IHSG Dibuka Semakin Terpuruk ke Level 4.500



JAKARTA - Pasar saham Indonesia dibuka berada di zona merah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka semakin merosot 50,54 poin atau 1,1 persen ke 4.572,05.

Analis Bahana Securities Muhammad Wafi mengatakan, sentimen global masih mempengaruhi pergerakan IHSG. Ditambah lagi dengan sentimen dari China.

"Sentimen masih negatif, Dow Jones juga, dan China yang menyisakan pelemahan untuk IHSG. Ini membuat pasar menjadi khawatir," katanya dalam Power Breakfast di IBCM, Rabu (12/8/2015).

Pagi ini, sebanyak 7 saham menguat, 81 saham melemah dan 43 saham stagnan. Perdagangan dibuka telah terjadi transaksi sebesar Rp71 miliar dari 57 juta lembar saham diperdagangkan.

Indeks LQ45 turun 12,94 poin atau 1,7 persen ke 768,17, Jakarta Islamic Index (JII) turun 8,07 poin atau 1,3 persen menjadi 599,68, indeks IDX30 turun 6,90 poin atau 1,7 persen menjadi 398,67, dan indeks MNC36 turun 4,02 poin atau 1,6 persen ke 244,67.

Sektor-sektor penggerak IHSG anjlok, dengan pelemahan terendah di sektor aneka industri turun 2,3 persen, disusul oleh keuangan turun 1,8 persen.

Kompak dengan IHSG, di Asia juga mengalami penurunan dengan indeks Nikkei turun 256 poin atau 1,2 persen ke 20.446, indeks Hang Seng turun 370 poin atau 1,5 persen ke 24.127, dan Strait Time turun 2,51 persen ke 3.073.

Saham-saham yang berada dalam jajaran top gainers, antara lain saham PT Siloam Internasional Hospitals Tbk (SILO) naik Rp475 menjadi Rp15.975, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) naik Rp20 menjadi Rp2.640 dan PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) naik Rp10 menjadi Rp945.

Sementara saham-saham yang bergerak dalam jajaran top loosers, antara lain saham PT bank Central Asia Tbk (BBCA) turun Rp350 menjadi Rp13.200, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) turun Rp325 menjadi Rp18.000 dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun Rp275 menjadi Rp46.000.

Sumber

padahal baru kemarin sore ditutup 4600 sekarang dibuka d level 4500
bener" dah antara berkah dan ironi. berkah karena gw bisa borong, ironi krn joko yg dulu sangat dielu-elukan menggairahkan ekonomi justru malah menghancurkan ekonomi