saikiaeAvatar border
TS
saikiae
Delegasi Mesir: Islam di Indonesia Lebih Islam dari Islam di Dunia Arab



Delegasi Mesir: Islam di Indonesia Lebih Islam dari Islam di Dunia Arab

Jakarta, NU Online
Menyongsong perhelatan Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur, berbagai kegiatan dilakukan di beberapa tempat di Jakarta. Salah satunya diskusi pra-muktamar yang dihelat di kantor The Wahid Institute (TWI), Jalan Taman Amir Hamzah, Matraman, Jakarta, Jumat (29/5).

Diskusi umum bertajuk “Konsolidasi Dunia Islam Menghadapi Radikalisme dan Terorisme” yang dimoderatori Yahya Cholil Staquf itu digelar saat menerima kunjungan delegasi Mesir. Sebelumnya, mereka mengunjungi kantor PBNU dan kantor redaksi harian Kompas. Mereka berharap besar kepada ormas Islam terbesar di Indonesia ini.

Delegasi Mesir tersebut antara lain Utusan Khusus Grand Syeikh Al Azhar Prof Dr Abdelmonem Fouad Othman, Redaktur Senior Harian Al-Ahram Mohamed Aboelfadl Ahmed, dan Duta Besar Mesir untuk Indonesia Bahaa Dessouki. Selain mereka bertiga, turut bergabung Guru Besar Studi Islam Universitas Wina, Austria, Prof Dr Rudiger Lohlker.

Dalam presentasinya di Aula TWI, Redaktur Senior Harian Al-Ahram Mohamed Aboelfadl Ahmed menyatakan, kelompok Islam di dunia manapun tidak semuanya mengabarkan Islam damai sebagaimana yang dilakukan NU dan Al-Azhar.

“Islam di Indonesia yang saya tahu mengedepankan kedamaian dan toleransi. Saya melihat Islam di negeri ini lebih Islam daripada Islam di dunia Arab itu sendiri," ujar Ahmed.

Ahmed berharap, Islam di Indonesia tetap istiqamah mempertahankan sikap positif tersebut. "Saya berharap Islam yang dikawal NU di sini terus mengedepankan toleransi. Semoga ada kerjasama antara Indonesia dengan Mesir, dalam hal ini, NU dan Al-Azhar, yang bisa dibangun untuk mengampanyekan Islam damai yang penuh toleran,” harapnya.

Ahmed menuturkan, Mesir sekarang ini menghadapi kelompok teroris yang menguasai perbatasan Rafah dan Gaza. “Ini sangat membahayakan bagi kami. Meski demikian, sekarang telah mampu dikondisikan berkat kerjasama berbagai pihak,” tandasnya.

Menurut Ahmed, penting sekali bagi Mesir untuk belajar Islam khas Indonesia yang penuh kedamaian dan kasih sayang. “Saya berharap pada waktu Muktamar NU nanti ada sesuatu yang konkrit, yakni bagaimana Islam yang sebenarnya dan penuh kedamaian ini bisa diketahui banyak orang. Semoga menghasilkan keputusan yang bisa memberi kontribusi bagi dunia Islam,” ujarnya.

Hadir dalam diskusi tersebut, Direktur TWI Zannuba Arifah Chafshoh alias Yenny Wahid, para peneliti TWI, Direktur Aliansi Indonesia Damai (AIDA) Hasibullah Satrawi, Dosen STAINU Jakarta Arif Zamhari, serta puluhan wartawan dan aktivis lintas organisasi. (Musthofa Asrori/Mahbib)

Ulama Yaman: Saya Sangat Bersyukur di Indonesia Ada NU

Spoiler for Abu Bakr Al Adni:


Malang, NU Online
Ulama asal Yaman DR (HC) Syekh Al-Habib Abu Bakar Al-Adni memuji model perjuangan Islam di Indonesia dan utamanya dalam mendidik kedewasaan masyarakat dalam pemahaman agama. Menurutnya, Islam di Indonesia secara umum sudah berada di jalur yang benar.

Ia juga memuji strategi dakwah organisasi semacam Nahdlatul Ulama dalam memperjuangkan Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia. Baginya, Islam sebagaimana yang berkembang di Indonesia inilah yang sebenarnya dibutuhkan di berbagai belahan dunia ini.

“Saya telah mendengar adanya organisasi Nahdlatul Ulama ini, karena gaungnya telah terdengar ke seantero dunia ini. Dan saya sangat bersyukur bahwa di Indonesia ini ada organisasi semacam NU ini yang senantiasa berkomitmen untuk berjihad mendakwahkan Islam yang moderat,” katanya.

Abu Bakar Al-Adni menyampaikan hal itu pada acara Kuliah Tamu yang diselenggarakan Pascasarjana Pendidikan Islam dan Hukum Islam Universitas Islam Malang (Unisma) pada Rabu (13/5).

Dalam pandangannya, posisi NU yang merdeka dari pengaruh pemerintah sangat strategis. Karena hal itu akan membuatnya lebih mampu dalam mengawal kinerja pemerintah dan mengayomi masyarakat.

Mandiri Pendidikan

Lebih jauh ia juga memuji realitas pendidikan Islam di Indonesia yang mana masyarakat diperkenankan untuk berperan dalam penyelenggaraan pendidikan. Ia mengaku kagum bahwa kenyataan di Indonesia NU telah menyelenggarakan dunia pendidikan yang dikelolanya sendiri. Hal ini, menurutnya, adalah nilai lebih Islam Indonesia dibandingkan dengan Timur tengah.

“Di Timur Tengah tidak ada pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh swasta seperti di Indonesia ini. Semuanya diselenggarakan pemerintah. Sehingga setiap tindakan dan pergerakannya diawasi dan dipengaruhi oleh pemerintah. Dalam hal ini adalah nilai lebih Indonesia daripada timur tengah.” Katanya di hadapan sekitar 50 peserta kuliah tamu ini.

Abu Bakar Al-Adni menilai, campur tangan bernuansa kepentingan politik pemerintah dalam urusan penddikan berbahaya karena menghilangkan kemerdekaan dalam hal keilmuan. “Seperti mereduksi makna jihad dan sebagainya. Munculnya gerakan-gerakan Islam ekstrem di Timur Tengah di satu sisi, dan Islam liberal di sisi lain adalah dampak dari hal ini,” urainya.

“Demikian juga berbagai pergolakan di berbagai negara di Timur Tengah termasuk negara kami Yaman juga adalah termasuk dampak dari campur tangan pemerintah dalam dunia pendidikan.” tambahnya. (Ahmad Nur Kholis/Mahbib)

Ulama Yaman: Kafirkan Sesama Muslim, Tindakan Bodoh

Bandung, NU Online
Guru Besar Universitas Darul Musthafa Yaman Prof. Dr. Fahmi bin Abidun menilai sikap gemar memvonis kafir terhadap sesama muslim sebagai tindakan yang bodoh. Hal ini juga menjadi ciri kelompok ekstrem yang tidak toleran terhadap pemahaman pihak di luar dirinya.

Pendapat ini ia sampaikan dalam Seminar Internasional bertajuk “Moderasi Islam: Upaya Menangkal Radikalisme Agama” yang digelar UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat, bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggualan Terorisme (BNPT), Rabu (1/10), di aula utama kampus setempat.

Menurutnya, kesalahpahaman ini juga menyasar kepada para pemimpin. Dengan alasan pemimpin tidak menjalankan syariat Islam, maka ia dianggap kafir. Konsekuensinya, elemen-elemen pemerintahan lainnya pun akhirnya juga dihukumi kafir.

Fahmi mengajak peserta forum seminar tersebut untuk belajar kepada ulama yang mempunyai pemahaman agama secara mendalam. Ia menilai Indonesia adalah negara yang aman. “Rasa aman apakah harus diganti dengan ancaman dan teror?” tuturnya seraya menegaskan bahwa mencintai tanah air adalah sebagian dari iman dan negara merupakan amanah.

Berdampak pada Kondisi Ekonomi

Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Universitas Ahqaf Yaman Prof Dr Abdullah Alaidrus menerangkan, Islam tidak mengajarkan sedikitpun tentang radikalisme.

“Seperti halnya Allah telah memberitahukan bahwa umat Nabi Muhammad adalah umat yang moderat, sehingga Islam datang sebagai rahmat bagi seluruh alam,” terang Abdullah.

Kenyataan yang ada, lanjutnya, dimana-mana banyak orang Islam yang telibat dalam pengeboman, peperangan, dan perampasan. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi, padahal, menurutnya, “Allah menuntut kita untuk memikul beban amanah sebelum kita beriman,” tambahnya di hadapan ratusan hadirin yang terdiri dari mahasiswa dan dosen.

Abdullah mengungkapkan, gerakan radikalisme sangat berpengaruh terhadap kelangsungan ekonomi suatu negara. Menurutnya, tujuh persen penduduk Yaman yang hidup dalam garis kemiskinan adalah akibat dari peperangan. (Muhammad ZidniNafi’/Mahbib)

Via Nu Online Link 1| Link 2 | Link 3
0
6.2K
52
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan