TS
dragila
Gameplay
haii gan aganwati.... kalau salah kaamar bilang ya... ane mau share karya tulis ane... masih acak2an jadi ane minta saran dan kripiknya gan CERITA DIBAWAH HANYA FIKSI, JIKA ADA KEMIRIPAN MOHON MAAF
mohon maaf kalau masih acak2an gan aganwati, skali lg mnta saran n kripiknya... gak nolak dan rate 5
Spoiler for PROLOG:
PROLOG
Matahari pagi menyinari penduduk bumi, semua orang memulai aktivitas sejak shubuh, sejak sang ‘raja sinar’ belum menunjukkan keperkasaannya. Pagi itu orang-orang sibuk, mereka yang berjalan di trotoar-trotoar pusat industri, memakai jas mewah, jaket, ada yang membawa koper, tas, dan juga helm berwarna kuning khas para kaum proyek. Tapi mereka semua tak menghiraukan sebuah pemuda tanggung berumur 15 tahun, ia memakai jaket hitam dengan penutup kepala jaket atau kupluk. Ia berjalan di tengah-tengah para kaum sibuk itu, mungkin mereka adalah workaholic, karena hari ini hari minggu. Yeah, walaupun begitu itu wajar, manusiawi. Dunia ini theater yang membutuhkan uang, bahkan di dunia maya saja membutuhkan uang…
“AAAAAA!!!!”
Jeritan mulai melantun merdu, yeah, sebuah jeritan kepanikan para kaum workaholic dan kaum proyek, mereka berhamburan dari sumber ledakan. Yup, ledakan, sebuah bom telah meledak di trotoar, tepatnya bom itu disembunyikan dibalik sebuah benda berwarna biru berisikan sampah dan sebuah bom yang ada di dasarnya. Tapi itu cukup ‘ganjil’. Negara itu tak punya rival saat ini, mengebom para kaum workaholic taka da gunanya apalagi kaum proyek, mereka memang pondasi negara tapi kenapa tak menyerang langsung gedungnya? Sebuah pertanyaan bagi mereka yang ahli dalam bidang kriminal, tapi dimata awam hanya sebuah kejadian menyesakkan yang disebut ‘terorisme’. Kejadian itu begitu cepat, bom yang berskala kecil namun cukup mematikan, dan besoknya di Koran serta majalah, bahkan media lainnya sudah bermunculan berita ‘TERORIS! Mereka Mengincar Para Karyawan’ ‘Teror Melanda Kawasan Industri’ dan judul lainnya, tapi mereka, para media tak dilatih berpikir 4 langkah kedepan dan juga memikirkan segala kemungkinan, karena mereka hanya di program menginformasikan berita terbaru dan menggalinya
“Key berhasil” sebuah suara berbicara pada seseorang di seberang sana dengan Handphone, ia berbicara dengan suara pelan
“200 reward, success” sambut sebuah suara berat
CKLEK..
Pintu kamar terbuka, muncullah seorang pemuda yang berpakaian rapih dengan seragamnya, ia pemuda yang sama saat kejadian pengeboman di kawasan industri kemarin
Matahari pagi menyinari penduduk bumi, semua orang memulai aktivitas sejak shubuh, sejak sang ‘raja sinar’ belum menunjukkan keperkasaannya. Pagi itu orang-orang sibuk, mereka yang berjalan di trotoar-trotoar pusat industri, memakai jas mewah, jaket, ada yang membawa koper, tas, dan juga helm berwarna kuning khas para kaum proyek. Tapi mereka semua tak menghiraukan sebuah pemuda tanggung berumur 15 tahun, ia memakai jaket hitam dengan penutup kepala jaket atau kupluk. Ia berjalan di tengah-tengah para kaum sibuk itu, mungkin mereka adalah workaholic, karena hari ini hari minggu. Yeah, walaupun begitu itu wajar, manusiawi. Dunia ini theater yang membutuhkan uang, bahkan di dunia maya saja membutuhkan uang…
“AAAAAA!!!!”
Jeritan mulai melantun merdu, yeah, sebuah jeritan kepanikan para kaum workaholic dan kaum proyek, mereka berhamburan dari sumber ledakan. Yup, ledakan, sebuah bom telah meledak di trotoar, tepatnya bom itu disembunyikan dibalik sebuah benda berwarna biru berisikan sampah dan sebuah bom yang ada di dasarnya. Tapi itu cukup ‘ganjil’. Negara itu tak punya rival saat ini, mengebom para kaum workaholic taka da gunanya apalagi kaum proyek, mereka memang pondasi negara tapi kenapa tak menyerang langsung gedungnya? Sebuah pertanyaan bagi mereka yang ahli dalam bidang kriminal, tapi dimata awam hanya sebuah kejadian menyesakkan yang disebut ‘terorisme’. Kejadian itu begitu cepat, bom yang berskala kecil namun cukup mematikan, dan besoknya di Koran serta majalah, bahkan media lainnya sudah bermunculan berita ‘TERORIS! Mereka Mengincar Para Karyawan’ ‘Teror Melanda Kawasan Industri’ dan judul lainnya, tapi mereka, para media tak dilatih berpikir 4 langkah kedepan dan juga memikirkan segala kemungkinan, karena mereka hanya di program menginformasikan berita terbaru dan menggalinya
“Key berhasil” sebuah suara berbicara pada seseorang di seberang sana dengan Handphone, ia berbicara dengan suara pelan
“200 reward, success” sambut sebuah suara berat
CKLEK..
Pintu kamar terbuka, muncullah seorang pemuda yang berpakaian rapih dengan seragamnya, ia pemuda yang sama saat kejadian pengeboman di kawasan industri kemarin
Spoiler for Part 1:
Part 1: Sign Up! User!
Jakarta, Indonesia, Senin, 10 November, 2014
Pagi yang indah menyapa bumi pertiwi, sebuah bangsa penuh rasa semangat merdeka tapi mulai runtuh dengan pengaruh-pengaruh dari luar. Jakarta, sebuah ibukota yang kejam bagi mereka yang berusaha mengadu nasib, sama seperti permainan dadu yang sudah di setting oleh Bandar, tapi Jakarta lebih kejam. Bandar memberi kesempatan sang mangsa di atas angin dan menggerogotinya dengan perlahan, tapi Jakarta tak memiliki belas kasihan, ia lebih bahagia membuat para pengadu nasib yang tak beruntung langsung remuk, memang jujur. Tapi sadis. Namun tak begitu sadis bagi mereka yang memiliki kejeniusan, dan kecerdikan, tak dipungkiri Jakarta menyambut mereka yang memiliki kelicikan yang menguntungkan
Seorang pemuda keluar dari kamarnya, ia mengucek matanya yang masih agak merah menandakan ia masih mengantuk, keadaan rumah sepi, hanya terdengar sayup-sayup seorang pria bernyanyi di halaman depan, dan itu adalah sang tukang kebun. Iyas Pratama Soedjiyo, seorang anak pengusaha properti di Jakarta dan juga anak bakul resto yang memiliki banyak cabang, kedua ortunya sukses, menyebabkan Iyas mengabaikan apa yang namanya ‘kasih sayang’ dan teman. Yeah, ia tak punya teman dalam kenyataan, walaupun ada beberapa yang masih menganggapnya tapi ia hanya menganggap mereka anjing penjilat dan juga ia hanya punya teman di Facebook dan Twitter. Pagi itu Iyas tak berminat ke sekolah, ia memang dikenal sebagai anak yang suka bolos disekolah, paling tidak seminggu 3 kali namun di sekolah ia terbilang di atas rata-rata, jenius. Saat ulangan ia mengerjakan sendiri dan sering lolos dari perbaikan nilai, pagi yang indah itu dimanfaatkan Iyas dengan menonton acara pagi, dari kartun bawah laut kesukaannya dan juga berita-berita
“enggak sekolah, den?” tanya seorang wanita paruh baya, ia memakai daster dan membawa sebuah nampan dengan segelas susu coklat di atasnya
“enggak, bi” jawab Iyas melempar senyum renyah menyambut kedatangan pesanannya itu
Selama ini Iyas banyak belajar dari pembantunya, Bi Idah dan Pak Jojo, saat ia dirumah ia sering ngobrol dengan mereka berdua dan juga mereka memberikan saran-saran kepada Iyas hingga ia menghormati mereka, begitu juga kedua orang tuanya menghormati dua orang itu, Keluarga Soedjiyo tak pernah menganggap mereka sebagai pembantu, Iyas menyeruput susu hangatnya seraya memakan roti tawar dengan selai coklat juga, ia menatap layar TV, ia bingung pagi ini mau kemana, sementara untuk sekolah dan dirumah ia bosan. Iyas cukup lama berdiskusi dengan pikirannya sampai ia mulai berpikir suatu tempat diiringi senyumnya yang cukup manis bagi anak seusianya, ia segera menyelesaikan saeapan paginya dan bergegas ke kamar mandi di dekat dapur, rumah Keluarga Soedjiyo terdiri dari 2 lantai dengan 4 kamar, 1 kamar ortu Iyah di lantai 2, 1 lainnya kamar pangeran yaitu Iyas di lantai 2, 1 kamar lagi merupakan kamar Bi Idah dan Pak Jojo bertempat di lantai 1 dekat dengan dapur, mereka suami istri yang harmonis, dan 1 lagi kamar tamu yang terletak di depan. Selama ini di Kediaman Soedjiyo tak ada masalah, mereka harmonis setiap harinya
Sementara itu berbanding terbalik dengan Kediaman Soedjiyo yang tenang, orang-orang menatap monitor di depan mereka, suara bising dari sound yang dibesarkan dan bacotan mereka yang greget juga bersahutan memenuhi ruangan
“alah cuk! Mati lagi!” keluh seorang pemuda tanggung berambut agak gondrong
“cacad lu!” ejek seorang pria muda berumur 24-an dari bilik lainnya
Warnet itu terlihat ramai, yeah, warnet game, sebuah tempat dimana para kaum ‘berisik’ dan kreatif berkumpul. Mereka berisik, tapi mereka menghargai pertemanan dan kreatif, kebanyakan. Warnet itu ada 2 bagian, satu bagian luar seperti warnet biasa dan jika ditelusuri lebih dalam lagi maka akan ada sebuah ‘petualangan’ dimana para ‘player’ akan terhibur. Warnet itu cukup lengkap, dari PB, LS, DOTA, sampai PES 15. Pagi itu ada beberapa anak muda tanggung yang menyempatkan diri untuk bolos dari sekolah mereka. Tapi dibalik kebisingan tersebut, terlihat seorang pria muda yang sedang menatap serius monitor di depannya, ia terlihat membuka sebuah website game online. ‘SIGN UP!’ ia mengklik pendaftaran, website dengan tampilan menarik dan juga user friendly, tapi ada sebuah keunikan di web game itu, dimana saat daftar Username ditentukan oleh pihak game. Pemuda itu mendapatkan Username: Black Hammer
‘selamat datang, Black Hammer!
Kami ada untuk keunikan bermain Anda. Fantasy terliar Anda akan terpenuhi dan menyatakan semua misi dari kami atau bisa disebut KEY, selamat bermain!’
Itulah sebuah tulisan sambutan setelah pemuda itu atau Black Hammer telah memverifikasi akunnya
“banyak omong” gumam pemuda itu, lalu ada sebuah tampilan lagi di monitornya
‘Key 1: Cabut USB Mouse
Reward: 5000’
Pemuda itu tampak bingung, apa ia dipermainkan? Hatinya sedang dongkol, ia ternyata ditipu oleh iklan di salah satu web game favoritnya, ia harus memasukan nomor telponnya hanya untuk sebuah pendaftaran game bodoh? Memang di kolom pendaftaran tak boleh menggunakan e-mail, hanya boleh menggunakan nomor telepon
“eh, lu mau main gak? Tukeran mouse yuk? Punya gue kirinya rusak, operator lagi sibuk” ucap seorang anak sekolah dengan seragam putih biru yang muncul di belakang monitornya, memang warnet bagian game dibuat lesehan dan dipisah dengan sekat dari kayu setinggi 1 meter dan di balik monitor ada kaca
“hmm, boleh. Gue juga udah gak ngegame lagi, mau liat fb” jawab Black Hammer
USB Mouse pun di cabut oleh anak tanggung itu, dan memasangkan punyanya
‘Key Sukses’
Pemuda itu tampak terkejut seraya menyambut mouse yang diberikan anak tanggung itu, ia tak mengerti kenapa saat USB Mouse di cabut, ada tulisan seperti itu di monitor, kenapa game tahu? Apa game ini menghack PC di kompinya? Rasanya sulit karena ini sebuah game online tanpa mendownload sebuah aplikasi atau software tertentu sebelum main
DDDRREEDDDDDDDD
Pemuda tersebut agak terkejut, HPnya bergetar, ia mengambilnya, sebuah sms dari operator, Black Hammer membukanya, sebuah info pengisian pulsa sejumlah 5.000 rupiah. Aneh memang, ia tak membeli pulsa pagi ini atau kemarin, sementara ortu dan pacarnya tak akan mengirimkan pulsa, lalu siapa?
‘Reward sudah dikirim! Selamat!’
“wow” gumam Black Hammer menatap layar monitor. Jadi, ini yang dimaksud ‘nyata’ jika bermain game ini. Pemuda tersebut atau Black Hammer tersenyum, ia sekarang tak perlu untuk membeli pulsa, hanya menyelesaikan Key dari game ini dan pulsa tersisi. Black Hammer mengklik sebuah tulisan bertuliskan ‘Key Kedua’. Lalu muncul tampilan seperti sebuah surat, Black Hammer agak tegang, terlihat dari air mukanya. Ia mengeryitkan dahinya
‘mengapa tidak?’ pikir Black Hammer, ia segera memegang HPnya dan mendaftarkan kuota, ia menginstal aplikasi game itu ke dalam KitKatnya lalu segera beranjak pergi. Sementara itu di tempat lain, di sebuah taman yang hijau,beberapa orang sedang jogging pagi itu di taman dan sekitarnya, termasuk Iyas, jarak rumah ke taman sekitar 5 km, tapi ia sering jogging ke taman itu. Taman yang lumayan kecil tapi hijau, minimal Iyas jogging 2 kali seminggu, itupun dihari ketika semua beraktivitas, bukan sabtu atau minggu. Iyas berlari kecil mendekati sebuah bangku taman yang sisi kananya menempel dengan lampu taman. Iyas duduk lalu meminum air mineral yang sudah ia siapkan dalam sebuah wadah minum botol, ia menenggaknya perlahan lalu menaruhnya di sampingnya, Iyas menyenderkan kepalanya ke tiang lampu taman
“dasar orang Jakarta….” Gumam Iyas ketika melihat seorang pria dengan jaket hitam memakai headphone dan tatapannya fokus ke HPnya
“sendirian bos?” tanya sebuah suara dari arah kirinya
“uh, iya” jawab Iyas singkat seraya menoleh sumber suara, kepalanya tak ia pisahkan dari tiang lampu
“skip ya?” tanya Iyas lagi kepada sumber suara
“iya, bosen” jawab orang yang menyapa Iyas dengan sebuah pertanyaan. Seorang pemuda berseragam putih biru, rambutnya Nampak dipotong semi mowhak, pemuda tanggung itu duduk di sebelah Iyas, sebuah botol seakan menjadi tembok antara mereka berdua
Mereka berdua nampak ngobrol asik, sesekali Iyas dan pemuda itu tertawa renyah
“oh, jadi lu anak perumahan sana?” tanya pemuda tanggung itu lagi setelah ia mengetahui tempat tinggal Iyas
“iya, kalau deket sana mampir aja. Nomor 54” jawab Iyas seraya berdiri dan menenteng botol yang ia taruh disampingnya
“eh, nama lo siapa?” tanya Iyas
“gue Rudi” jawab pemuda tanggung itu serya memberi sebuah senyum kecil,
“oke, gua cabut” pamit Iyas
“eh, nama lu siapa?” tanya Rudi ketika Iyas mulai berlari kecil menjauh
“dateng aja kerumah gue. Lo juga bakal tau!” jawab Iyas dengan nada agak tinggi, kedua teman baru itu pun mulai membuat jarak, Rudi mengambil sebatang rokok di saku bajunya
“huh… temen baru” gumamnya seraya menghisap racun berasap di tangan kanannya itu
Hidup itu singkat, entah itu hidup enak, hidup penuh perjuangan, bahkan hidup yang menjijikkan, semuanya singkat hanya hati ‘user’ lah yang menentukan gameplay nya cepat atau lambat, tapi durasinya sama saja, itu semua tergantung tamatnya kehidupan, mereka yang masih ingin survival dan mengingat ‘misi’ yang mereka jalani dulu masih belum mau menghapus data save, mereka yang sudah merasa cukup hanya menunggu semuanya berakhir dan tamat. Dan mereka yang mengubah rules dan ‘mencheat’ game akan di banned permanen atau dikebiri ‘karakter’nya. Itulah hidup, jika kamu tidak hati-hati dan tidak memanfaatkannya dengan baik, sebaiknya siapkan dana untuk berpesta di neraka
Malam ini begitu dingin, hujan disertai angina kencang melanda Jakarta, diperkirakan Jakarta akan dilumat dan diapeli oleh banjir, baik itu kiriman atau buatan sungai di dalam kerajaan Jakarta sendiri. Iyas duduk di depan TV, ia duduk seraya menyender pada sofa di belakangnya. Iyas terbiasa jika malam ia akan duduk lesehan di depan TV untuk nonton TV atau main PS 2 nya, jangan tanyakan mengapa Iyas tak punya PS 3 atau 4, karena ia hanya belum mau. Ia masih ingin menghabiskan waktu dengan PS 2 yang sudah menemaninya bermain dirumah selama 2 tahun, ayahnya pernah membawakan sebuah box, berisi PS 3 saat lagi booming dan waktu pertama rilis, ayahnya membeli barang itu dari Amerika, tapi Iyas menolaknya dan malah memberikannya kepada sepupunya yang ada di Yogyakarta. Malam ini begitu dingin, membuat Iyas memakai jaketnya dan meminta Bi Idah membuat kopi, Iyas menikmati acara malam ini. Walaupun tanpa ortu di sampingnya, malam ini ortunya berada di Bandung mengurus sebuah urusan, lebih tepatnya kesepakatan kerja sama, Iyas membuka smartphone nya, membuka beberapa permainan onlinenya, Iyas memang gamers, ia menyukai game. Membuatnya tidak merasakan detik yang mulai bertambah berganti menjadi menit, bahkan jam. Ia betah berlama-lama di depan PC atau laptopnya
‘nikmati sebuah permainan real, pasti gak kecewa’. Sebuah iklan muncul di layar smartphonenya, Iyas berpikir sejenak, “iklan sialan” pikir Iyas hendak mengklik sebuah icon silang di pojok kiri iklan itu, namun ia salah sentuh, mungkin kebetulan. Iyas malah mendownload game itu
“aduh, bego” gumam Iyas, tapi saat ia hendak menghentikan proses download, ternyata game sudah terinstal, Iyas agak bingung. Padahal ia tadi melihat ukuran game itu 20 MB. Akhirnya Iyas bepindah ke menu, mencari game itu ‘Mission’, akhirnya game itu ketemu, dengan icon berlatar merah dan di bergambar ujung senapan sniper, Iyas ragu antara hapus atau menjajalnya
“mungkin game perang” gumam Iyas, ia lalu menjalankan game itu, seperti game lainnya, diawali dengan para sponsor. Dan ternyata itu online. Iyas pun mendaftar
“lho, kok udah ada username?” ucap Iyas bingung melihat form pendaftarannya sudah disediakan username oleh pihak game, Iyas kebagian username ‘The Owl’. Lalu mengisi nomor handphone, dan jenis kelamin serta data-data lainnya. Dan ia pun sukses mendaftar, tak lama ia mengklik new game, lalu loading
‘Selamat datang, The Owl’
‘Key 1: Ganti Ke Saluran 8
Reward: 5000’
“maksudnya apaan sih? Aneh banget” batin Iyas, ia agak tak mengerti tentang cara main game ini, ganti ke saluran 8? Iyas agak merasa aneh, tapi saat ia mengklik help, ia tahu cara mainnya. Namun Iyas ragu, kenapa ia harus menuruti perintahnya di dunia nyata? Apa game ini Cuma untuk mempermainkan orang agar terlihat jadi orang bodoh? Tapi rasa penasaran Iyas mulai membesar, iapun memindah ke Chanel 8
‘Key Sukses
Reward dikirim’
Kini tulisan berganti, Iyas bingung kenapa ‘dia’ bisa tahu? Pesan ini bersamaan dengan bergantinya chanel 3 ke 8
TTRRINNGGG
Sebuah pesan masuk. Iyas pun keluar dan melihat inboxnya, ternyata sebuah pulsa masuk, bernilai 5000 rupiah, aneh. Iyas ingat reward di game 5000, tapi Iyas tidak senang. Ia malah takut, merasa ia sedang diperhatikan, atau memang ia diperhatikan? Akhirnya dinginnya malam menemani Iyas dikamarnya yang ia tutup rapat-rapat, Iyas kembali memasuki game online tersebut, namun ia selalu saja ‘terpental’ ke layar awal
“rusak kali ya?” pikir Iyas saat mencoba beberapa kali masuk ke dalam game tapi selalu terpentalke layar awal, akhirnya ia pun memutuskan menyalakan PCnya, dan memainkan Call of Duty
Keesokan harinya, Rudi mengusap matanya yang baru terbangun dari tidur lelapnya, ia pun segera menuju ke kamar mandi di belakang rumah dengan menyandang handuk birunya, rumah Rudi berada di sebuah perkampungan padat, jadi ia pandai bergaul dan mempunyai teman yang lumayan. Selesai mandi dan bersiap ke sekolahnya, ia segera menuju ke dapur untuk mengambil sarapannya dan memakannya di depan TV di ruang tamu yang jadi satu dengan ruang keluarga. Pukul 6.45 Rudi segera menaruh piringnya di baskom dekat sumur sebelah kamar mandinya lalu iapun menuju sekolahnya dengan berjalan kaki. Jarak sekolah dengan rumahnya cukup dekat, di jalan ia bergabung dengan teman-teman satu sekolahnya, Rudi sekolah seperti biasa, mencatat seadanya dan pasti membuat suara saat pelajaran, atau saat ia bosan dengan pelajaran
“main ketaman yuk” ajak sohib Rudi, Zae
“hmmm, enggak ah, gue mau ketoko buku aja Za”
“yaelah, sejak kapan loe bisa baca buku?”
“sialan!” umpat Rudi seraya menjitak sohibnya tersebut, mereka sangat akrab karena mereka teman sedari balita
“hehe, atau loe pengen beli buku yang banyak gambarnya kayak anak TK?”
“uh, kalau mau ikut bilang, jangan gitu”
“yaelah siapa yang mau ikut, dasar culun, hahahaha, gue cabut”
“oke”
Rudi pun sendirian berjalan menuju rumahnya disore hari, biasanya ia bermain bola dilapangan kampong bersama teman-temannya jika banyak yang nganggur dirumah, tapi Rudi masih ada urusan di toko buku, ia akan membeli sebuah manga dan juga melihat-lihat novel-novel. Walaupun ia slenge’an tapi ia gemar membaca komik atau novel. Setelah sampai dirumah, Rudi ganti baju dan segera menuju ke halte dekat kampungnya, ia berniat ke sebuah mall terdekat di kampungnya, Rudi sore itu berpakaian biasa, hoodie putih dan celana blue jeans serta tas biru yang selalu ia bawa saat main. Setelah bus yang ia tunggu tiba, Rudi segera masuk ke metro mini yang berhenti di depan halte yan segera tancap gas, jarak antara mall dan kampung rudi hanya membutuhkan waktu 30 menit, itupun jika tak macet.
Ditempat lain, Iyas sedang berjalan menyusuri jalan setapak di taman belakangnya. Ia terus berpikir tentang game semalam, apa ini sungguhan? Atau hanya sebuah acara seperti di TV? Lagipula jika ini acara gak mungkin Iyas jadi TO (target operasi). Iyas duduk di ayunan dari besi yang tempat duduknya berhadap-hadapan seperti ayunan di sekolah TK, ia mengeluarkan andronya dan mengklik icon game, tetap gak bisa. Terus mental ke layar awal smartphone nya
“game sialan” gumam Iyas menaruh smartphone nya di sebelahnya, ia menyandarkan bahunya dan menatap ke langit, tangan kanannya memegang besi tumpuan bagi ayunan, ia mendorong tangan kanannya hingga ia mundur dan maju, ayunan bergerak.
“permisi, den, ada kiriman” ucap Bi Idah dari pintu kaca rumah yang menuju ke taman
“uh…. Kiriman?” Iyas mengerutkan dahinya, prasaan ia gak mesen barang atau gak ada temannya yang ngirim barang, atau ortunya? Ah gak mungkin. Ortu Iyas kan kerja sibuk
“buat siapa?”
“umh, buat owl owl gitu den, aneh” jawaban Bi Idah membuat air muka Iyas berubah, ia segera berlari melewati Bi Idah menuju ke depan
Jakarta, Indonesia, Senin, 10 November, 2014
Pagi yang indah menyapa bumi pertiwi, sebuah bangsa penuh rasa semangat merdeka tapi mulai runtuh dengan pengaruh-pengaruh dari luar. Jakarta, sebuah ibukota yang kejam bagi mereka yang berusaha mengadu nasib, sama seperti permainan dadu yang sudah di setting oleh Bandar, tapi Jakarta lebih kejam. Bandar memberi kesempatan sang mangsa di atas angin dan menggerogotinya dengan perlahan, tapi Jakarta tak memiliki belas kasihan, ia lebih bahagia membuat para pengadu nasib yang tak beruntung langsung remuk, memang jujur. Tapi sadis. Namun tak begitu sadis bagi mereka yang memiliki kejeniusan, dan kecerdikan, tak dipungkiri Jakarta menyambut mereka yang memiliki kelicikan yang menguntungkan
Seorang pemuda keluar dari kamarnya, ia mengucek matanya yang masih agak merah menandakan ia masih mengantuk, keadaan rumah sepi, hanya terdengar sayup-sayup seorang pria bernyanyi di halaman depan, dan itu adalah sang tukang kebun. Iyas Pratama Soedjiyo, seorang anak pengusaha properti di Jakarta dan juga anak bakul resto yang memiliki banyak cabang, kedua ortunya sukses, menyebabkan Iyas mengabaikan apa yang namanya ‘kasih sayang’ dan teman. Yeah, ia tak punya teman dalam kenyataan, walaupun ada beberapa yang masih menganggapnya tapi ia hanya menganggap mereka anjing penjilat dan juga ia hanya punya teman di Facebook dan Twitter. Pagi itu Iyas tak berminat ke sekolah, ia memang dikenal sebagai anak yang suka bolos disekolah, paling tidak seminggu 3 kali namun di sekolah ia terbilang di atas rata-rata, jenius. Saat ulangan ia mengerjakan sendiri dan sering lolos dari perbaikan nilai, pagi yang indah itu dimanfaatkan Iyas dengan menonton acara pagi, dari kartun bawah laut kesukaannya dan juga berita-berita
“enggak sekolah, den?” tanya seorang wanita paruh baya, ia memakai daster dan membawa sebuah nampan dengan segelas susu coklat di atasnya
“enggak, bi” jawab Iyas melempar senyum renyah menyambut kedatangan pesanannya itu
Selama ini Iyas banyak belajar dari pembantunya, Bi Idah dan Pak Jojo, saat ia dirumah ia sering ngobrol dengan mereka berdua dan juga mereka memberikan saran-saran kepada Iyas hingga ia menghormati mereka, begitu juga kedua orang tuanya menghormati dua orang itu, Keluarga Soedjiyo tak pernah menganggap mereka sebagai pembantu, Iyas menyeruput susu hangatnya seraya memakan roti tawar dengan selai coklat juga, ia menatap layar TV, ia bingung pagi ini mau kemana, sementara untuk sekolah dan dirumah ia bosan. Iyas cukup lama berdiskusi dengan pikirannya sampai ia mulai berpikir suatu tempat diiringi senyumnya yang cukup manis bagi anak seusianya, ia segera menyelesaikan saeapan paginya dan bergegas ke kamar mandi di dekat dapur, rumah Keluarga Soedjiyo terdiri dari 2 lantai dengan 4 kamar, 1 kamar ortu Iyah di lantai 2, 1 lainnya kamar pangeran yaitu Iyas di lantai 2, 1 kamar lagi merupakan kamar Bi Idah dan Pak Jojo bertempat di lantai 1 dekat dengan dapur, mereka suami istri yang harmonis, dan 1 lagi kamar tamu yang terletak di depan. Selama ini di Kediaman Soedjiyo tak ada masalah, mereka harmonis setiap harinya
Sementara itu berbanding terbalik dengan Kediaman Soedjiyo yang tenang, orang-orang menatap monitor di depan mereka, suara bising dari sound yang dibesarkan dan bacotan mereka yang greget juga bersahutan memenuhi ruangan
“alah cuk! Mati lagi!” keluh seorang pemuda tanggung berambut agak gondrong
“cacad lu!” ejek seorang pria muda berumur 24-an dari bilik lainnya
Warnet itu terlihat ramai, yeah, warnet game, sebuah tempat dimana para kaum ‘berisik’ dan kreatif berkumpul. Mereka berisik, tapi mereka menghargai pertemanan dan kreatif, kebanyakan. Warnet itu ada 2 bagian, satu bagian luar seperti warnet biasa dan jika ditelusuri lebih dalam lagi maka akan ada sebuah ‘petualangan’ dimana para ‘player’ akan terhibur. Warnet itu cukup lengkap, dari PB, LS, DOTA, sampai PES 15. Pagi itu ada beberapa anak muda tanggung yang menyempatkan diri untuk bolos dari sekolah mereka. Tapi dibalik kebisingan tersebut, terlihat seorang pria muda yang sedang menatap serius monitor di depannya, ia terlihat membuka sebuah website game online. ‘SIGN UP!’ ia mengklik pendaftaran, website dengan tampilan menarik dan juga user friendly, tapi ada sebuah keunikan di web game itu, dimana saat daftar Username ditentukan oleh pihak game. Pemuda itu mendapatkan Username: Black Hammer
‘selamat datang, Black Hammer!
Kami ada untuk keunikan bermain Anda. Fantasy terliar Anda akan terpenuhi dan menyatakan semua misi dari kami atau bisa disebut KEY, selamat bermain!’
Itulah sebuah tulisan sambutan setelah pemuda itu atau Black Hammer telah memverifikasi akunnya
“banyak omong” gumam pemuda itu, lalu ada sebuah tampilan lagi di monitornya
‘Key 1: Cabut USB Mouse
Reward: 5000’
Pemuda itu tampak bingung, apa ia dipermainkan? Hatinya sedang dongkol, ia ternyata ditipu oleh iklan di salah satu web game favoritnya, ia harus memasukan nomor telponnya hanya untuk sebuah pendaftaran game bodoh? Memang di kolom pendaftaran tak boleh menggunakan e-mail, hanya boleh menggunakan nomor telepon
“eh, lu mau main gak? Tukeran mouse yuk? Punya gue kirinya rusak, operator lagi sibuk” ucap seorang anak sekolah dengan seragam putih biru yang muncul di belakang monitornya, memang warnet bagian game dibuat lesehan dan dipisah dengan sekat dari kayu setinggi 1 meter dan di balik monitor ada kaca
“hmm, boleh. Gue juga udah gak ngegame lagi, mau liat fb” jawab Black Hammer
USB Mouse pun di cabut oleh anak tanggung itu, dan memasangkan punyanya
‘Key Sukses’
Pemuda itu tampak terkejut seraya menyambut mouse yang diberikan anak tanggung itu, ia tak mengerti kenapa saat USB Mouse di cabut, ada tulisan seperti itu di monitor, kenapa game tahu? Apa game ini menghack PC di kompinya? Rasanya sulit karena ini sebuah game online tanpa mendownload sebuah aplikasi atau software tertentu sebelum main
DDDRREEDDDDDDDD
Pemuda tersebut agak terkejut, HPnya bergetar, ia mengambilnya, sebuah sms dari operator, Black Hammer membukanya, sebuah info pengisian pulsa sejumlah 5.000 rupiah. Aneh memang, ia tak membeli pulsa pagi ini atau kemarin, sementara ortu dan pacarnya tak akan mengirimkan pulsa, lalu siapa?
‘Reward sudah dikirim! Selamat!’
“wow” gumam Black Hammer menatap layar monitor. Jadi, ini yang dimaksud ‘nyata’ jika bermain game ini. Pemuda tersebut atau Black Hammer tersenyum, ia sekarang tak perlu untuk membeli pulsa, hanya menyelesaikan Key dari game ini dan pulsa tersisi. Black Hammer mengklik sebuah tulisan bertuliskan ‘Key Kedua’. Lalu muncul tampilan seperti sebuah surat, Black Hammer agak tegang, terlihat dari air mukanya. Ia mengeryitkan dahinya
‘mengapa tidak?’ pikir Black Hammer, ia segera memegang HPnya dan mendaftarkan kuota, ia menginstal aplikasi game itu ke dalam KitKatnya lalu segera beranjak pergi. Sementara itu di tempat lain, di sebuah taman yang hijau,beberapa orang sedang jogging pagi itu di taman dan sekitarnya, termasuk Iyas, jarak rumah ke taman sekitar 5 km, tapi ia sering jogging ke taman itu. Taman yang lumayan kecil tapi hijau, minimal Iyas jogging 2 kali seminggu, itupun dihari ketika semua beraktivitas, bukan sabtu atau minggu. Iyas berlari kecil mendekati sebuah bangku taman yang sisi kananya menempel dengan lampu taman. Iyas duduk lalu meminum air mineral yang sudah ia siapkan dalam sebuah wadah minum botol, ia menenggaknya perlahan lalu menaruhnya di sampingnya, Iyas menyenderkan kepalanya ke tiang lampu taman
“dasar orang Jakarta….” Gumam Iyas ketika melihat seorang pria dengan jaket hitam memakai headphone dan tatapannya fokus ke HPnya
“sendirian bos?” tanya sebuah suara dari arah kirinya
“uh, iya” jawab Iyas singkat seraya menoleh sumber suara, kepalanya tak ia pisahkan dari tiang lampu
“skip ya?” tanya Iyas lagi kepada sumber suara
“iya, bosen” jawab orang yang menyapa Iyas dengan sebuah pertanyaan. Seorang pemuda berseragam putih biru, rambutnya Nampak dipotong semi mowhak, pemuda tanggung itu duduk di sebelah Iyas, sebuah botol seakan menjadi tembok antara mereka berdua
Mereka berdua nampak ngobrol asik, sesekali Iyas dan pemuda itu tertawa renyah
“oh, jadi lu anak perumahan sana?” tanya pemuda tanggung itu lagi setelah ia mengetahui tempat tinggal Iyas
“iya, kalau deket sana mampir aja. Nomor 54” jawab Iyas seraya berdiri dan menenteng botol yang ia taruh disampingnya
“eh, nama lo siapa?” tanya Iyas
“gue Rudi” jawab pemuda tanggung itu serya memberi sebuah senyum kecil,
“oke, gua cabut” pamit Iyas
“eh, nama lu siapa?” tanya Rudi ketika Iyas mulai berlari kecil menjauh
“dateng aja kerumah gue. Lo juga bakal tau!” jawab Iyas dengan nada agak tinggi, kedua teman baru itu pun mulai membuat jarak, Rudi mengambil sebatang rokok di saku bajunya
“huh… temen baru” gumamnya seraya menghisap racun berasap di tangan kanannya itu
Hidup itu singkat, entah itu hidup enak, hidup penuh perjuangan, bahkan hidup yang menjijikkan, semuanya singkat hanya hati ‘user’ lah yang menentukan gameplay nya cepat atau lambat, tapi durasinya sama saja, itu semua tergantung tamatnya kehidupan, mereka yang masih ingin survival dan mengingat ‘misi’ yang mereka jalani dulu masih belum mau menghapus data save, mereka yang sudah merasa cukup hanya menunggu semuanya berakhir dan tamat. Dan mereka yang mengubah rules dan ‘mencheat’ game akan di banned permanen atau dikebiri ‘karakter’nya. Itulah hidup, jika kamu tidak hati-hati dan tidak memanfaatkannya dengan baik, sebaiknya siapkan dana untuk berpesta di neraka
Malam ini begitu dingin, hujan disertai angina kencang melanda Jakarta, diperkirakan Jakarta akan dilumat dan diapeli oleh banjir, baik itu kiriman atau buatan sungai di dalam kerajaan Jakarta sendiri. Iyas duduk di depan TV, ia duduk seraya menyender pada sofa di belakangnya. Iyas terbiasa jika malam ia akan duduk lesehan di depan TV untuk nonton TV atau main PS 2 nya, jangan tanyakan mengapa Iyas tak punya PS 3 atau 4, karena ia hanya belum mau. Ia masih ingin menghabiskan waktu dengan PS 2 yang sudah menemaninya bermain dirumah selama 2 tahun, ayahnya pernah membawakan sebuah box, berisi PS 3 saat lagi booming dan waktu pertama rilis, ayahnya membeli barang itu dari Amerika, tapi Iyas menolaknya dan malah memberikannya kepada sepupunya yang ada di Yogyakarta. Malam ini begitu dingin, membuat Iyas memakai jaketnya dan meminta Bi Idah membuat kopi, Iyas menikmati acara malam ini. Walaupun tanpa ortu di sampingnya, malam ini ortunya berada di Bandung mengurus sebuah urusan, lebih tepatnya kesepakatan kerja sama, Iyas membuka smartphone nya, membuka beberapa permainan onlinenya, Iyas memang gamers, ia menyukai game. Membuatnya tidak merasakan detik yang mulai bertambah berganti menjadi menit, bahkan jam. Ia betah berlama-lama di depan PC atau laptopnya
‘nikmati sebuah permainan real, pasti gak kecewa’. Sebuah iklan muncul di layar smartphonenya, Iyas berpikir sejenak, “iklan sialan” pikir Iyas hendak mengklik sebuah icon silang di pojok kiri iklan itu, namun ia salah sentuh, mungkin kebetulan. Iyas malah mendownload game itu
“aduh, bego” gumam Iyas, tapi saat ia hendak menghentikan proses download, ternyata game sudah terinstal, Iyas agak bingung. Padahal ia tadi melihat ukuran game itu 20 MB. Akhirnya Iyas bepindah ke menu, mencari game itu ‘Mission’, akhirnya game itu ketemu, dengan icon berlatar merah dan di bergambar ujung senapan sniper, Iyas ragu antara hapus atau menjajalnya
“mungkin game perang” gumam Iyas, ia lalu menjalankan game itu, seperti game lainnya, diawali dengan para sponsor. Dan ternyata itu online. Iyas pun mendaftar
“lho, kok udah ada username?” ucap Iyas bingung melihat form pendaftarannya sudah disediakan username oleh pihak game, Iyas kebagian username ‘The Owl’. Lalu mengisi nomor handphone, dan jenis kelamin serta data-data lainnya. Dan ia pun sukses mendaftar, tak lama ia mengklik new game, lalu loading
‘Selamat datang, The Owl’
‘Key 1: Ganti Ke Saluran 8
Reward: 5000’
“maksudnya apaan sih? Aneh banget” batin Iyas, ia agak tak mengerti tentang cara main game ini, ganti ke saluran 8? Iyas agak merasa aneh, tapi saat ia mengklik help, ia tahu cara mainnya. Namun Iyas ragu, kenapa ia harus menuruti perintahnya di dunia nyata? Apa game ini Cuma untuk mempermainkan orang agar terlihat jadi orang bodoh? Tapi rasa penasaran Iyas mulai membesar, iapun memindah ke Chanel 8
‘Key Sukses
Reward dikirim’
Kini tulisan berganti, Iyas bingung kenapa ‘dia’ bisa tahu? Pesan ini bersamaan dengan bergantinya chanel 3 ke 8
TTRRINNGGG
Sebuah pesan masuk. Iyas pun keluar dan melihat inboxnya, ternyata sebuah pulsa masuk, bernilai 5000 rupiah, aneh. Iyas ingat reward di game 5000, tapi Iyas tidak senang. Ia malah takut, merasa ia sedang diperhatikan, atau memang ia diperhatikan? Akhirnya dinginnya malam menemani Iyas dikamarnya yang ia tutup rapat-rapat, Iyas kembali memasuki game online tersebut, namun ia selalu saja ‘terpental’ ke layar awal
“rusak kali ya?” pikir Iyas saat mencoba beberapa kali masuk ke dalam game tapi selalu terpentalke layar awal, akhirnya ia pun memutuskan menyalakan PCnya, dan memainkan Call of Duty
Keesokan harinya, Rudi mengusap matanya yang baru terbangun dari tidur lelapnya, ia pun segera menuju ke kamar mandi di belakang rumah dengan menyandang handuk birunya, rumah Rudi berada di sebuah perkampungan padat, jadi ia pandai bergaul dan mempunyai teman yang lumayan. Selesai mandi dan bersiap ke sekolahnya, ia segera menuju ke dapur untuk mengambil sarapannya dan memakannya di depan TV di ruang tamu yang jadi satu dengan ruang keluarga. Pukul 6.45 Rudi segera menaruh piringnya di baskom dekat sumur sebelah kamar mandinya lalu iapun menuju sekolahnya dengan berjalan kaki. Jarak sekolah dengan rumahnya cukup dekat, di jalan ia bergabung dengan teman-teman satu sekolahnya, Rudi sekolah seperti biasa, mencatat seadanya dan pasti membuat suara saat pelajaran, atau saat ia bosan dengan pelajaran
“main ketaman yuk” ajak sohib Rudi, Zae
“hmmm, enggak ah, gue mau ketoko buku aja Za”
“yaelah, sejak kapan loe bisa baca buku?”
“sialan!” umpat Rudi seraya menjitak sohibnya tersebut, mereka sangat akrab karena mereka teman sedari balita
“hehe, atau loe pengen beli buku yang banyak gambarnya kayak anak TK?”
“uh, kalau mau ikut bilang, jangan gitu”
“yaelah siapa yang mau ikut, dasar culun, hahahaha, gue cabut”
“oke”
Rudi pun sendirian berjalan menuju rumahnya disore hari, biasanya ia bermain bola dilapangan kampong bersama teman-temannya jika banyak yang nganggur dirumah, tapi Rudi masih ada urusan di toko buku, ia akan membeli sebuah manga dan juga melihat-lihat novel-novel. Walaupun ia slenge’an tapi ia gemar membaca komik atau novel. Setelah sampai dirumah, Rudi ganti baju dan segera menuju ke halte dekat kampungnya, ia berniat ke sebuah mall terdekat di kampungnya, Rudi sore itu berpakaian biasa, hoodie putih dan celana blue jeans serta tas biru yang selalu ia bawa saat main. Setelah bus yang ia tunggu tiba, Rudi segera masuk ke metro mini yang berhenti di depan halte yan segera tancap gas, jarak antara mall dan kampung rudi hanya membutuhkan waktu 30 menit, itupun jika tak macet.
Ditempat lain, Iyas sedang berjalan menyusuri jalan setapak di taman belakangnya. Ia terus berpikir tentang game semalam, apa ini sungguhan? Atau hanya sebuah acara seperti di TV? Lagipula jika ini acara gak mungkin Iyas jadi TO (target operasi). Iyas duduk di ayunan dari besi yang tempat duduknya berhadap-hadapan seperti ayunan di sekolah TK, ia mengeluarkan andronya dan mengklik icon game, tetap gak bisa. Terus mental ke layar awal smartphone nya
“game sialan” gumam Iyas menaruh smartphone nya di sebelahnya, ia menyandarkan bahunya dan menatap ke langit, tangan kanannya memegang besi tumpuan bagi ayunan, ia mendorong tangan kanannya hingga ia mundur dan maju, ayunan bergerak.
“permisi, den, ada kiriman” ucap Bi Idah dari pintu kaca rumah yang menuju ke taman
“uh…. Kiriman?” Iyas mengerutkan dahinya, prasaan ia gak mesen barang atau gak ada temannya yang ngirim barang, atau ortunya? Ah gak mungkin. Ortu Iyas kan kerja sibuk
“buat siapa?”
“umh, buat owl owl gitu den, aneh” jawaban Bi Idah membuat air muka Iyas berubah, ia segera berlari melewati Bi Idah menuju ke depan
mohon maaf kalau masih acak2an gan aganwati, skali lg mnta saran n kripiknya... gak nolak dan rate 5
Diubah oleh dragila 14-06-2015 14:53
anasabila memberi reputasi
1
1.5K
Kutip
9
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan