mat_indon
TS
mat_indon
Satu Lagi Siswa SMP Meninggal Akibat MOS di Bekasi. Mau Sampai Kapan?
BAGIAN INFORMASI YANG BEREDAR DI MEDIA SOSIAL DAN MEDIA MASA:

Satu Lagi Siswa SMP Meninggal Akibat MOS di Bekasi. Mau Sampai Kapan?

SUMBER: http://singindo.com/2015/08/01/satu-...-sampai-kapan/
Agustus 1, 2015

Selamat siang Mas bro dan Mbak sis…



Kabar duka datang dari Bekasi, salah seorang siswa baru meninggal karena keletihan akibat MOS yang diadakan di sekolahnya.

Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD), sebelumnya disebut Masa Orientasi Siswa (MOS) atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), merupakan sebuah kegiatan yang umum dilaksanakan di sekolah guna menyambut kedatangan siswa baru.

Masa orientasi lazim kita jumpai hampir di tiap sekolah, mulai dari tingkat SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Tak pandang itu sekolah negeri maupun swasta, semua menggunakan cara itu untuk mengenalkan almamater pada siswa barunya.

MOPD dijadikan sebagai ajang untuk melatih ketahanan mental, disiplin, dan mempererat tali persaudaraan. MOPD juga sering dipakai sebagai sarana perkenalan siswa terhadap lingkungan baru di sekolah tersebut. Baik itu perkenalan dengan sesama siswa baru, kakak kelas, guru, hingga karyawan lainnya di sekolah itu. Tak terkecuali pengenalan berbagai macam kegiatan yang ada dan rutin dilaksanakan di lingkungan sekolah.

Sebenarnya tujuan MOPD itu baik yaitu:

  • Memperkenalkan siswa pada lingkungan fisik sekolah yang baru mereka masuki
  • Memperkenalkan siswa pada seluruh komponen sekolah beserta aturan, norma, budaya, dan tata tertib yang berlaku di dalamnya.
  • Memperkenalkan siswa pada keorganisasian
  • Memperkenalkan siswa untuk dapat menyanyikan lagu hymne dan mars sekolah
  • Memperkenalkan siswa pada seluruh kegiatan yang ada di sekolah
  • Mengarahkan siswa dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat mereka
  • Menanamkan sikap mental, spiritual, budi pekerti yang baik, tanggung jawab, toleransi, dan berbagai nilai positif lain pada diri siswa sebagai implementasi penanaman konsep iman, ilmu, dan amal
  • Menanamkan berbagai wawasan dasar pada siswa sebelum memasuki kegiatan pembelajaran secara formal di kelas.


Tapi dibalik itu semua apa yang terjadi?

Masih banyak kasus-kasus negatif yang sering kita dengar. Salah satunya adalah apa yang di share oleh seseorang berinisial SCS yang harus kehilangan salah satu adiknya (koreksi dari TS: keponakan temannya SCS) karena kecapean akibat MOS.

Berikut isi status di account Facebooknya:

Sumber


-------------
Di luar negeri juga ada yang namanya Masa Orientasi Siswa tapi beda banget sama di Indonesia.













Untuk para orang tua tentunya gak rela khan kalau lihat anaknya diperlakukan seperti dibawah ini?







Semoga saja MOS kedepannya lebih baik lagi. Intinya adalah isilah MOS dengan kegiatan positif bukan kegiatan fisik.

Quote:

Semoga bermanfaat.

Komen kaskuser terkait:

Quote:


UPDATE GAN, SUDAH MASUK MEDIA MASA:

Daftar media masa yang memberitakan hal ini:
Viva: Sebelum MOS Kondisi Fisik Evan Prima
Tempo: 12 Year-Old Student Dies After Harsh School Orientation
Kompas: Ungkap Penyebab Kematian Evan Perlu Penyelidikan Lebih Lanjut
Merdeka: Siswa SMP di Bekasi meninggal setelah mengikuti MOS
Wartapriangan: Diduga Kelelahan Ikut MOS, Siswa SMP Ini Meninggal
Aktualpost : Siswa Bekasi Meninggal Dunia Setelah ‘Diplonco’ saat MOS di Sekolah?

Ibu Evan: Kenapa MOS Bisa Begitu Menyiksa Anak, Ya?
Sabtu, 1 Agustus 2015 | 22:21 WIB



BEKASI, KOMPAS.com - Ibunda Evan Christoper Situmorang, Ratna Duma, kecewa dengan pihak SMP Flora Pondok Ungu Permai atas perlakuan yang diterima anaknya selama mengikuti kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS). Meski mengaku tidak ingin menuntut pihak sekolah setelah Evan meninggal, Ratna merasa sangat dirugikan atas kegiatan itu.

"Kita engga mau nuntut sekolah, tapi MOS ini tolonglah jangan sampai merugikan anak. Selama MOS, anak saya disuruh bawa yang aneh-aneh," ujar Ratna di rumahnya, Sektor 5 Pondok Ungu Permai Bekasi, Sabtu (1/8/2015).

Selama kegiatan MOS, Ratna bercerita anaknya selalu kebingungan untuk menyiapkan perlengkapan MOS tiap malam. Ratna yang berprofesi sebagai guru sampai harus mencetak 20 lembar berisi istilah-istilah MOS yang dia dapat dari internet. (baca: MOS Bermasalah, Laporkan ke Sini!)

Dalam satu hari, Ratna mengaku menghabiskan uang lebih dari Rp 70.000 untuk keperluan MOS Evan. Meski keberatan, Ratna memilih untuk mematuhi apa yang diperintahkan oleh senior Evan.

"Saya juga guru, saya sebelum kejadian ini saya no comment. Saya lakukan apa yang mereka perintahkan. Suruh (siswa) pakai kaus kuning, saya beli kaus kuning. Tiap hari warnanya ganti-ganti. Belum snack-nya, mereka suruh bawa belatung putih, cacing diwarnain, sampai monyet-monyet gila. Saya enggak paham itu semua bawa apa," ujar Ratna.

"Waktu itu anak saya enggak bawa Ovaltine, karena sudah dicari tidak ada barangnya. Saya sudah suruh dia untuk tidak masuk, tapi dia mau masuk. Pas saya tanya, kalau enggak bawa sesuai perintah, anak saya harus scott jump," tambah Ratna. (baca: KPAI: Tidak Boleh Ada Kekerasan dalam MOS)

Ratna pun kecewa anaknya mendapat perlakuan tidak enak ketika MOS. Padahal, anaknya sudah sekuat tenaga menuruti peraturan yang dibuat seniornya di sekolah.

Awalnya, Ratna berharap anaknya bisa mendapat pengetahuan agama yang baik dengan bersekolah di sana. Ratna pun mengaku menyesal telah memasukan anaknya di sekolah itu.

"Saya bilang ke ibu gurunya, saya menyesal sekali menyekolahkan anak saya di Flora. Waktu SD anak saya engga pernah diginiin, masuk Flora anak saya malah begini. Waktu itu gurunya hanya pulang saja, enggak ucap sepatah kata pun ke saya. Kenapa MOS bisa begitu menyiksa anak, ya?" ujar Ratna.

Evan meniggal setelah dua minggu mengalami sakit di kedua kakinya. Evan mengalami sakit di bagian kaki setelah berjalan hingga 4 kilometer atas perintah seniornya saat hari terakhir MOS di sekolahnya. (baca: Setelah Jalan Kaki 4 KM Saat MOS, Kaki Evan Membiru Hingga Meninggal)



----------------------
BAGIAN KLARIFIKASI:

Klarifikasi dari kaskuser:

agan Julian321: INFO FLORA 'MEMBUNUH' ANAK MOS ITU HOAX

Quote:


Quote:


Ini penjelasan Sekolah soal siswa tewas usai MOS

Sun, 02 Aug 2015

hetanews.com - Siswa SMP Flora, Kaliabang Tengah, Bekasi Utara, Evan Christopher Situmorang (12) meninggal setelah mengalami kejang-kejang pada Kamis (30/7). Meninggalnya Evan diklaim pihak keluarga sebagai efek dari kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) yang dilaksanakan dua minggu sebelumnya.

Kepala Sekolah SMP Flora Maria Dagomez mengaku keberatan dengan tuduhan tersebut. Pasalnya, kegiatan MOS berlangsung pada tanggal 7-9 Juli 2015. Maria menilai, rentang waktu antara kegiatan MOS dengan meninggalnya Evan terbilang jauh.

"MOS berlangsung tanggal 7 sampai tanggal 9, tanggal 10 persiapan untuk yang muslim pesantren kilat, yang kristen doa bersama. Tanggal 27 masuk kembali pembagian kelas dan daftar pelajaran. Hari Selasa (28/7) masuk seperti biasa, termasuk almarhum," jelas Maria kepada hetanews.com, Minggu (2/8).

Maria memaparkan, pada hari Selasa (28/7), sekitar pukul 08.00 WIB, Evan meminta izin kepada guru yang mengajar di kelasnya untuk diperbolehkan ke toilet. Menurutnya, saat itu kaki Evan sudah tidak bisa digerakkan. Mendengar keluhan Evan, guru yang bersangkutan meminta pertolongan kepada guru lain untuk melihat kondisi Evan. Kaki Evan pun dibaluri dengan krim penghangat tubuh agar kondisinya membaik.

Sementara itu, Maria mencoba untuk menghubungi orang tua Evan melalui nomor telepon yang ada di catatan Evan. Semula nomor yang dihubungi tidak menjawab hingga akhirnya Maria mencari data Evan yang dimiliki sekolah.

"Kemudian saya telepon yang terima bapaknya. Saya bilang Evan kakinya tidak bisa digerakkan. Terus kami tanya harus bagaimana? Apakah Evan diantar ke rumah atau bagaimana? Bapaknya bilang nanti ibunya datang untuk jemput. Kemudian ibunya datang," jels Maria.

Bertemu dengan Ibu Evan, Maria lantas berbincang sejenak terkait kondisi Evan. Dalam perbincangan tersebut, Maria mengaku bahwa Ibu Evan sudah mengetahui perihat sakit kaki yang diderita Evan. Upaya penyembuhan pun sudah dilakukan dengan membawa Evan ke tukang urut.

"Kami berbincang sebentar dengan ibunya. Saya tanya, Evan sudah dibawa ke mana karena kakinya sakit. Ibunya bilang sudah dibawa ke tukang urut. Lalu mereka pulang. Tapi sebelum pulang saya sarankan mampir ke puskesmas dekat sekolah dulu untuk diperiksa Evan, karena kan masih pagi, Puskesmas masih buka. Ibunya bilang iya nanti saya mampir. Sudah, kemudian mereka pulang," ungkap Maria.

Maria kemudian mencoba untuk menghubungi orang tua Evan guna mendapatkan berita kondisi Evan. Namun didapati bahwa Evan sudah meninggal. Hari Jumat, (31/7), guru-guru beserta teman-teman sekolah Evan melayat ke rumah Evan setelah acara halal bihalal.

Jeda waktu yang panjang antara kegiatan MOS dengan meninggalnya Evan membuat Maria keberatan dengan anggapan bahwa kematian Evan lantaran kegiatan MOS.

"Kalau dibilang Evan meninggal karena MOS itu terlalu naif," tegas Maria.

Siswa SMP Flora Bekasi Meninggal Usai MOS


Liputan6.com, Bekasi - Seorang siswa SMP Flora, Bekasi, bernama Evan Situmorang meninggal dunia. Kabar meninggalnya Evan ramai diperbincangkan di media sosial lantaran usai mengikuti Masa Orientasi Sekolah (MOS)

Kepala Sekolah SMP Flora, Maria Dagomez menuturkan, anak didiknya memang mengikuti MOS yang digelar 3 hari, 7-9 Juli 2015. Dalam MOS itu, tak ada kegiatan yang membebani siswa.

"MOS di sekolah panitianya siswa senior. Pelaksanaan 3 hari, kegiatannnya seperti kuis, lomba nyanyi, enggak ada yang di luar kemampuan siswa," ujar Maria kepada Liputan6.com di Bekasi, Sabtu (1/8/2015).

Maria menambahkan, usai MOS yakni pada 12 Juli 2015, para siswa datang ke sekolah untuk mengambil baju seragam. Termasuk Evan. Dia kemudian libur hingga masuk kembali pada 27 Juli 2015.

Tanggal 28 Juli 2015, kegiatan belajar dimulai. Evan pun masuk sekolah dan mengeluh sakit. Dia kemudian izin untuk ke kamar mandi dan tiba-tiba kakinya sakit tidak bisa digerakkan. Teman-teman berinisiatif membawanya ke dalam kelas.

"Dia mengaku kakinya sakit hingga tidak bisa berjalan," terang Maria.

Usai itu, pihak sekolah menghubungi orangtua Evan. Tak lama berselang, sang ibunda Evan datang ke sekolah.

"Kami langsung menanyakan kepada Ibu Evan dan menjawab kalau Evan memang sakit di bagian kaki dan pernah dibawa ke pengobatan alternatif," ujar Maria.

Ibu Evan langsung membawa pulang ke rumah. Namun lantaran sakitnya makin parah, Evan dibawa ke rumah Sakit. Setelah mendapatkan perawatan, Evan meninggal dunia.

Maria menegaskan meninggalnya Ivan bukan karena mengikuti kegiatan MOS. Pihak sekolah pun merasa dirugikan dengan adanya pemberitaan di media sosial tentang meninggalnya Evan akibat mengikuti kegiatan MOS.

"Pihak sekolah berharap agar pemberitaan di Media Sosial Facebook dihapus. Apabila tak dihapus pihak sekolah akan melakukan somasi ke pihak yang menulis di Facebook itu," pungkas Maria. (Ali/Rmn)
----
Komen bijak kaskuser:

Quote:


Quote:


Quote:


Ending

Penyelidikan Dihentikan, Kematian Evan Dinyatakan Bukan karena MOS


Evan Christopher Situmorang (berbaju kuning) (Foto: Antara)

BEKASI - kasus dugaan kematian Evan Christoper Situmorang (12) karena keletihan usai mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS), dihentikan pihak Polresta Bekasi Kota.

Hal ini merujuk pada hasil penyelidikan yang dilakukan pihaknya sejak Minggu, 2 Agustus 2015 lalu, di mana polisi menemukan Evan meninggal karena penyakit, bukan karena faktor keletihan mengikuti MOS.

Menurut Kapolresta Bekasi Kota, Kombes Pol Daniel Bolly Tifaona, keputusan yang diambilnya saat ini terkait kematian Evan Christoper Situmorang, siswa SMP Flora karena sakit jantung.

"Kami telah simpulkan tidak ada kaitannya dengan MOS. Evan meninggal karena penyakit jantung," terang Daniel, Rabu (5/8/2015).

Keputusan itu diambil pihaknya setelah meminta keterangan dari 18 orang saksi. Antara lain Kepala Sekolah SMP Flora, pimpinan MOS, mentor korban, siswa-siswa yang ikut MOS, orangtua, empat tetangga, dokter Puskesmas, dokter RS Sayang Bunda dan dokter di RS Citra Harapan Indah.

Dari hasil pemeriksaan itu juga, diketahui Evan meninggal di rumahnya pada 30 Juli 2015. Hal ini berdasarkan keterangan empat saksi tetangga, dan dokter rumah sakit. "Saksi itu yang mengatakan yang Evan meninggal di rumah, 40 menit sebelum tiba di rumah sakit," tambahnya.

Dari keterangan saksi juga, saat di rumah itu berbagai upaya untuk mengetahui kondisi Evan dilakukan seperti, memeriksa denyut nadi, detak jantung, dan menempelkan kaca ke hidung dan mulut. "Saat itu sudah tak ada yang menunjukkan tanda-tanda Evan masih hidup," lanjut Daniel.

Karenanya, pihak kepolisial memutuskan untuk menghentikan penyelidikan. Dan pihaknya juga tak akan mengautopsi jenazah Evan dengan berbagai pertimbangan.

"Orangtua yang tak ingin jenazah diautopsi. Maka, setelah orangtua buat surat penyataan, kami pun tidak bisa memaksakan," jelas Daniel lagi.

Diakui Daniel, jika kasus ini dipaksakan dan diteruskan dan ada tersangkanya, maka arahnya akan ke orantua Evan yang bisa dijerat pasal 359 KUHP, tentang kelalaian menyebabkan hilangnya nyawa orang. "Jadi dengam berbagai pertimbangan ini kasus kematian Evan kami hentikan," tutup Daniel.
Diubah oleh mat_indon 06-08-2015 07:17
0
60.8K
486
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan