ustadalhabsyi
TS
ustadalhabsyi
Inilah Perhiasan Pribadi yang Memikat
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh




Saat selepas menunaikan shalat fardhu, Rasulullah SAW dan para sahabat tengah duduk sembari membicarakan tentang agama dan kebaikan, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui ke dalam masjid. Tanpa salam, tanpa kalam ia jalan menuju ke sudut masjid dan langsung buang air kecil disana.

Melihat apa yang dilakukan Arab Badui itu, serta merta sejumlah sahabat bangkit dan hendak menghampirinya sembari berkara-kata mengecam tindakan Badui itu. Rasulullah SAW segera mencegah mereka. Beliau melarang mereka untuk menghardiknya dan memerintahkan untuk membiarkannya sampai orang tersebut menyelesaikan hajatnya.

Setelah Rasul melihat Arab Badui itu selesai dengan hajatnya, beliau minta kepada salah seorang sahabat untuk diambilkan satu ember air, dan selanjutnya untuk membersihkan air kencing tersebut.

Dengan lembut selanjutnya Rasulullah SAW memanggil Arab badui, dan sama sekali tak tampak pada beliau kemarahan atau sikap mencela. Dengan lemah lembut, beliau berkata kepadanya, “Ketahuilah saudaraku, masjid ini bukan tempat membuang benda najis atau kotoran, tak pantas melakukannya di masjid. Karena masjid dibangun sebagai tempat untuk berzikir kepada Allah, shalat, dan membaca al-Qur’an.”

Sang Arab Badui merasakan kesejukan nasehat dan sikap Rasul SAW tersebut. Kelemah lembutan dan kebijaksanaan beliau dalam menasehati mengukir indah dalam sanubari dan jiwanya. Hingga terangkai padanya rasa cinta dan simpati kepada beliau. Setelah meminta maaf ia pun berdoa, “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua.”

Rasul tersenyum mendengar doanya, dengan lembut kembali beliau berkata, “Kamu telah mempersempit sesuatu yang luas (rahmat Allah). Doakan untuk semua.”

Saudaraku, betapa indah akhlak Rasulullah SAW tersebut, dan betapa indah pemikat dari lemah lembut, santun, sopan. Rasulullah SAW pernah menegaskan urgensi lemah lembut kepada sesama, “Sesungguhnya Alloh adalah Dzat Yang Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap perkara.” (HR Bukhari)

Sejatinya secara fitrah, siapapun senang dan mendamba bersikap lembut dan diperlakukan dengan santun. Karena sejatinya itulah fitrah manusia. Dalam bahasa Arab, manusia di antaranya disebut dengan kata al-Insan. Al-Insan diambil dari kata al-uns yang bermakna
harmonis, lemah lembut, jinak atau damai atau tidak senang kekasaran, pertikaian, dan kemarahan. Dalam al-Qur’an kata al-Insan disebut sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surah. Karena itu, dari asal makna sekaligus sesuai fitrah, manusia adalah makhluk yang cinta dengan hidup harmonis berdampingan, lemah lembut dalam interaksi dan cinta kedamaian.

Rasulullah SAW, sosok yang sangat menghormati dan menghargai sesama manusia. Benar, Rasul SAW mencintai sesama muslim, tapi beliau sangat menghormati dan menghargai sesama manusia. Karena itu, tidak ada dalam sejarah Islam, Rasul SAW pernah bertindak menzalimi manusia di luar karena hak yang melegetimasikannya, atau karena membela risalah Ilahi.

Saudaraku, jika kita menegaskan sebagai manusia yang memiliki fitrah cinta harmonisasi dan kelembutan, maka tidak kecewakan sesama semestinya. Bila tertera di hati sebagai makhluk sosial yang hanya bisa hidup bersama, maka saling menjaga dan menghargai semestinya.
Memang dalam pergaulan, sering ditemukan perbedaan karakter, tapi bukan untuk dijauhi tapi agar dipahami.

Justru Allah SWT memerintahkan kita untuk saling mengenal dengan sesama manusia, dalam keragaman bentuk, suku, bahasa, dan bagian-bagian perbedaan apapun, “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa di sisi Allah.“(al-Hujurat: 13).

Dapat kita maknai, Allah SWT mengajarkan kita untuk tidak membatasi dalam pergaulan, justru dimotivasi untuk saling mengenal dalam ikatan satu hati bernama kemanusiaan. Tinggal bagaimana kita kuasa menghadirkan saling santun, saling lembut, karena itulah sejatinya perhiasan yang memikat, perhiasan yang dapat membuat ikatan kokoh, tahan lama, dan harmonis. Rasul SAW menegaskan, “Tidaklah lemah lembut pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah sikap keras dalam segala sesuatu kecuali dia akan merusaknya.” (HR Muslim)

Ramadhan melatih dan mendidik kita untuk saling menjaga, menghargai, dan menghormati sesama kita. Dalam ragam perbedaan sejatinya hadirkan keindahan yang tak terbayangkan. Dengan catatan dapat menghimpunnya dalam kesejukan, kelemahlembutan, saling santun, dan saling menghargai. Itulah perhiasan utama pribadi yang memikat, yang melahirkan pesona harmonisasi dan kedamaian hidup berdampingan, hidup sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan.
0
15K
92
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan