- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Fakta TEMPE yang perlu agan TAHU


TS
semothh
Fakta TEMPE yang perlu agan TAHU



Tempe merupakan makanan hasil fermentasi antara kedelai dengan jamur Rhizopus Oligosporus. Tempe rasanya memang sangat lezat, selain itu juga harganya relatif murah dan mengandung banyak manfaat. Di dalam tempe terkandung karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin, serta komponen anti bakteri yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Tempe ini sering diremehkan karena identik dengan makanan murah. Namun kini, tempe menjadi bintang kuliner di Amerika, Jepang, dan negara lain.
Sebagai orang Indonesia, siapa yang tidak mengenal tempe. Selain rasanya yang gurih dan lezat, harganya yang terjangkau dan mudah di dapat, tempe juga mengandung berbagai unsur bermanfaat. Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang tempe merupakan makanan yang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Apakah Anda ingin tahu tentang fakta-fakta mengenai makanan ini?

Dan informasi lengkap tentang tempe akan kami bahas dalam Fakta Unik dan Menarik Tentang Tempe berikut ini.
Quote:
SEJARAH TEMPE

Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang berasal dari Cina atau Jepang, tempe merupakan makanan yang berasal dari Indonesia. Makanan tradisional ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam budaya masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta dan Surakarta. Pada awalnya, tempe diproduksi dari kedelai hitam yang berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa dan dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah, serta berkembang sebelum abad ke-16. Kata tempe diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno, terdapat makanan yang berwarna putih yang terbuat dari tepung sagu yang disebut dengan Tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan Tumpi tersebut. Selain itu, terdapat pula rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah Kamus Bahasa Jawa-Belanda.
Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era tanam paksa di Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil perkebunan seperti singkong, ubi dan kedelai sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tiong Hoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu Yaitu koji kedelai yang difermentasikan. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru tanah air di Indonesia.
Spoiler for lengkapnya gan:
Quote:
MENELUSURI sejarah tempe tak bisa lepas dari bahan bakunya, kedelai. Menurut pakar tempe dari Universitas Gajah Mada, Mary Astuti dalam Bunga Rampai Tempe Indonesia, kata kedelai yang ditulis kadele dalam bahasa Jawa ditemukan dalam Serat Sri Tanjung (abad ke-12 atau 13). Selain dalam serat legenda kota Banyuwangi itu, kata kedelai juga dijumpai dalam Serat Centhini, yang ditulis oleh juru tulis keraton Surakarta, R Ng Ronggo Sutrasno pada 1814.
Pada jilid kedua Serat Centhini digambarkan perjalanan Cebolang dari Purbalingga menuju Mataram, kemudian singgah di rumah Ki Amongtrustha, yang menjamu makan malam dengan lauk bubuk dhele. Di Mataram, Cebolang diberitahu bahwa sesaji dalam kacar-kucur, yakni upacara persiapan menikahkan anak, terdapat kacang kawak (lama) dan kedelai kawak, beras kuning, bunga, dan uang logam.
Menurut naturalis Jerman, Rumphius, tanaman kedelai (de cadelie plant) dalam bahasa latin disebut phaseolus niger, kadele (Jawa), zwartee boontjes (Belanda), dan authau (Tiongkok). Hasil amatan Rumphius, orang Tionghoa tidak mengolah kedelai menjadi tempe. Tapi, mengolah biji kedelai hitam tersebut menjadi tepung, sebagai bahan tahu, dan laxa atau tautsjian, mie berbentuk pipih. Karena kacang dalam bahasa Tiongkok disebut duo (tao)/to, produk olahannya dinamai dengan awalan tau: tauchu (taoco), tau-hu (tahu), touya (toge), touzi (tauci), dan lain-lain.
Berdasarkan penelitian genetik, kedelai berasal dari Tiongkok, meski tidak ada keterangan apakah jenisnya kedelai hitam atau kuning. Menurut sejarawan Ong Hok Ham dalam “Tempe Sumbangan Jawa untuk Dunia,” Kompas, 1 Januari 2000, kacang kedelai sudah sejak 5.000 tahun lalu dikenal di Tiongkok.
Namun, Mary Astuti mempertanyakannya: jika berasal dari Tiongkok mengapa kedelai tidak pernah disebutkan dalam jenis-jenis komoditas yang diperdagangkan di Jawa. Musafir Tiongkok, Ma Huan yang mengunjungi Majapahit sekira abad ke-13, mencatat bahwa di Majapahit terdapat koro podang berwarna kuning, tanpa menjelaskan kegunaan kacang tersebut. Dia tidak membandikan kacang itu dengan kacang yang ada di negerinya, seperti halnya membandingkan suhu udara di Majapahit dengan di Tiongkok. Ini menunjukkan, kacang yang ditemui Ma Huan belum ada di negerinya.
“Diduga bahwa kedelai hitam sudah ditanam di Jawa sebelum China datang ke Tanah Jawa,” tulis Astuti. “Menurut anggapan orang Jawa zaman dulu kata dele berarti hitam. Ada kemungkinan kedelai hitam sudah ada di tanah Jawa sebelum orang Hindu datang dan kemungkinan dibawa orang Tamil.”
Penemuan tempe berhubungan erat dengan produksi tahu di Jawa, karena keduanya dibuat dari kacang kedelai. Tahu sendiri dibawa oleh orang Tiongkok ke Jawa, yang mungkin sudah ada sejak abad ke-l7. “Bukan hanya bahannya yang sama, akan tetapi mungkin juga secara langsung penemuan tempe berkaitan dengan produksi tahu,” tulis Ong.
“Tempe muncul dari kedelai buangan pabrik tahu yang kemudian dihinggapi kapang. Kemudian jadi tempe kedelai,” kata wartawan spesialis sejarah pangan, Andreas Maryoto. “Ini saya kaitkan karena tempe yang lain berasal dari limbah: tempe gembus dari limbah kacang, tempe bongkrek dari limbah kelapa. Bila kemudian tempe kedelai dari kedelai bukan limbah, mungkin itu upgrade saja,” sambungnya.
Ong kemudian mengaitkan perkembangan tempe dengan kepadatan penduduk, baik di Tiongkok maupun di Jawa. Kepadatan penduduk sejak berabad-abad telah mempengaruhi seni masak Tiongkok. Akibat kepadatan penduduk terjadi persaingan ruang antara manusia dan hewan yang memerlukan ladang-ladang rumput luas bagi hidupnya. Akibatnya, seni masak Tiongkok berkisar pada hewan peliharaan rumah seperti babi, ayam, bebek, dan sebagainya.
Keadaan itu tidak jauh berbeda dengan Jawa. Pekarangan menyediakan bahan baku makanan seperti ayam, kambing, sayur-sayuran, pohon kelapa, dan lain-lain. “Baru dalam abad ke-l9, menu hewani akhirnya berubah menjadi tempe. Ini akibat kenaikan jumlah penduduk yang amat tinggi pada abad ke-19, sehingga Pulau Jawa menjadi wilayah pertama yang sangat padat di Asia Tenggara,” tulis Ong.
Di sisi lain, lanjut Ong, meluasnya perkebunan kolonial membuat wilayah hutan menciut dan membuat para petani sebagai kulinya, mengurangi berburu, beternak maupun memancing. Dampaknya, menu makanan orang Jawa yang tanpa daging. Tanam paksa makin membuat bahan makanan seperti tempe menjadi sangat vital sebagai penyelamat kesehatan penduduk.
“Bisa dikatakan,” tulis Ong, “penemuan tempe adalah sumbangan Jawa pada seni masak dunia. Sayangnya, seperti halnya banyak penemuan makanan sebelum zaman paten, maka penemu tempe pun anonim,” lanjutnya.
Ditilik dari muasal katanya, menurut Astuti, tempe bukan berasal dari bahasa Tiongkok, tapi bahasa Jawa kuno, yakni tumpi, makanan berwarna putih yang dibuat dari tepung sagu, dan tempe berwarna putih. Kata tempe juga ditemukan dalam Serat Centhini jilid ketiga, yang menggambarkan perjalanan Cebolang dari candi Prambanan menuju Pajang, mampir di dusun Tembayat wilayah Kabupaten Klaten dan dijamu makan siang oleh Pangeran Bayat dengan lauk seadanya: “…brambang jae santen tempe … asem sambel lethokan …” sambel lethok dibuat dengan bahan dasar tempe yang telah mengalami fermentasi lanjut. Pada jilid 12 kedelai dan tempe disebut bersamaan: “…kadhele tempe srundengan…”
“Tempe berasal dari kata Nusantara tape, yang mengandung arti fermentasi, dan wadah besar tempat produk fermentasi disebut tempayan,” tulis Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia.
Menurut Ong, dalam Encyclopaedia van Nederlandsch Indie (1922), tempe disebut sebagai “kue” yang terbuat dari kacang kedelai melalui proses peragian dan merupakan makanan kerakyatan (volk′s voedsel).
Disebut makanan kerakyatan, kata Maryoto, karena tempe diciptakan oleh rakyat, bukan istana. “Karena itu, muncul istilah ‘bangsa tempe’, sebagai bentuk stigmatisasi dari kalangan priyayi,” ujar Maryoto. “Sekarang tempe tidak lagi sebagai makanan rakyat,” Maryoto menambahkan. “Pamor tempe semakin terangkat ketika gairah kuliner meningkat, sehingga tempe manjadi makanan kita semua.”
Spoiler for Serat Centhini:

Pada jilid kedua Serat Centhini digambarkan perjalanan Cebolang dari Purbalingga menuju Mataram, kemudian singgah di rumah Ki Amongtrustha, yang menjamu makan malam dengan lauk bubuk dhele. Di Mataram, Cebolang diberitahu bahwa sesaji dalam kacar-kucur, yakni upacara persiapan menikahkan anak, terdapat kacang kawak (lama) dan kedelai kawak, beras kuning, bunga, dan uang logam.
Menurut naturalis Jerman, Rumphius, tanaman kedelai (de cadelie plant) dalam bahasa latin disebut phaseolus niger, kadele (Jawa), zwartee boontjes (Belanda), dan authau (Tiongkok). Hasil amatan Rumphius, orang Tionghoa tidak mengolah kedelai menjadi tempe. Tapi, mengolah biji kedelai hitam tersebut menjadi tepung, sebagai bahan tahu, dan laxa atau tautsjian, mie berbentuk pipih. Karena kacang dalam bahasa Tiongkok disebut duo (tao)/to, produk olahannya dinamai dengan awalan tau: tauchu (taoco), tau-hu (tahu), touya (toge), touzi (tauci), dan lain-lain.
Berdasarkan penelitian genetik, kedelai berasal dari Tiongkok, meski tidak ada keterangan apakah jenisnya kedelai hitam atau kuning. Menurut sejarawan Ong Hok Ham dalam “Tempe Sumbangan Jawa untuk Dunia,” Kompas, 1 Januari 2000, kacang kedelai sudah sejak 5.000 tahun lalu dikenal di Tiongkok.
Namun, Mary Astuti mempertanyakannya: jika berasal dari Tiongkok mengapa kedelai tidak pernah disebutkan dalam jenis-jenis komoditas yang diperdagangkan di Jawa. Musafir Tiongkok, Ma Huan yang mengunjungi Majapahit sekira abad ke-13, mencatat bahwa di Majapahit terdapat koro podang berwarna kuning, tanpa menjelaskan kegunaan kacang tersebut. Dia tidak membandikan kacang itu dengan kacang yang ada di negerinya, seperti halnya membandingkan suhu udara di Majapahit dengan di Tiongkok. Ini menunjukkan, kacang yang ditemui Ma Huan belum ada di negerinya.
“Diduga bahwa kedelai hitam sudah ditanam di Jawa sebelum China datang ke Tanah Jawa,” tulis Astuti. “Menurut anggapan orang Jawa zaman dulu kata dele berarti hitam. Ada kemungkinan kedelai hitam sudah ada di tanah Jawa sebelum orang Hindu datang dan kemungkinan dibawa orang Tamil.”
Penemuan tempe berhubungan erat dengan produksi tahu di Jawa, karena keduanya dibuat dari kacang kedelai. Tahu sendiri dibawa oleh orang Tiongkok ke Jawa, yang mungkin sudah ada sejak abad ke-l7. “Bukan hanya bahannya yang sama, akan tetapi mungkin juga secara langsung penemuan tempe berkaitan dengan produksi tahu,” tulis Ong.
“Tempe muncul dari kedelai buangan pabrik tahu yang kemudian dihinggapi kapang. Kemudian jadi tempe kedelai,” kata wartawan spesialis sejarah pangan, Andreas Maryoto. “Ini saya kaitkan karena tempe yang lain berasal dari limbah: tempe gembus dari limbah kacang, tempe bongkrek dari limbah kelapa. Bila kemudian tempe kedelai dari kedelai bukan limbah, mungkin itu upgrade saja,” sambungnya.
Ong kemudian mengaitkan perkembangan tempe dengan kepadatan penduduk, baik di Tiongkok maupun di Jawa. Kepadatan penduduk sejak berabad-abad telah mempengaruhi seni masak Tiongkok. Akibat kepadatan penduduk terjadi persaingan ruang antara manusia dan hewan yang memerlukan ladang-ladang rumput luas bagi hidupnya. Akibatnya, seni masak Tiongkok berkisar pada hewan peliharaan rumah seperti babi, ayam, bebek, dan sebagainya.
Keadaan itu tidak jauh berbeda dengan Jawa. Pekarangan menyediakan bahan baku makanan seperti ayam, kambing, sayur-sayuran, pohon kelapa, dan lain-lain. “Baru dalam abad ke-l9, menu hewani akhirnya berubah menjadi tempe. Ini akibat kenaikan jumlah penduduk yang amat tinggi pada abad ke-19, sehingga Pulau Jawa menjadi wilayah pertama yang sangat padat di Asia Tenggara,” tulis Ong.
Di sisi lain, lanjut Ong, meluasnya perkebunan kolonial membuat wilayah hutan menciut dan membuat para petani sebagai kulinya, mengurangi berburu, beternak maupun memancing. Dampaknya, menu makanan orang Jawa yang tanpa daging. Tanam paksa makin membuat bahan makanan seperti tempe menjadi sangat vital sebagai penyelamat kesehatan penduduk.
“Bisa dikatakan,” tulis Ong, “penemuan tempe adalah sumbangan Jawa pada seni masak dunia. Sayangnya, seperti halnya banyak penemuan makanan sebelum zaman paten, maka penemu tempe pun anonim,” lanjutnya.
Ditilik dari muasal katanya, menurut Astuti, tempe bukan berasal dari bahasa Tiongkok, tapi bahasa Jawa kuno, yakni tumpi, makanan berwarna putih yang dibuat dari tepung sagu, dan tempe berwarna putih. Kata tempe juga ditemukan dalam Serat Centhini jilid ketiga, yang menggambarkan perjalanan Cebolang dari candi Prambanan menuju Pajang, mampir di dusun Tembayat wilayah Kabupaten Klaten dan dijamu makan siang oleh Pangeran Bayat dengan lauk seadanya: “…brambang jae santen tempe … asem sambel lethokan …” sambel lethok dibuat dengan bahan dasar tempe yang telah mengalami fermentasi lanjut. Pada jilid 12 kedelai dan tempe disebut bersamaan: “…kadhele tempe srundengan…”
“Tempe berasal dari kata Nusantara tape, yang mengandung arti fermentasi, dan wadah besar tempat produk fermentasi disebut tempayan,” tulis Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia.
Menurut Ong, dalam Encyclopaedia van Nederlandsch Indie (1922), tempe disebut sebagai “kue” yang terbuat dari kacang kedelai melalui proses peragian dan merupakan makanan kerakyatan (volk′s voedsel).
Disebut makanan kerakyatan, kata Maryoto, karena tempe diciptakan oleh rakyat, bukan istana. “Karena itu, muncul istilah ‘bangsa tempe’, sebagai bentuk stigmatisasi dari kalangan priyayi,” ujar Maryoto. “Sekarang tempe tidak lagi sebagai makanan rakyat,” Maryoto menambahkan. “Pamor tempe semakin terangkat ketika gairah kuliner meningkat, sehingga tempe manjadi makanan kita semua.”

Quote:
KING OF TEMPE DI JEPANG


Berikutnya adalah pria asal Indonesia yang dijuluki sebagai sebagai "The King of Tempe" di Jepang. Hal tersebut dikarenakan pria yang bernama Rustono ini, setiap 5 (lima) hari bisa memproduksi sekitar 16.000 (enam belas ribu) bungkus tempe dengan kemasan 200 gram.
Untuk mendukung produksi tempenya, Rustono mengadakan kontrak kerja sama dengan petani kedelai di Nagahama, Jepang. Selain masyarakat Indonesia di Jepang dan masyarakat Jepang sendiri, konsumen nya juga meliputi perusahaan jasa boga, rumah makan vegetarian, toko swalayan, sekolah, hingga rumah sakit di Fukuoka, Jepang. Berbagai restoran vegetarian di Jepang banyak menyajikan olahan tempe dengan berbagai bentuk olahan Jepang, seperti misoshiru tempe dan tempura tempe. Serta, makanan yang paling terkenal terbuat dari tempe di Jepang adalah Burger tempe.
Spoiler for Rustono:
Quote:



KOMPAS.com — Rustono, kelahiran Grobogan, Jawa Tengah, sudah 16 tahun terakhir ini tinggal di Jepang. Sang istri bernama Tsuruko Kuzumoto. Ia memiliki dua putri yang sangat cantik, Noemi Kuzumoto yang terbesar dan Remina Kuzumoto adiknya berusia 13 tahun, beda dua tahun dengan kakaknya.
Ia punya keluarga bahagia, sukses di bidang tempe, dan sudah menjualnya ke 490 tempat di Jepang dari Hokkaido sampai ke Okinawa. Tampaknya Rustono masih "lapar" untuk belajar ke seluruh negara di dunia, tidak hanya di Jepang.
Tribunnews.com beberapa hari lalu, yang seharian bersamanya, diantar ke semua tempat baik pabrik maupun rumahnya. "Biarlah urusan dalam negeri Jepang nantinya diatur keluarga saya, dan saya sendiri akan mencari tahu kesempatan bisnis ke negara lain," tekannya berkali-kali.
Kini Rustono sudah menjual tempenya tidak hanya di Jepang, tetapi juga sampai ke Korea, Meksiko, Hongaria, Perancis, dan Polandia. Masih banyak negara lain lagi yang ingin ditembusnya. Bahkan dua negara Meksiko dan Perancis menjadi poros luar negerinya sehingga dua wanita yang mewakili negara-negara tersebut sempat training di pabrik tempenya di Jepang.
Rustono memang baru membeli tanah 4.000 meter persegi dekat rumahnya dengan harga 6 juta yen. Lalu ketika menanyakan kepada kontraktor berapa biaya membangun pabrik, wah, luar biasa kaget dia, mencapai 40 juta yen.
Keramahan Rustono dan keberhasilan tempe Indonesianya membuat media Jepang meliputnya. Liputan tersebut kebetulan dibaca tetangga dekat rumahnya yang berusia 80 tahunan dan memiliki pabrik yang sudah tak jalan lagi.
Orang tua itu menjual kerangka pabriknya untuk pabrik Rustono dengan harga hanya 50.000 yen karena dia bersimpati sekali kepada Rustono. Sementara pabrik dan kerangkanya memang sudah tak berguna lagi baginya.
Saat Tribunnews.com berkunjung, situasinya memang masih dalam pembongkaran kerangka pabrik besar itu, mungkin sekitar 18 meter X 6 meter luasnya. Rustono dengan bahagia melihat dan menatap masa depannya, memiliki pabrik sendiri, bahkan mengoperasikannya sebagai bos pabrik itu, yang akan memasok tempe Indonesia tidak hanya di Jepang tetapi juga ke berbagai negara di dunia.
Di Eropa, tempe produksinya dijual sekitar 1,7 euro sedangkan di Jepang dijual satu tempe dengan harga 250 yen sebungkus, seukuran tempe yang biasa kita lihat di Indonesia. (Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo, dari Tokyo Jepang)

Quote:
TEMPE SEBAGAI PENYEMBUH PENYAKIT MAAG

Spoiler for baca:
Berikutnya adalah bahwa tempe bisa mengatasi sakit maag. Penyakit maag ini banyak dialami oleh masyarakat yang jika tidak ditangani dengan baik, bisa menjadi penyakit kronis. Tapi ternyata, ada cara mudah untuk mengatasinya, yaitu dengan mengkonsumsi tempe. Hal tersebut dikarenakan tempe mengandung protein yang bagus dan senyawa anti inflamasi atau anti peradangan. Protein yang terkandung di dalam tempe sudah siap untuk diserap tubuh, karena ia sudah terlebih dahulu dicerna oleh kapang atau jamur yang ada di tempe. Kapang atau jamur yang dihasilkan oleh ragi tempe itu bisa mengubah protein kompleks kacang kedelai, karena adanya perubahan-perubahan kimia pada protein, karbohidrat, dan lemak. Kulit kedelai yang awalnya keras menjadi lebih lembek, sehingga dapat memudahkan perut kita dalam mencernanya.
Selain itu, tempe juga diketahui bisa memperbaiki saluran pencernaan yang rusak, serta dapat mengatasi gangguan lambung yang kebanyakan diderita oleh penderita maag. Hal ini dikarenakan tempe bisa memberikan kenyamana di lambung. Ada sebagian orang yang percaya bahwa khasiat tempe akan muncul jika dimakan dalam bentuk mentah. Tapi, jika ingin lebih steril, lebih baik tempe tersebut terlebih dahulu dikukus, direbus, digoreng dengan sedikit minyak sebelum dikonsumsi. Menurut Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat, setiap hari tubuh perlu mengkonsumsi 25 gram protein dari kedelai, yang setara dengan 125 gram tempe.

Quote:
BROWNIES TEMPE

Spoiler for baca:
Berburu oleh-oleh khas kota Malang ini lebih bervariatif. Kini, ada yang terbaru dan diburu para wisatawan, yaitu Brownies Tempe. Pada awalnya, pembuatan Brownies Tempe ini dikerjakan oleh Bu Nur, yaitu salah satu warga Kota Malang. Sisa-sisa irisan tempe dan gorengan tempe yang tertinggal di penggorengan, ternyata bisa dimanfaatkan sebagai bahan dan campuran dalam pembuatan Brownies.
Selain bahan-bahan Brownies pada umumnya, seperti mentega, telur, tepung terigu, coklat bubuk, dan coklat batangan, diberikan juga bahan tambahan tepung olahan tempe serta sisa potongan dan penggorengan tempe yang membuat Brownies ini berbeda dan menciptakan sensasi renyah. Siapa yang menyangka jika olahan tempe yang awalnya hanya memanfaatkan bahan yang tersisa, dan untuk menarik perhatian anaknya yang enggan makan tempe, karya Bu Nur ini justru menjadi cemilan yang banyak dicari oleh para wisatawan yang berkunjung ke Kota Malang. Selain tidak lazim, sensasi rasa tempe khas Kota Malang, ternyata bisa tergoda untuk menyantap Brownies Tempe ini.

Quote:
FAKTA TEMPE YANG LAIN

Quote:
Tempe merupakan makanan probiotik yang kedudukannya sejajar dengan makanan probiotik yang dikenal di dunia seperti Natto, Kimchi, Miso, Sauerkraut, dan Kefir.
Quote:
Tempe menjadi makanan penyelamat banyak tahanan Perang Dunia II pada tahun 1940-1960.
Quote:
Tempe tidak saja berasal dari kedelai, tetapi di Swedia sudah dikembangkan tempe yang berasal dari barley dan oats untuk iklim negara yang tidak cocok untuk menanam kedelai.
Quote:
Tempe merupakan makanan vegetarian pengganti daging.
Beberapa kuliner Internasional memasukkan tempe sebagai bahan utamanya, diantaranya: Tempeh Burger, Teriyaki Tempeh, Baked Tempeh with Dijon Sauce, Tempeh Lasagna, Tempeh Sandwich, Tempeh Masala, Tempeh Fajitas, dan banyak lagi.
Beberapa kuliner Internasional memasukkan tempe sebagai bahan utamanya, diantaranya: Tempeh Burger, Teriyaki Tempeh, Baked Tempeh with Dijon Sauce, Tempeh Lasagna, Tempeh Sandwich, Tempeh Masala, Tempeh Fajitas, dan banyak lagi.

TRIT MENARIK ANE
Bikin Foto "SPLASH" HT#1

SUMUR 1
SUMUR 2



Diubah oleh semothh 28-08-2015 03:39
0
6.5K
Kutip
44
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan