- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Saat Para Pesepakbola Mencari Kepastian Hidup Menjadi Tentara
TS
Donkpretz
Saat Para Pesepakbola Mencari Kepastian Hidup Menjadi Tentara
Sumber
Quote:
TNI AD menerima 12 calon bintara dari atlet sepak bola melalui jalur khusus. Dari daftar tersebut, tujuh di antaranya merupakan angota timnas U-23.
Menurut Kadispenad TNI Brigjen Wuryanto, 12 pesepakbola ini mengikuti tes melalui program calon bintara (Caba) Unggulan. Program ini merupakan jalur khusus bagi orang-orang berprestasi atau dari bidang profesi yang diperlukan. Program ini bukan hanya diperuntukkan bagi pesepakbola yang membawa harum nama Indonesia. Namun juga dari profesi-profesi yang diperlukan di TNI.
"Ini bukan program baru, setiap tahun ada. Dari berbagai bidang, misalnya teknisi atau lainnya. Wartawan juga bisa kalau mau masuk. Atau misalnya seperti saya butuh desainer grafis, nanti itu untuk ditempatkan di (dinas) penerangan," jelas Wuryanto.
Walau ini jalur khusus, bukan berarti para calon bisa masuk dengan mudah. Mereka tetap harus melalui tahap seleksi. Contohnya seperti pesepakbola ini, ternyata tidak semuanya lolos. Dari 14 yang mengikuti tes, dua orang dinyatakan gagal.
Saat ini, para pesepakbola tersebut sudah berada di Bandung. Mereka akan menjalani pelatihan di Rindam III/Siliwangi, Bandung, Jawa Barat. Selama masa pendidikan, pesepakbola tidak diizinkan untuk mengikuti program latihan atau pertandingan di luar. Kecuali bagi anggota timnas yang diperlukan saat pertandingan melawan negara lain.
"Praktis untuk 7 bulan (selama pendidikan) nggak main, tapi kan mereka ada kegiatan ekstra kulikuler selama di dalam Rindam. Kecuali kalau ada kejuaraan nasional, yang dia harus hadir untuk membela negara. Untuk timnas tapi ya, bukan untuk klub," jelas jenderal bintang 1 itu.
Meski begitu, setelah selesai pendidikan para pesepakbola ini diizinkan untuk mengikuti latihan ataupun pertandingan bersama klubnya masing-masing. Mereka masuk untuk menjadi prajurit TNI melalu program prestasi, Caba (calon bintara) unggulan.
"Ya nanti bisa mereka ikut pertandingan, misalnya (klubnya) masuk ke Divisi 1. Tapi kalau sedang tidak ada latihan atau tanding ya mereka tetap berdinas sebagai tentara," tutur Wuryanto.
Para pesepakbola tersebut adalah:
1. Teguh Amirudin (Barito Putra/Timnas U-23)
2. Ravi Murdianto (Mitra Kukar/ Timnas U-23)
3. Manahati Lestusen (Barito Putra/Timnas U-23)
4. Abduh Lestaluhu (Persija/Timnas U-23)
5. Safri Al Irfandi (Semen Padang/Timnas U-23)
6. Ahmad Nufiandani (Arema/Timnas U-23)
7. Wawan Febiyanto (PBR/ Timnas U-23)
8. Muhammad Dimas Drajat (Persegres U-21/ Timnas U-19)
9. Muhammad Arsyad (PBR ISL)
10. Iman Fathurahman (PBR ISL)
11. Imam Bagus Kurnia (PON Jatim)
12. Angga Saputra (Persekabpas/PON Jatim)
Kisah Manahati Lestusen
Manahati Lestusen masuk TNI untuk menatap masa depan, bukan karena saat ini sedang tidak ada kompetisi atau Indonesia disanksi FIFA. Pemain Barito Putera itu sebelumnya telah menjalani serangkaian tes mulai fisik hingga ideologi.
Manahati menjelaskan alasannya memilih mengikuti tes TNI. Dia menilai, keputusannya itu karena dia memiliki pandangan hidup yang telah berubah.
"Awalnya tuh tidak berpikir, main bola, main bola saja. Tidak berpikir ke depannya seperti apa. Tapi awalnya saya dapat masukan dari seseorang yang saya anggap seperti abang. Dia seorang letkol. Dia kasih pandangan ke saya, dia dulu juga pemain, tapi akhirnya jadi tentara. Dia bilang, sampai usai berapa sih jadi pemain.
Paling 35 tahun. Setelah itu, mau jadi apa? Belum lagi misalnya cidera parah," ungkap Manahati kepada detiksport, Selasa (8/9).
"Dia kasih masukan, atlet juga harus punya masa depan. Jangan sekarang banyak uang, tapi kalau tidak ditabung lama-lama akan habis. Banyak kan atlet seperti itu hari tuanya. Mereka menderita, karena saat jaya tidak bisa menyimpan uang dan tidak berpikir bagaimana masa depannya."
Lalu, apa cita-cita Manahati setelah jadi tentara? Ternyata dia ingin jadi polisi militer.
"Polisi militer. Kenapa? Karena bisa menangkap siapa saja yang melanggar aturan dan tentu tugas polisi militer itu untuk menjaga keamanan negara Indonesia," kata dia.
Abduh Lestaluhu Jadi Polisi Militer
Keinginan Abduh Lestaluhu menjadi tentara sepertinya memang serius. Ternyata, pemain Persija Jakarta itu memiliki cita-cita ingin menjadi polisi militer.
"Perasaanya senang campur sedih, senang karena bisa lulus, sedih harus ninggalin Persija dan keluarga. Sebenarnya keinginan masuk TNI itu dari tahun kemarin.
Cuma baru kesampaian sekarang," ungkap Abduh, salah satu pemain timnas Indonesia di SEA Games 2015 lalu.
Setelah dinyatakan lulus TNI, Abduh akan lebih dulu menjalani karantina di Rindam III, Siliwangi, Bandung sebelum benar-benar masuk pendidikan TNI. Pemain asal Tulehu itu mencoba untuk mengikuti semua materi yang diberikan.
Selama di karantina, Abduh mengaku tak mengalami kesulitan, dia bersama yang lain digembleng latihan baris berbaris, lari-lari, sampai posisi merayap-merayap. Semua dijalaninya dengan penuh suka cita. Abduh mengaku mengikuti tes tentara ini karena dia ingin kelak menjadi polisi militer yang bisa menjaga negara dan bangsa Indonesia.
"Saya kepengin jadi polisi militer nantinya. Tujuannya ya, ingin menjaga negara dan bangsa ini."
Namun begitu, Abduh memastikan setelah pendidikan dia akan kembali ke Persija dulu, nantinya dia bakal fokus seterusnya menekuni dunia polisi militer. "Setelah pendidikan, saya balik ke Persija kalau ada kompetisi. Kalau kompetisi selesai, saya balik lagi jadi tentara. Tidak apa-apa, gak ada masalah."
Pendidikan Militer Ravi Murdianto
Ravi bercerita soal hari-harinya selama menjalani pelatihan sebagai tentara. Dia harus bangun pagi langsung latihan baris berbaris dan menjalani kedisiplinan tentara lainnya.
Usai latihan baris berbaris, mereka diberikan kesempatan untuk sarapan sampai pukul 06.00 WIB. Selanjutnya, hingga sore jam 17.00 WIB semua kegiatan berlangsung di lapangan. Yang menarik menurut Ravi adalah saat jam kelas dari jam 19.00 WIB - 22.00 WIB, mereka diminta untuk menyanyikan sekaligus menghafalkan lagu-lagu TNI.
"Ada empat lagu yang dinyanyikan. Seru sih, karena nyanyinya rame-rame jadi semangat."
Untuk jam istirahat, pemain asal Semarang itu mengaku tidur di barak bersama 52 pemuda lainnya. Dia menjalani semua kegiatan itu dengan penuh semangat. Selama di karantina, Ravi tidak diperbolehkan menggunakan alat komunikasi, termasuk handphone. Mereka diperbolehkan memakainya setelah pukul 17.00 WIB.
Mencari Kepastian Hidup
Soal pesepakbola yang jadi tentara, eks pelatih timnas Rahmad Darmawan punya cerita tersendiri. Menurut Rahmad, meski tidak wah secara finansial, jadi tentara disebutnya memberi jaminan seumur hidup.
"Mereka (pemain) tentu terkejut dengan penghentian kompetisi yang mendadak itu. Sehingga mereka berpikir tentang masa depan yang pasti dan menjanjikan, walaupun dari segi finansial tidak se-wah ketika main bola. Tapi itu bisa dia dapatkan seumur hidup. Dan menurut saya dengan kondisi ini, Indonesia tidak salah," kata Rahmad.
"Kita tahu, bahwa Indonesia lagi terus mencoba belajar menjadikan sepakbola sebagai industri, memang ada beberapa kekurangan. Makanya ketika ada satu pilihan, yang akhirnya membuat pemain mengambil kesempatan untuk memastikan masa depannya. Saya pikir itu baik," lanjutnya dalam perbincangan dengan detikSport.
RD sendiri punya latar belakang tentara. Di tahun 1990 dia dapat tawaran masuk PS ABRI. Pria kelahiran 26 November 1966 itu masuk sekolah perwira militer wajib di Matra Laut, dia kini berpangkat Kapten Angkatan Laut.
Pemain memutuskan menjadi tentara disebutnya bukanlah hal yang luar biasa. Di tahun 90-an (era perserikatan), sepakbola disebutnya belum bisa dijadikan sebagai sandaran hidup, bahkan untuk sebuah profesi. Karenanya banyak pemain yang double job.
"Saya sendiri pernah menjadi karyawan bank, sebelum masuk menjadi militer. Karena saat itu sepakbola belum membuat kami menjadi sandaran untuk profesi kita," ungkap RD.(mad/mad)
Menurut Kadispenad TNI Brigjen Wuryanto, 12 pesepakbola ini mengikuti tes melalui program calon bintara (Caba) Unggulan. Program ini merupakan jalur khusus bagi orang-orang berprestasi atau dari bidang profesi yang diperlukan. Program ini bukan hanya diperuntukkan bagi pesepakbola yang membawa harum nama Indonesia. Namun juga dari profesi-profesi yang diperlukan di TNI.
"Ini bukan program baru, setiap tahun ada. Dari berbagai bidang, misalnya teknisi atau lainnya. Wartawan juga bisa kalau mau masuk. Atau misalnya seperti saya butuh desainer grafis, nanti itu untuk ditempatkan di (dinas) penerangan," jelas Wuryanto.
Walau ini jalur khusus, bukan berarti para calon bisa masuk dengan mudah. Mereka tetap harus melalui tahap seleksi. Contohnya seperti pesepakbola ini, ternyata tidak semuanya lolos. Dari 14 yang mengikuti tes, dua orang dinyatakan gagal.
Saat ini, para pesepakbola tersebut sudah berada di Bandung. Mereka akan menjalani pelatihan di Rindam III/Siliwangi, Bandung, Jawa Barat. Selama masa pendidikan, pesepakbola tidak diizinkan untuk mengikuti program latihan atau pertandingan di luar. Kecuali bagi anggota timnas yang diperlukan saat pertandingan melawan negara lain.
"Praktis untuk 7 bulan (selama pendidikan) nggak main, tapi kan mereka ada kegiatan ekstra kulikuler selama di dalam Rindam. Kecuali kalau ada kejuaraan nasional, yang dia harus hadir untuk membela negara. Untuk timnas tapi ya, bukan untuk klub," jelas jenderal bintang 1 itu.
Meski begitu, setelah selesai pendidikan para pesepakbola ini diizinkan untuk mengikuti latihan ataupun pertandingan bersama klubnya masing-masing. Mereka masuk untuk menjadi prajurit TNI melalu program prestasi, Caba (calon bintara) unggulan.
"Ya nanti bisa mereka ikut pertandingan, misalnya (klubnya) masuk ke Divisi 1. Tapi kalau sedang tidak ada latihan atau tanding ya mereka tetap berdinas sebagai tentara," tutur Wuryanto.
Para pesepakbola tersebut adalah:
1. Teguh Amirudin (Barito Putra/Timnas U-23)
2. Ravi Murdianto (Mitra Kukar/ Timnas U-23)
3. Manahati Lestusen (Barito Putra/Timnas U-23)
4. Abduh Lestaluhu (Persija/Timnas U-23)
5. Safri Al Irfandi (Semen Padang/Timnas U-23)
6. Ahmad Nufiandani (Arema/Timnas U-23)
7. Wawan Febiyanto (PBR/ Timnas U-23)
8. Muhammad Dimas Drajat (Persegres U-21/ Timnas U-19)
9. Muhammad Arsyad (PBR ISL)
10. Iman Fathurahman (PBR ISL)
11. Imam Bagus Kurnia (PON Jatim)
12. Angga Saputra (Persekabpas/PON Jatim)
Kisah Manahati Lestusen
Manahati Lestusen masuk TNI untuk menatap masa depan, bukan karena saat ini sedang tidak ada kompetisi atau Indonesia disanksi FIFA. Pemain Barito Putera itu sebelumnya telah menjalani serangkaian tes mulai fisik hingga ideologi.
Manahati menjelaskan alasannya memilih mengikuti tes TNI. Dia menilai, keputusannya itu karena dia memiliki pandangan hidup yang telah berubah.
"Awalnya tuh tidak berpikir, main bola, main bola saja. Tidak berpikir ke depannya seperti apa. Tapi awalnya saya dapat masukan dari seseorang yang saya anggap seperti abang. Dia seorang letkol. Dia kasih pandangan ke saya, dia dulu juga pemain, tapi akhirnya jadi tentara. Dia bilang, sampai usai berapa sih jadi pemain.
Paling 35 tahun. Setelah itu, mau jadi apa? Belum lagi misalnya cidera parah," ungkap Manahati kepada detiksport, Selasa (8/9).
"Dia kasih masukan, atlet juga harus punya masa depan. Jangan sekarang banyak uang, tapi kalau tidak ditabung lama-lama akan habis. Banyak kan atlet seperti itu hari tuanya. Mereka menderita, karena saat jaya tidak bisa menyimpan uang dan tidak berpikir bagaimana masa depannya."
Lalu, apa cita-cita Manahati setelah jadi tentara? Ternyata dia ingin jadi polisi militer.
"Polisi militer. Kenapa? Karena bisa menangkap siapa saja yang melanggar aturan dan tentu tugas polisi militer itu untuk menjaga keamanan negara Indonesia," kata dia.
Abduh Lestaluhu Jadi Polisi Militer
Keinginan Abduh Lestaluhu menjadi tentara sepertinya memang serius. Ternyata, pemain Persija Jakarta itu memiliki cita-cita ingin menjadi polisi militer.
"Perasaanya senang campur sedih, senang karena bisa lulus, sedih harus ninggalin Persija dan keluarga. Sebenarnya keinginan masuk TNI itu dari tahun kemarin.
Cuma baru kesampaian sekarang," ungkap Abduh, salah satu pemain timnas Indonesia di SEA Games 2015 lalu.
Setelah dinyatakan lulus TNI, Abduh akan lebih dulu menjalani karantina di Rindam III, Siliwangi, Bandung sebelum benar-benar masuk pendidikan TNI. Pemain asal Tulehu itu mencoba untuk mengikuti semua materi yang diberikan.
Selama di karantina, Abduh mengaku tak mengalami kesulitan, dia bersama yang lain digembleng latihan baris berbaris, lari-lari, sampai posisi merayap-merayap. Semua dijalaninya dengan penuh suka cita. Abduh mengaku mengikuti tes tentara ini karena dia ingin kelak menjadi polisi militer yang bisa menjaga negara dan bangsa Indonesia.
"Saya kepengin jadi polisi militer nantinya. Tujuannya ya, ingin menjaga negara dan bangsa ini."
Namun begitu, Abduh memastikan setelah pendidikan dia akan kembali ke Persija dulu, nantinya dia bakal fokus seterusnya menekuni dunia polisi militer. "Setelah pendidikan, saya balik ke Persija kalau ada kompetisi. Kalau kompetisi selesai, saya balik lagi jadi tentara. Tidak apa-apa, gak ada masalah."
Pendidikan Militer Ravi Murdianto
Ravi bercerita soal hari-harinya selama menjalani pelatihan sebagai tentara. Dia harus bangun pagi langsung latihan baris berbaris dan menjalani kedisiplinan tentara lainnya.
Usai latihan baris berbaris, mereka diberikan kesempatan untuk sarapan sampai pukul 06.00 WIB. Selanjutnya, hingga sore jam 17.00 WIB semua kegiatan berlangsung di lapangan. Yang menarik menurut Ravi adalah saat jam kelas dari jam 19.00 WIB - 22.00 WIB, mereka diminta untuk menyanyikan sekaligus menghafalkan lagu-lagu TNI.
"Ada empat lagu yang dinyanyikan. Seru sih, karena nyanyinya rame-rame jadi semangat."
Untuk jam istirahat, pemain asal Semarang itu mengaku tidur di barak bersama 52 pemuda lainnya. Dia menjalani semua kegiatan itu dengan penuh semangat. Selama di karantina, Ravi tidak diperbolehkan menggunakan alat komunikasi, termasuk handphone. Mereka diperbolehkan memakainya setelah pukul 17.00 WIB.
Mencari Kepastian Hidup
Soal pesepakbola yang jadi tentara, eks pelatih timnas Rahmad Darmawan punya cerita tersendiri. Menurut Rahmad, meski tidak wah secara finansial, jadi tentara disebutnya memberi jaminan seumur hidup.
"Mereka (pemain) tentu terkejut dengan penghentian kompetisi yang mendadak itu. Sehingga mereka berpikir tentang masa depan yang pasti dan menjanjikan, walaupun dari segi finansial tidak se-wah ketika main bola. Tapi itu bisa dia dapatkan seumur hidup. Dan menurut saya dengan kondisi ini, Indonesia tidak salah," kata Rahmad.
"Kita tahu, bahwa Indonesia lagi terus mencoba belajar menjadikan sepakbola sebagai industri, memang ada beberapa kekurangan. Makanya ketika ada satu pilihan, yang akhirnya membuat pemain mengambil kesempatan untuk memastikan masa depannya. Saya pikir itu baik," lanjutnya dalam perbincangan dengan detikSport.
RD sendiri punya latar belakang tentara. Di tahun 1990 dia dapat tawaran masuk PS ABRI. Pria kelahiran 26 November 1966 itu masuk sekolah perwira militer wajib di Matra Laut, dia kini berpangkat Kapten Angkatan Laut.
Pemain memutuskan menjadi tentara disebutnya bukanlah hal yang luar biasa. Di tahun 90-an (era perserikatan), sepakbola disebutnya belum bisa dijadikan sebagai sandaran hidup, bahkan untuk sebuah profesi. Karenanya banyak pemain yang double job.
"Saya sendiri pernah menjadi karyawan bank, sebelum masuk menjadi militer. Karena saat itu sepakbola belum membuat kami menjadi sandaran untuk profesi kita," ungkap RD.(mad/mad)
Jadi atlet bola palingan bertahan 10-15 tahun. Kalo si atlet "bola" pandai memenej perekonomianya bakalan makmur dhari tuanya.. Tapi kalo tidak ya wassalam
dukung mereka jadi tentara (pns) plus atlet
Diubah oleh Donkpretz 09-09-2015 19:38
0
2.4K
Kutip
6
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan