QiiinnnAvatar border
TS
Qiiinnn
[CATPER] Menikmati Keindahan Mt. Kerinci, puncak pulau Sumatera.
Haloo Agan-Agan Semua..

Salammualaikum dan Salamlestari

Sebelumnya izinkanlah nyubi berbagi sedikit pengalaman pendakian Mt. Kerinci, mohon maaf apabila terdapat kesamaan nama gunung, nama tempat dan alur cerita, karena bisa jadi kita mendaki gunung yang sama, hehehe,

Kejadian ini bermula satu tahun yang lalu, tepatnya 12 bulan yang lalu (loh!). Berawal dari candaan dan pembicaraan ngalor ngidul di kampus yang terletak di daerah Jakarta Selatan, kami berempat berencana merayakan tujuh belasan di puncak gunung tertinggi kedua Indonesia tahun 2014 lalu. Ane merencanakan trip ini bareng 3 sohib ane : Hadi (lae), perantauan padang, Rachmad Nur (amek), asal bengkulu, Achyar, dari Tangerang. Ane sendiri adalah anak rantau dari Jaksel, hihi. Rada ngawur juga nyusun rencananya, karena diantara kami belum ada yang pernah mendaki gunung-gunung sumatera yang katanya terkenal masih masih lebat hutannya, masih mistis, banyak macan dan seterusnya seterusnya. Bismillah, Modal niat dan kecintaan kami sama Indonesia yang terkenal indah gunung-gunungnya emoticon-I Love Indonesia (S) , kami sepakat ngumpulin uang modal ke jambi dan waktu itu bulan januari 2014, 6 bulan sebelum eksekusi rencana. Cukup berat buat ane yang berstatus mahasiswa nabung buat trip ini. Tapi demi Kerinci, selalu ada jalan. Yup!

Singkat cerita, setelah ngirit makan selama 6 bulan dan mengumpulkan serpihan-serpihan THR, selesai lebaran 2014, kami mulai intens komunikasi melalui grup whatsapp merencanakan semuanya yang harus disiapkan. Berita buruk datang dari akhyar, dia batal ikut karena gak dapat izin dari ibunya, yang menurut kami ritual izin orang tua merupakan ritual paling penting sebelum naik gunung. Alhasil, pasukan pun berkurang jadi hanya kami bertiga yang fix berangkat. Rencana sudah tersusun rapih, tanggal 15 Agustus kami akan start dari pos R.10 pendaftaran penanjakan di desa Kayu Aro, Lae yang memang asal kampungnya Padang mempersiapkan transportasi kami dari Padang menuju Jambi. Amek menyusul dari Bengkulu H-3 penanjakan dan ane sendiri start dari bandara Soekarno Hatta H-4 keberangkatan karena memang rencana keliling Padang sebelum nanjak (sambil menyelam minum kopi gan, hehe). Sebelum lanjut cerita penanjakan, perlu diketahui, ini merupakan pengalaman pertama ane mendarat di tanah Sumatera. Jadi, jangan ditanya lagi seberapa noraknya ane sesampainya di Padang emoticon-Ngakak (S)


Hari Senin tanggal 11 Agustus 2014, Lae udah nungguin ane di bandara. Didalam mobil Yaris yang dikendarainya, ternyata sudah ada 2 orang sepupu Lae, Mora dan satu cewe yang saya lupa namanya (sebut saja sia kembang), keduanya masih sepupu Lae. Mora, setelah dihasut Lae, mau ikut merayakan hari Kemerdekaan bersama kami di puncak Kerinci. Di thread kali ini ane belum bisa cerita banyak tentang perjalanan keliling Padang. beda trip, beda thread hehe. Dua hari di Padang Ane, Lae, Amek, Mora mulai mencari kebutuhan perjalanan dari Padang menuju Jambi serta semua logistik dan perlengkapan penanjakkan kami.

14 Agustus pagi kami bertolak dari Padang dengan estimasi waktu perjalanan sekitar 10 jam sampai di kaki gunung Kerinci, Tugu Macan. Rombongan kami bertambah 5 orang yang merupakan teman-teman komunitas pecinta alam sahabat Amek dari Bengkulu. Meeting Point kami dengan mereka di Tugu Macan tanggal 14 malam.

Sumatera, merupakan salah satu pulau besar Republik Indonesia. Baru 4 hari berkeliling di sebagian kecil daerah Sumatera, semakin cinta dengan tanah air ini. Bagaimana tidak, pantai-pantai dipesisir Padang, Bukittinggi Padang hingga Danau Kembar di Solok Padang, yang sempat kami kunjungi dalam perjalanan kami menuju Jambi menyajikan keindahan yang sulit dilupakan. Melihat keindahan alam seperti itu, akan selalu menjadi cerita pengalaman yang tidak akan pernah bisa dibeli


Danau atas Solok

Terbuai keindahan selama perjalanan menuju Jambi, kami sampai desa Kayu Aro kaki gunung Kerinci tengah malam. Penginapan maupun Homestay sudah tidak ada yang mau melayani. Beruntung, ada seorang bapak penjual bakso yang mengizinkan kami bermalam di sebuah cottage kementerian Pertanian dimana bapak tersebut menjadi penjaganya. Dengan biaya yang cukup murah, akhirnya kami bisa beristirahat mengumpulkan energi penanjakan besoknya tanggal 15 Agustus.

Pukul 06:00 pagi 15 Agustus 2015, ane terbangun. Cukup kaget ternyata dalam kamar tersebut sudah bukan Lae, Mora dan Amek lagi yang ada. Rombongan dari jambi sudah sampai saat ane terlelap tidur. Lima orang pasukan bertambah. Pemandangan dari cottage tersebut amat sangat indah. Depan cottage terhampar perkebunan teh dengan kabut tipis masih terlihat sejauh mata memandang. Belakang cottage, disana berdiri dengan gagahnya segitiga sempurna gunung Kerinci. Selesai sarapan, ngopi cantik dan repacking kami berangkat dari cottage tempat kami menginap. Sebelum menuju pos awal pendakian Tidak lupa kami berfoto di Tugu Macan

.

Tugu Macan. Tim sembilan


Kayu Aro, Desa di kaki gunung kerinci


Tepat tengah hari, setelah mendaftar di pos R.10 dan setengah jam perjalanan, kami bersembilan sampai di pos rimba. Kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu disana. Dan penanjakkan kami menuju atap Sumatera dimulai. Dari pos rimba menuju shelter 1 terdapat tiga pos yang harus kami lalui. Dari pembicaraan dengan warga setempat, kami harus sampai shelter 1 setidaknya sebelum malam karena ketinggian dibawah shelter 1 masih menjadi habitat macan sumatera yang aktif mencari makan dimalam hari.


Pos Pendaftaran, R10

Trek dari pos rimba menuju shelter 1 didominasi trek berlumpur dan hutan yang masih sangat lebat. Salah langkah, kaki bisa terjebak dilumpur yang cukup dalam ditambah gerimis turun pada saat itu. Kebijakan yang kami berlakukan selama penanjakkan pada hari pertama tidak ada pemisahan kelompok. Satu orang istirahat, semua harus ikut istirahat. Hal tersebut untuk menjaga semangat dan stamina kami di hari pertama. Tepat sebelum maghrib, 17:30 kami tiba di shelter 1. Dikarenakan camp ground shelter 1 sudah penuh, kami harus buka lahan dengan membabat rumput-rumput liar dipinggir hutan. Shelter 1 memiliki sumber air yang terkadang kering, agak jauh memang jaraknya dari tempat camp kami, sekitar satu jam pulang pergi, namun karena persiadaan air yang tipis, dua orang dari kami berangkat mengambil air sebelum gelap. Tidak banyak yang kami lakukan malam itu, selesai masak dan makan, untuk menyimpan energi kami beristirahat hingga pagi.

16 Agustus 05:30, Pas kebangun, ane lihat kiri kanan, semua masih tidur. Tenda kami merupakan jenis tenda dome yang mampu menampung 10 orang sekaligus. Ane memutuskan keluar tenda untuk shalat shubuh. Matahari sudah terlihat, jika selama ini para pendaki mencari samudera awan dalam pendakiannya, di gunung Kerinci tidak perlu sampai puncak untuk melihatnya. Shelter 1, tepat didepan tenda kami, saat saya keluar samudera awan dan sunrise sudah terpampang dengan indahnya. Selesai shalat ane cuma duduk didepan tenda, melihat, menikmati atau apapun namanya pemandangan yang tidak akan bisa didapat jika kita tidak travelling dan hanya berdiam diri dirumah (kecuali rumah ente tempat wisata)


Shelter 1. Tepat dibelakang kami ada samudera awan.

Setelah semua terbangun, tanpa komando siapapun kami mengerjakan tugas kami masing-masing dan ane dapet giliran ngambil air kali ini. Selesai sarapan, ngopi sambil bercanda dan berfoto ria kami packing tenda dan barang bawaan kami. Pukul 10:00 tepat, kami sudah membuat lingkaran untuk berdoa dan melanjutkan perjalanan kami. Kali ini, shelter 3 menjadi tujuan kami mendirikan camp untuk kedua kalinya.

Trek shelter 1 menuju shelter 2 cukup berat. Tidak berlumpur seperti sebelumnya dan hutan pun sudah mulai berkurang lebatnya, namun tanah curam dan licin menjadi ciri khas perjalanan hari kedua kami ini. Hari kedua tampaknya sudah terlihat perbedaan stamina diantara kami. Tiga orang yang memiliki fisik cukup kuat berada didepan, meninggalkan ane dan tiga teman sependakian ditengah. Anggo dan amek berada dibelakang sebagai sweeper. Empat jam yang cukup melelahkan harus kami lalui sebelum sampai di shelter 2. Shelter 2 tidak seluas shelter 1, hanya dapat menampung sekitar 8 tenda isi 4 orang. Setelah rombongan terakhir sampai di shelter 2, kami beristirahat cukup lama disana dan tidak lupa berfoto emoticon-Malu (S)


Narsis dulu di helter 2

Tantangan berikutnya adalah shelter 2 menuju shelter 3. Medan tidak berbeda jauh dengan medan sebelunya namun dengan tingkat kecuraman yang lebih terjal. Dan sama seperti sebelumnya, formasi terbagi kembali, 3 orang didepan, 4 ditengah dan 2 sweeper. Ditengah perjalanan kelompok ane kehabisan air dikarenakan medan yang curam menghabiskan stamina. Tenggorokan kering selama perjalanan menuju shelter 3, yang kami punya saat ini hanyalah semangat dan bayangan indahnya puncak gunung kerinci.

Sepertiga perjalanan sebelum sampai shelter 3 merupakan trek terberat perjalanan. Beberapa kali kami harus mendaki menggunakan 2 tangan dan 2 kaki kami seperti Spiderman di celah tebing yang curam. Stamina yang sudah habis membuat kami tidak berpikir untuk mengabadikan trek tersebut. Dan semua terbayar, benar-benar terbayar, saat tebing terakhir kami daki, pemandangan camp ground yang sudah lumayan penuh didepan kami serta hamparan desa Kayu Aro dan Sungai Panjang dibelakang kami menghilangkan rasa lelah kami.


Kiri ke kanan : Lae, TS, Amek

Lae, Randi dan mereka bertiga sudah sampai 1 jam sebelum ane. Mereka sudah mendirikan tenda untuk tempat beristirahat kami. Tempat yang mereka pilih benar-benar strategis. Dibelakang tenda, terlihat samar tertutup kabut puncak gunung Kerinci, merinding dan bergetar hati kami melihatnya. Didepan tenda, karena cuaca cukup cerah, terlihat jelas desa-desa kaki gunung Kerinci. Saat itu sunset sudah mulai terlihat dan rombongan terakhir kelompok kami pun sampai di camp ground. Karena saat itu masih belum terlalu gelap, kami menghabiskan waktu berkeliling camp ground dan foto-foto sebelum menyiapkan makan malam dan beristirahat

17 Agustus, merupakan tanggal yang amat bersejarah bagi negeri kita, tanggal dimana kita sebagai satu bangsa memproklamasikan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diwakili oleh Presiden pertama kita Ir. Soekarno. Dan kini, 69 tahun setelahnya, kami berdelapan dan ratusan pendaki lain berkesempatan memperingati hari bersejarah tersebut di puncak tertinggi kedua Indonesia. Jam 03:30 kami berdelapan sudah terbangun bersiap berangkat summit attack. Estimasi perjalanan 3 jam menuju puncak dari shelter 3. Dikarenakan udara yang sangat dingin, kami masak air untuk kopi dan minuman hangat lainnya menstabilkan suhu tubuh kami. Sekitar jam empat lebih kami semua meninggalkan tenda kami menuju puncak. Trek kali ini merupakan trek berbatu dan pasir.


Otw summit!!

Vegetasi sudah tidak ada sama sekali dari camp ground shelter 3. Suhu udara yang sangat dingin serta antrian para pendaki selama perjalanan merupakan tantangan kali ini. Pukul 06:00 pagi saat matahari sudah mulai bersinar dari arah timur, perjalanan yang kami tempuh baru setengahnya. Tugu Yudha yang menjadi landmark sebelum menuju puncak sudah kami lewati. Dan 1 jam perjalanan setelah tugu Yudha, sampai lah kami di ketinggian 3805 mdpl puncak Kerinci


Tugu Yudha


Summit of Sumatera! Puncak Kerinci!


Alhamdulillah, kaki ini masih diizinkan untuk menikmati atap pulau sumatera.

Beberapa hari yang lalu, ane membaca trit kaskus teman sekolah ane yang sudah sangat lama kita nggak ketemu. Trit yang dia posting berisi kenapa kita tidak harus mencintai negeri kita Indonesia. Berbagai alasan diulas, dari masalah korupsi, penjualan aset negara kepada asing, kerusuhan dan masalah-masalah berat lain. Rada miris juga ngebacanya Ane jadi inget Satu tahun yang lalu, saat ane berada dipuncak gunung Kerinci dan menitikkan air mata disana, mensyukuri ane terlahir di tanah ajaib Indonesia.Indonesia gak cuma tentang korupsi, intrik politik,kerusuhan yang gak jelas, orang bego yang gampang terkenal atau macet dan juga banjir Untuk teman-teman yang masih belum bisa mensyukuri menjadi warga Indonesia, mungkin mainnya kurang jauh. Belum bertemu dengan warga-warga daerah dan melihat kearifan lokal mereka, belum melihat anak-anak kecil yang masih bermain permainan tradisional sebelum maupun sepulang sekolah, belum merasakan aneka ragam masakan dari berbagai daerah. Kawan, Indonesia akan selalu menjadi Indonesia dengan segala ciri khas keindahan di setiap daerahnya siapapun pemimpinnya bagaimanapun bentuk pemerintahannya. Salah satu cara untuk melihat bagaimana Indonesia yang sebenarnya adalah pergi ke berbagai daerah, travelling, so let’s go anywhere emoticon-Traveller

Demikian catper sederhana ane, terimakasih buat yang udah mau baca. Mohon maaf jika ada yang kurang. See you next trip! emoticon-I Love Indonesia (S)
0
3.4K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan