untuk memberikan aroma yang harum (khas kemenyan) didalam ruangan ataupun di masjid.
Di beberapa daerah, kemenyan dibakar ketika berlangsungnya acara walimatul 'ursy (acara pernikahan), ada juga yang membakar kemenyan pada setiap kali pertemuan seperti majelis ta'lim, majelis tahlil, acara selamatan (tasyakkuran), tempat ziarah (seperti makam para wali) dan lain sebagainya.
Masjid Nabawi dan Masjidil Haram
Di Masjid Nabawi atau Masjidil Haram, kemenyan kerap hadir di beberapa acara seperti acara wisuda Tahfidh, acara penyucian/ pembersihan Ka'bah, dan lain sebagainya. Hal itu untuk mengharumkan udara dan menyenangkan jiwa pada peziarah. Karena menurut salah satu hadits Nabi, para malaikat itu suka bau-bau yang wangi dan membenci bau-bau busuk.
Sekilas Tentang Kemenyan
Berabad-abad lampau, kemenyan yang berasal dari kayu gaharu atau getah pohon damar merupakan komoditas mahal dan paling bergengsi dalam lingkup perdagangan di Jalur Sutra (Silk Road). Di jalur perdagangan yang membentang dari Cina sampai ujung Turki itu, kemenyan bahkan bisa jadi lebih mahal dari emas dan intan permata.
Para pedagang memburu kemenyan karena permintaan yang tinggi dari para raja, orang kaya, dan para pemuka agama. Tujuannya memang sangat beragam. Di Mesir, bangsa Mesir Kuno memanfaatkan kemenyan yang di impor dari Yaman sebagai salah satu bahan dalam membuat mumi. Di Yerusalem, orang-orang Israel membakar kemenyan di depan Bait Allah dalam wadah ukupan untuk wewangian penghantar doa-doa. Di Arabia dan Syam, kemenyan ditempatkan dalam wadah-wadah cantik untuk mengharumkan ruang-ruang istana dan rumah-rumah. Dan di Asia Selatan dan Asia Timur, kemenyan dibakar dalam kuil-kuil sebagai sarana peribadatan.
Oleh karena itu, kemenyan bukan merupakan benda mistik milik agama atau untuk upacara-upacara tertentu.
Saat ini, kemenyan sangat bervariasi, mulai dari yang bentuknya seperti cengkeh yang lengket buatan Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan negeri-negeri Teluk lainnya. Dan disebut Al-Bukhuor, sedangkan tempatnya disebut Al-Mubakhar. Ada juga yang bentuknya seperti serbuk yang dibakar meng gunakan bara, hingga kemenyan yang berbentuk stik seperti hio/dupa yang biasanya dibakar di klenteng-klenteng. Kemenyan berbentuk stik ini sekarang sangat banyak, karena memang praktis dalam penggunaannya, hanya tinggal dibakar dan ditancapkan
Hadits Mengenai Penggunaan Kemenyan
Kemenyan dizaman Nabi dan Salafush Shaleh juga menjadi bagian dari beberapa ritual umat Islam. Nabi Muhammad SAW dan para Sahabat sendiri sangat menyukai wangi-wangian, baik yang berasal dari minyak wangi hingga kemenyan, sebagaimana disebutkan didalam berbagai hadits.
Misalnya hadits shohih riwayat Imam Muslim dan Imam Al-Bukhari berikut ini :
عَنْ نَافِعٍ، قَالَ: كَانَ ابْنُ عُمَرَ «إِذَا اسْتَجْمَرَ اسْتَجْمَرَ بِالْأَلُوةِ، غَيْرَ مُطَراةٍ وَبِكَافُورٍ، يَطْرَحُهُ مَعَ الْأَلُوةِ» ثُم قَالَ: «هَكَذَا كَانَ يَسْتَجْمِرُ رَسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ
“Dari Nafi’, ia berkata, "Apabila Ibnu Umar mengukup mayat (membakar kemenyan), maka beliau mengukupnya dengan kayu gaharu yang tidak dihaluskan, dan dengan kapur barus yang dicampurkan dengan kapur barus. Kemudian beliau berkata, “Beginilah cara Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam ketika mengukup jenazah (membakar kemenyan untuk mayat)”. (HR. Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَن رَسُولَ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ، قَالَ: " أَولُ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الجَنةَ عَلَى صُورَةِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ، ... الى قوله ... وَوَقُودُ مَجَامِرِهِمْ الأَلُوةُ - قَالَ أَبُو اليَمَانِ: يَعْنِي العُودَ -، وَرَشْحُهُمُ المِسْكُ
"Dari Abi Hurairah radliyalahu 'anh, bahwa Rosulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam bersabda : "Golongan penghuni surga yang pertama kali masuk surga adalah berbentuk rupa bulan pada malam bulan purnama, … (sampai ucapan beliau) …, nyala perdupaan mereka adalah gaharu, Imam Abul Yaman berkata, maksudnya adalah kayu gaharu” (HR. Imam Bukhari)
Demikian juga hadits shahih riwayat Imam Ahmad dalam musnadnya,
عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ النبِي صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ: " إِذَا أَجْمَرْتُمُ الْمَيتَ، فَأَجْمِرُوهُ ثَلَاثًا
“Dari Abu Sufyan, dari Jabir, ia berkata, Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : Apabila kalian mengukup mayyit diantara kalian, maka lakukanlah sebanyak 3 kali” (HR. Ahmad)
Shahih Ibnu Hibban juga meriwayatkan sebuah shahih (atas syarat Imam Muslim):
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ: " إِذَا جَمرْتُمُ الْمَيتَ فأوتروا
“Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda : “Apabila kalian mengukup mayyit, maka ukuplah dengan bilangan ganti (ganjilkanlah)” (HR. Ibnu Hibban, diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Syaibah)
Disebutkan juga bahwa sahabat Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam berwasiat ketika telah meninggalkan dunia, supaya kain kafannya di ukup.
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ أَنهَا قَالَتْ لِأَهْلِهَا: «أَجْمِرُوا ثِيَابِي إِذَا مِت، ثُم حَنطُونِي، وَلَا تَذُروا عَلَى كَفَنِي حِنَاطًا وَلَا تَتْبَعُونِي بِنَارٍ
“Dari Asma` binti Abu Bakar bahwa dia berkata kepada keluarganya; "Berilah uap kayu gaharu (ukuplah) pakaianku jika aku meninggal. Taburkanlah hanuth (pewangi mayat) pada tubuhku. Janganlah kalian tebarkan hanuth pada kafanku, dan janganlah mengiringiku dengan membawa api."
Riwayat shahih ini terdapat dalam Al-Muwaththa’ Imam Malik, As-Sunan Al-Kubro Imam Al-Baihaqi. Bahkan, ada juga riwayat tentang meng-ukup masjid:
جَنبُوا مَسَاجِدَكُمْ صِبْيَانَكُمْ، وَخُصُومَاتِكُمْ وَحُدُودَكُمْ وَشِرَاءَكُمْ وَبَيْعَكُمْ وَجَمرُوهَا يَوْمَ جَمْعِكُمْ، وَاجْعَلُوا عَلَى أَبْوَابِهَا مَطَاهِرَكُمْ
“Jauhkanlah masjid-masjid kalian dari anak-anak kecil kalian, dari pertikaian diantara kalian, pendarahan kalian dan jual beli kamu. Ukuplah masjid-masjid itu pada hari perhimpunan kamu dan jadikanlah pada pintu-pintunya itu alat-alat bersuci kalian. (HR. Imam Al-Thabrani didalam Al-Mu’jram al-Kabir. Ibnu Majah, Abdurrazaq dan Al-Baihaqi juga meriwayatkan dengan redaksi yang hampar sama)
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah pernah menyebutkan dalam kitabnya Siyar A’lam An-Nubala’ (5 /22 ) tentang biografi Nu’aim Bin Abdillah Al-Mujammar, sebagai berikut :
نعيم بن عبد الله المجمر المدني الفقيه ، مولى آل عمر بن الخطاب ، كان يبخر مسجد النبي صلى الله عليه وسلم .
“Nu’aim Bin Abdillah Al-Mujammar, ahli Madinah, seorang faqih, Maula (bekas budak) keluarga Umar Bin Khattab. Ia membakar kemenyan untuk membuat harum Masjid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam”
Masih banyak lagi riwayat-riwayat yang serupa. Dan dari sebagian riwayat-riwayat yang disebutkan diatas, diketahui bahwa penggunaan kemenyan merupakan hal biasa pada masa Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam, demikian juga pada masa para sahabat dan seterusnya. Baik sebagai wangi-wangian maupun hal-hal yang bersifat keagamaan.
Hingga Ibnul Qayyim Al-Jauziyah pun pernah berkomentar mengenai kemenyan ini didalam kitabnya Zadul Ma’ad (4/315) yakni mengenai kemenyan India :
العود الهندي نوعان، أحدهما: يستعمل في الأدوية وهو الكست، ويقال له: القسط وسيأتي في حرف القاف. الثاني: يستعمل في الطيب، ويقال له: الألوة. وقد روى مسلم في " صحيحه ": عن ابن عمر رضي الله عنهما، أنه ( «كان يستجمر بالألوة غير مطراة، وبكافور يطرح معها، ويقول: هكذا كان يستجمر رسول الله صلى الله عليه وسلم،» ) وثبت عنه في صفة نعيم أهل الجنة ( «مجامرهم الألوة» )
”Kayu gaharu india itu ada dua macam. Pertama adalah kayu gaharu yang digunakan untuk pengobatan, yang dinamakan kayu al-Kust. Ada juga yang menyebutnya dengan al-Qusth, menggunakan hurug “Qaf”. Kedua adalah yang digunakan sebagai pengharum, yang disebut Uluwwah. Dan sungguh Imam Muslim telah meriwayatkan didalam kitab shahihnya dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anh, bahwa beliau (Ibnu Umar) mengukup mayyit dengan kayu gaharu yang tidak dihaluskan, dan dengan kapur barus yang dicampur dengan kayu gaharu. Kemudian beliau berkata, “Beginilah cara Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam mengukup mayyit. Dan terbukti sebuah hadits lain riwayat Imam Muslim perihal mensifati keni’matan penghuni surga, yaitu “pengukupan/kemenyan ahli surga itu menggunakan kayu gaharu”.
Wallahu a’lam bish-shawabi
Kemenyan di Lingkungan Indonesia
Memang, wajar saja jika banyak masyarakat, khususnya di Indonesia, yang risih dan alergi atau kurang sreg dengan barang antik bernama kemenyan tersebut. Sebab di Indonesia, umumnya kemenyan yang bentuknya seperti kristal diletakkan diatas bara api dalam wadah tanah liat memang menjadi trade mark para dukun dan paranormal. Berulangkali kita menyaksikan film-film horor Indonesia, dari zaman film Suzanna yang benar-benar seram sampai di era masa kini seperti film horor saat ini yang benar-benar tidak mendidik; selalu menggunakan kemenyan dan kembang-kembang aneka rupa.
Fenomena seperti itu sering nampang di hamparan tikar para dukun, dipopulerkan di film-film layar lebar, lantas bertemakan horor, semakin menambah pandangan sinis orang terhadap kemenyan.
Namun kenyataannya, di Indonesia kemenyan banyak digunakan bukan saja oleh pihak-pihak penggemar mistik sebagaimana disebutkan diatas. Dibeberapa pondok pesantren, kemenyan di bakar ketika hendak melaksanakan shalat tarawih dalam sebuah wadah, yang bertujuan untuk memberikan aroma yang harum (khas kemenyan) didalam ruangan ataupun di masjid.
Di beberapa daerah, kemenyan dibakar ketika berlangsungnya acara walimatul 'ursy (acara pernikahan), ada juga yang membakar kemenyan pada setiap kali pertemuan seperti majelis ta'lim, majelis tahlil, acara selamatan (tasyakkuran), tempat ziarah (seperti makam para wali) dan lain sebagainya.
Masjid Nabawi dan Masjidil Haram
Di Masjid Nabawi atau Masjidil Haram, kemenyan kerap hadir di beberapa acara seperti acara wisuda Tahfidh, acara penyucian/ pembersihan Ka'bah, dan lain sebagainya. Hal itu untuk mengharumkan udara dan menyenangkan jiwa pada peziarah. Karena menurut salah satu hadits Nabi, para malaikat itu suka bau-bau yang wangi dan membenci bau-bau busuk.

Sekilas Tentang Kemenyan
Berabad-abad lampau, kemenyan yang berasal dari kayu gaharu atau getah pohon damar merupakan komoditas mahal dan paling bergengsi dalam lingkup perdagangan di Jalur Sutra (Silk Road). Di jalur perdagangan yang membentang dari Cina sampai ujung Turki itu, kemenyan bahkan bisa jadi lebih mahal dari emas dan intan permata.
Para pedagang memburu kemenyan karena permintaan yang tinggi dari para raja, orang kaya, dan para pemuka agama. Tujuannya memang sangat beragam. Di Mesir, bangsa Mesir Kuno memanfaatkan kemenyan yang di impor dari Yaman sebagai salah satu bahan dalam membuat mumi. Di Yerusalem, orang-orang Israel membakar kemenyan di depan Bait Allah dalam wadah ukupan untuk wewangian penghantar doa-doa. Di Arabia dan Syam, kemenyan ditempatkan dalam wadah-wadah cantik untuk mengharumkan ruang-ruang istana dan rumah-rumah. Dan di Asia Selatan dan Asia Timur, kemenyan dibakar dalam kuil-kuil sebagai sarana peribadatan.
Oleh karena itu, kemenyan bukan merupakan benda mistik milik agama atau untuk upacara-upacara tertentu.
Saat ini, kemenyan sangat bervariasi, mulai dari yang bentuknya seperti cengkeh yang lengket buatan Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan negeri-negeri Teluk lainnya. Dan disebut Al-Bukhuor, sedangkan tempatnya disebut Al-Mubakhar. Ada juga yang bentuknya seperti serbuk yang dibakar meng gunakan bara, hingga kemenyan yang berbentuk stik seperti hio/dupa yang biasanya dibakar di klenteng-klenteng. Kemenyan berbentuk stik ini sekarang sangat banyak, karena memang praktis dalam penggunaannya, hanya tinggal dibakar dan ditancapkan
Hadits Mengenai Penggunaan Kemenyan
Kemenyan dizaman Nabi dan Salafush Shaleh juga menjadi bagian dari beberapa ritual umat Islam. Nabi Muhammad SAW dan para Sahabat sendiri sangat menyukai wangi-wangian, baik yang berasal dari minyak wangi hingga kemenyan, sebagaimana disebutkan didalam berbagai hadits.
Spoiler for :
Misalnya hadits shohih riwayat Imam Muslim dan Imam Al-Bukhari berikut ini :
عَنْ نَافِعٍ، قَالَ: كَانَ ابْنُ عُمَرَ «إِذَا اسْتَجْمَرَ اسْتَجْمَرَ بِالْأَلُوةِ، غَيْرَ مُطَراةٍ وَبِكَافُورٍ، يَطْرَحُهُ مَعَ الْأَلُوةِ» ثُم قَالَ: «هَكَذَا كَانَ يَسْتَجْمِرُ رَسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ
“Dari Nafi’, ia berkata, "Apabila Ibnu Umar mengukup mayat (membakar kemenyan), maka beliau mengukupnya dengan kayu gaharu yang tidak dihaluskan, dan dengan kapur barus yang dicampurkan dengan kapur barus. Kemudian beliau berkata, “Beginilah cara Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam ketika mengukup jenazah (membakar kemenyan untuk mayat)”. (HR. Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَن رَسُولَ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ، قَالَ: " أَولُ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الجَنةَ عَلَى صُورَةِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ، ... الى قوله ... وَوَقُودُ مَجَامِرِهِمْ الأَلُوةُ - قَالَ أَبُو اليَمَانِ: يَعْنِي العُودَ -، وَرَشْحُهُمُ المِسْكُ
"Dari Abi Hurairah radliyalahu 'anh, bahwa Rosulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam bersabda : "Golongan penghuni surga yang pertama kali masuk surga adalah berbentuk rupa bulan pada malam bulan purnama, … (sampai ucapan beliau) …, nyala perdupaan mereka adalah gaharu, Imam Abul Yaman berkata, maksudnya adalah kayu gaharu” (HR. Imam Bukhari)
Demikian juga hadits shahih riwayat Imam Ahmad dalam musnadnya,
عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ النبِي صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ: " إِذَا أَجْمَرْتُمُ الْمَيتَ، فَأَجْمِرُوهُ ثَلَاثًا
“Dari Abu Sufyan, dari Jabir, ia berkata, Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda : Apabila kalian mengukup mayyit diantara kalian, maka lakukanlah sebanyak 3 kali” (HR. Ahmad)
Shahih Ibnu Hibban juga meriwayatkan sebuah shahih (atas syarat Imam Muslim):
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ: " إِذَا جَمرْتُمُ الْمَيتَ فأوتروا
“Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda : “Apabila kalian mengukup mayyit, maka ukuplah dengan bilangan ganti (ganjilkanlah)” (HR. Ibnu Hibban, diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Syaibah)
Disebutkan juga bahwa sahabat Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam berwasiat ketika telah meninggalkan dunia, supaya kain kafannya di ukup.
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ أَنهَا قَالَتْ لِأَهْلِهَا: «أَجْمِرُوا ثِيَابِي إِذَا مِت، ثُم حَنطُونِي، وَلَا تَذُروا عَلَى كَفَنِي حِنَاطًا وَلَا تَتْبَعُونِي بِنَارٍ
“Dari Asma` binti Abu Bakar bahwa dia berkata kepada keluarganya; "Berilah uap kayu gaharu (ukuplah) pakaianku jika aku meninggal. Taburkanlah hanuth (pewangi mayat) pada tubuhku. Janganlah kalian tebarkan hanuth pada kafanku, dan janganlah mengiringiku dengan membawa api."
Riwayat shahih ini terdapat dalam Al-Muwaththa’ Imam Malik, As-Sunan Al-Kubro Imam Al-Baihaqi. Bahkan, ada juga riwayat tentang meng-ukup masjid:
جَنبُوا مَسَاجِدَكُمْ صِبْيَانَكُمْ، وَخُصُومَاتِكُمْ وَحُدُودَكُمْ وَشِرَاءَكُمْ وَبَيْعَكُمْ وَجَمرُوهَا يَوْمَ جَمْعِكُمْ، وَاجْعَلُوا عَلَى أَبْوَابِهَا مَطَاهِرَكُمْ
“Jauhkanlah masjid-masjid kalian dari anak-anak kecil kalian, dari pertikaian diantara kalian, pendarahan kalian dan jual beli kamu. Ukuplah masjid-masjid itu pada hari perhimpunan kamu dan jadikanlah pada pintu-pintunya itu alat-alat bersuci kalian. (HR. Imam Al-Thabrani didalam Al-Mu’jram al-Kabir. Ibnu Majah, Abdurrazaq dan Al-Baihaqi juga meriwayatkan dengan redaksi yang hampar sama)
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah pernah menyebutkan dalam kitabnya Siyar A’lam An-Nubala’ (5 /22 ) tentang biografi Nu’aim Bin Abdillah Al-Mujammar, sebagai berikut :
نعيم بن عبد الله المجمر المدني الفقيه ، مولى آل عمر بن الخطاب ، كان يبخر مسجد النبي صلى الله عليه وسلم .
“Nu’aim Bin Abdillah Al-Mujammar, ahli Madinah, seorang faqih, Maula (bekas budak) keluarga Umar Bin Khattab. Ia membakar kemenyan untuk membuat harum Masjid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam”
Masih banyak lagi riwayat-riwayat yang serupa. Dan dari sebagian riwayat-riwayat yang disebutkan diatas, diketahui bahwa penggunaan kemenyan merupakan hal biasa pada masa Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam, demikian juga pada masa para sahabat dan seterusnya. Baik sebagai wangi-wangian maupun hal-hal yang bersifat keagamaan.
Hingga Ibnul Qayyim Al-Jauziyah pun pernah berkomentar mengenai kemenyan ini didalam kitabnya Zadul Ma’ad (4/315) yakni mengenai kemenyan India :
العود الهندي نوعان، أحدهما: يستعمل في الأدوية وهو الكست، ويقال له: القسط وسيأتي في حرف القاف. الثاني: يستعمل في الطيب، ويقال له: الألوة. وقد روى مسلم في " صحيحه ": عن ابن عمر رضي الله عنهما، أنه ( «كان يستجمر بالألوة غير مطراة، وبكافور يطرح معها، ويقول: هكذا كان يستجمر رسول الله صلى الله عليه وسلم،» ) وثبت عنه في صفة نعيم أهل الجنة ( «مجامرهم الألوة» )
”Kayu gaharu india itu ada dua macam. Pertama adalah kayu gaharu yang digunakan untuk pengobatan, yang dinamakan kayu al-Kust. Ada juga yang menyebutnya dengan al-Qusth, menggunakan hurug “Qaf”. Kedua adalah yang digunakan sebagai pengharum, yang disebut Uluwwah. Dan sungguh Imam Muslim telah meriwayatkan didalam kitab shahihnya dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anh, bahwa beliau (Ibnu Umar) mengukup mayyit dengan kayu gaharu yang tidak dihaluskan, dan dengan kapur barus yang dicampur dengan kayu gaharu. Kemudian beliau berkata, “Beginilah cara Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam mengukup mayyit. Dan terbukti sebuah hadits lain riwayat Imam Muslim perihal mensifati keni’matan penghuni surga, yaitu “pengukupan/kemenyan ahli surga itu menggunakan kayu gaharu”.
Wallahu a’lam bish-shawabi
SUMUR = 1 + 2 + 3
Diubah oleh adoel.piero 14-09-2015 01:46
0
31.4K
Kutip
79
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan