ts4l4saAvatar border
TS
ts4l4sa
[PIC] TNI mau Pilih Su-35 atau Typhoon? Sayang Ekonomi Krisis, Gigit Jarilah jadinya?
Bingung Pilih Jet Tempur SU-35 Atau Eurofighter Typhoon ?
Jumat, 07 Agustus 2015 | 21.58


Eurofighter Typhoon

IndonesianMilitary.com - Kemandirian Alutsista….kata kata itu enak diucapkan tapi sulit dilaksanakan, karena banyak godaannya. Godaannya antara lain, ketika kita ada uang untuk membeli barang yang lebih hebat.

Lebih dari itu, kemandirian pun butuh, upaya trial and error, jatuh bangun, kegagalan, dan berbagai hal yang tidak mengenakkan pikiran.

Namun semua hal itu, tidak berlaku bagi rakyat Pakistan. “Rakyatnya bersumpah, rela makan rumput”, untuk mewujudkan senjata nuklir yang membutuhkan dana yang besar. Kini Pakistan memetik hasilnya.

Tawaran pembelian Sukhoi, SU 35 adalah menggiurkan. Kita akan memiliki pesawat tempur yang handal. Membanggakan dan disegani. Namun kalau hanya bisa membeli, apalah kebanggaan yang bisa didapat. Apalagi pembelian Alutsista penuh dengan aturan. Anda tidak bisa membongkarnya, tidak bisa memodifikasinya, keterbatasan suku cadang, pemeliharaan dan sebagainya.

Kini Indonesia berada di persimpangan jalan. Apakah akan membeli SU-35 atau Eurofighter Typhoon yang disertai transfer teknologi dan perakitan di dalam negeri. Soal berapa persen kemampuan kita menyerap teknologi tersebut, itu urusan lain yang harus diselesaikan lewat kecerdasan dan keuletan anak bangsa.

Bila melihat sejarah Alutsista buatan dalam negeri, ada kesadaran yang semakin kuat, untuk kemandirian alutsista. Hal ini dimulai dengan lisensi senjata FNC Belgia yang kini berkembang
menjadi senjata SS Pindad beserta variannya. Begitu pula dengan Panser Anoa, PKR Sigma dan kapal selam Changbogo.

Panglima TNI kala itu, Jenderal Moeldoko mengatakan, biaya transfer teknologi kapal selam Chang Bogo, sangat mahal. Tapi hal itu dilakukan demi kemandirian.

Masa depan tidak bisa ditebak, tapi bisa sedikit dibaca lewat sejarah berbagai peristiwa sejenis, yang telah terjadi.

Jika melihat sejarah senjata SS Pindad, Panser Anoa, Frigate Sigma dan kapal selam Chang Bogo, bisa sedikit ditebak, pemerintah akan memilih Eurofighter Typhoon yang dirakit di Indonesia, ketimbang membeli SU-35.

Indikasi ini semakin menguat, ketika Presiden Jokowi mengatakan, tidak ada lagi pembelian alutsista dari luar negeri. Kalimat itu bisa dipahami, alutsista yang dibeli di luar negeri, harus dirakit di Indonesia.

Ditambah lagi track record, Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sukses mendorong pembangunan Panser Anoa di Pindad, dengan proses ToT dengan VAB Commando Prancis.

Logikanya, kalau pemerintah tetap membeli SU-35, maka mereka sudah sangat yakin, rencana pembuatan pesawat tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan, hingga saat ini berjalan mulus. Di luar itu, saya tidak menemukan logika lain.

Mungkin akan ada pertanyaan, ya…mau transfer teknologi, tapi jangan Typhoon, melainkan SU-35, F-35 atau F-15. Justru karena pesawat itu Eurofighter Typhoon, mereka mau memberikan ToT-nya. Kalau pesawat lebih canggih seperti SU-35, PAK FA atau F-35, pasti tidak akan diberikan
http://www.indonesianmilitary.com/20...u-35-atau.html


Mengelola Persaingan Typhoon dan Su-35
Aug 09, 2015


Empat Menteri Pertahanan negara produsen Typhoon menyurati Menhan RI sebagai endorser untuk pembelian Typhoon. Sementara Rusia menyatakan, apalagi yang bisa mereka tawarkan agar RI beli SU-35?
source

Penawaran Sukhoi dan Typhoon telah memasuki tahap yang jauh dan kompleks. Spektrumnya tidak sebatas jangka pendek berupa pengadaan pesawat, tapi juga jangka panjang, berupa target politik internasional.

Jika dicermati betul, Indonesia terlalu besar untuk sekedar didekati dari sisi “loe jual gue beli”. Keluarnya UU yang mewajibkan TOT sementara begitu semangatnya negara lain menawarkan produk dan penguasaan teknologi menunjukkan negara ini memang terbukti tergolong istimewa. Jika selama ini kita meyakini pentingnya negara ini, makin lama makin kelihatan bahwa secara faktual hal itu bukan sebatas keyakinan sendiri tapi sebuah kenyataan.

Oleh karena itu, pemerintah harus mengerahkan semua kemampuannya agar semua potensi kerjasama itu bisa memberikan manfaat sebesar mungkin. Bagaimana kebutuhan segera atas skuadron yang hebat bisa dipenuhi sementara kebutuhan penguasaan teknologi juga bisa diraih.

Diperlukan kecermatan dan kecerdasan luar biasa untuk mengelola ini termasuk kemampuan diplomasi yang istimewa agar semua hal bisa dicapai semaksimal mungkin.

Demikian juga diperlukan kemampuan khusus mengatur anggaran agar bisa memenuhi semua tuntutan tersebut. Kompleksitas tahapan ini begitu tinggi, yang memerlukan keterlibatan penuh semua pembantu Presiden, termasuk menyamakan visi atas perjalanan bangsa ini ke depan. Mengapa? Teknologi penerbangan/antariksa, militer, selalu merupakan yang terdepan. Jika kita mampu menangani ini dengan bagus, kekuatan teknologi akan menjadi sangat prospektif yang akan berdampak luas bagi keseluruhan kepentingan bangsa.
http://jakartagreater.com/mengelola-...oon-dan-su-35/

Beberapa "mainan baru" TNI yang cukup modern di dalam menjaga kedaulatan NKRI
Quote:


Kekuatan Militer Indonesia 2015 Mulai Diperhitungkan Dunia
18 Feb 2015 22:00:06

Belajar dari kondisi memprihatinkan tentang buruknya alutsista pasca Reformasi lau, pemerintah sudah menunjukkan komitment yang kuat untuk menambah kekuatan militer Indonesia secara significan. Meski masih jauh dari kekuatan militer Indonesia yang ideal, perubahan ini jelas memberikan angin segar sehingga tidak lagi diremehkan negara lain.

Tercatat ada banyak sekali alutsista TNI baru yang didatangkan untuk menambah kekuatan militer Indonesia sampai dengan tahun 2015 ini. Pesawat tempur Indonesia akan ditambah dengan 2 skuadron F-16 setara Block 52 dari Amerika dan sebentar lagi pengganti pesawat tempur F-5 Tiger II juga akan segera diumumkan. Kapal perang Indonesia juga banyak mengalami penambahan dan peremajaan, sebut saja 3 unit Kapal Perang Bung Tomo Class dari Inggris dan Kapal Perang PKR Sigma-10514 dari Belanda.

Kapal selam Indonesia juga mengalami penambahan dengan dipesannya 3 unit kapal selam DSME-209 dari Korea Selatan. Bahkan ada indikasi kuat, kapal selam Indonesia akan kembali ditambah di tahun 2020 mendatang. Selain alutsista TNI, kekuatan militer Indonesia juga akan ditambah dengan perampingan birokrasi dan pembentukan komando gabungan militer yang akan membuat rantai komando militer Indonesia semakin bagus.

Semua hal ini akan membuat kekuatan militer Indonesia semakin disegani di mata dunia. Meski belum terlalu menakutkan, setidaknya kekuatan militer Indonesia 2015 ini akan membuat negara lain menjadi lebih hormat dan tidak akan sembarangan lagi mengganggu kedaluatan Indonesia.
http://militerindonesia.net/read/42/..._di_Mata_Dunia


Media China Sebut Indonesia Pesaing Baru di Laut China Selatan
17 Oct 2014 13:31:59

Dengan mengerahkan helikopter AH-64 ke Kepulauan Natuna, sekitar 200 kilometer jauhnya dari kepulauan Spratly yang disengketakan sejumlah negara, Indonesia disebut telah menjadi saingan potensial baru untuk China di Laut China Selatan. Demikian diungkapkan media yang dikelola pemerintah Global Times seperti dikutip Want China Times Rabu 15 Oktober 2014.

Spratly adalah bagian paling disengketakan di Laut Cina Selatan, antara China, Taiwan, Vietnam, Filipina, Brunei dan Malaysia yang semuanya mengklaim kepulauan secara keseluruhan atau sebagian. Vietnam dan Filipina adalah dua yang telah mengambil sikap lebih keras terhadap China di wilayah tersebut, namun, dengan mantan pengajuan petisi dengan pengadilan internasional di Den Haag dan yang terakhir masuk ke kebuntuan berkepanjangan dengan Cina di Cina Selatan Sea Mei.

Setelah parade militer diluncurkan untuk merayakan ulang tahun ke-69 TNI Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah jelas memutuskan untuk bergerak sebelum ia meninggalkan jabatannya pada akhir bulan ini.
Yudhoyono memangku jabatan pada Oktober 2004. Selama 10 tahun sebagai presiden Indonesia, ia telah mengabdikan sumber daya utama untuk modernisasi militer negara itu, membeli sistem senjata canggih termasuk Tipe 209 kapal selam serangan diesel-listrik dan T-50 pelatih dari Korea Selatan, Leopard 2 utama tank tempur dari Jerman dan AH-64E Apache helikopter serang dari Amerika Serikat.

Indonesia tidak mengklaim pulau-pulau Spratly sendiri, tetapi menganggap Kepulauan Natuna potensi hot spot karena kedekatannya dengan pulau-pulau yang disengketakan dan fakta bahwa peta China yang diterbitkan pada tahun 1993 mengklaim Kepulauan Natuna sebagai wilayah Cina.
http://militerindonesia.net/read/30/..._China_Selatan


Alutsista terbaru buatan RUSIA yang cukup mencegangkan Dunia. TNI Tertarik pula?
Quote:


SBY: Krisis Ekonomi Penyebab Indonesia Belum Bisa Bangun Alutsista
Rabu, 12 Maret 2014, 17:18 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai Indonesia memerlukan pertahanan yang baik. Baginya, negara yang berdaulat memerlukan pertahanan yang tangguh. Karena itu, sangatlah penting mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan mengenai pertahanan.

Hal itu disampaikan usai meninjau alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI Angkatan Laut, di dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (13 /3). Ia sempat memimpin rapat Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), di kawasan dermaga tersebut. “Dengan pertahanan yang baik, dunia akan lebih damai," katanya, Rabu (12/3).

Presiden mengatakan modernisasi alutsista penting dan relevan dalam hal konteks strategis. Saat ini telah dimulai industri strategis dan pertahanan milik swasta/BUMN yang mendukung modernisasi alutsista. Meskipun demikian, Presiden SBY mengingatkan, agar semua ini harus dari kebijakan yang benar, rencana yang benar, dan alokasi anggaran yang tepat.

Indonesia, lanjutnya, tidak boleh kalah dengan industri pertahanan negara lain. Ia pun mengajak seluruh elemen terkait untuk menjadikan industri pertahanan yang kompetitif dan tidak menjadikan kebijakan terkait modernisasi alutsista dikaitkan dengan politik. “Bangsa ini harus bersatu,” katanya.

Dalam kesempatan ini, Presiden SBY menyampaikan apresiasinya atas kemampuan TNI melakukan modernisasi pertahanan. Menurutnya, hal tersebut merupakan sesuatu yang menggembirakan karena sudah agak lama Indonesia tidak melakukan modernisasi alutsista.

Menurut Presiden SBY, krisis ekonomi yeng terjadi beberapa waktu lalu merupakan salah satu penyebab Indonesia belum dapat membangun alutsista. Namun, kini dapat terlihat bagaimana Indonesia melakukan modernisasi alutsista baik darat,laut dan udara. “Kita tidak ingin berperang, namun jika harus bertempur dan pertahankan kedaulatan, kita sudah siap,” tegas Presiden SBY.
http://www.republika.co.id/berita/na...ngun-alutsista

--------------------------------

TNI yang disegani negara jiran memang perlu sekali dalam kondisi seperti saat ini. Sebab manakala kepemimpinan di Jakarta dianggap lemah oleh negara-negara tetangga, biasanya mereka mulai nakal dan macem-macem, entah itu berbentuk provokasi di perbatasan Kalimantan, atau di Papua atau di utara di daerah Sulawesi Utara. Atau mungkin pula "proxy war" dalam bentuk ekonomi, terutama di pasar keuangan misalnya. Termasuk juga kegiatan-kegiatan subversiv yang bermaksud hendak melakukan gerakan separatisme seperti di Papua itu. Sayang, kemampuan keuangan negara yang agak menipis gara-gara depresisasi rupiah dan krisis ekonomi belakangan ini, seperti kata SBY, tampaknya akan menjadi penghambat untuk mempercepat modernisasi alutsista TNI meski tawaran sudah datang dari berbagai negara seperti Uni-Eropa dan Rusia itu contohnya, ang bersedia melego alutsistanya yang canggih untuk TNI

emoticon-Turut Berduka
Diubah oleh ts4l4sa 11-08-2015 01:23
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
4.4K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan