Kaskus

News

mayaarviniAvatar border
TS
mayaarvini
Menaklukkan Stress!
Hello Agan dan Sista,
emoticon-Shakehand2emoticon-Toast emoticon-Shakehand2
Perkenalkan ane Maya Arvini, buat yang belum kenal, ane professional (aka wanita karir) yang hobi nulis dan sharing pengalaman. Buat yang penasaran dan pingin kenal ane, silahkan akses profil ane dilink ini ya.

Ini adalah thread ketujuh ane. Minggu lalu kita sudah bahas 10 Tips Bekerja Sama secara efektif dalam Tim, buat yang belum sempet baca silahkan klik link ini ya.

Kali ini ane bakal bahas tentang Menaklukkan Stres!
emoticon-Takut
Sebenarnya topik yang sama ane tulis di buku ane, Career First, halaman 162. Silahkan di simak ya dibawah ini, kalau agan mau baca lebih komplit agan bisa cari buku ane di toko buku atau on line store.

Pada umumnya, orang sering menghubungkan pekerjaan dengan stres. Fenomena ini memang biasa dialami pekerja profesional mana pun, termasuk ane sendiri. Setelah lebih dari 15 tahun terjun di dunia profesional, ane bisa menengok ke belakang dan mengamati pengalaman ane. Dari situ, ane bisa mengatakan bahwa stress muncul dalam berbagai tingkatan.
Pada tahun-tahun awal bekerja, stress muncul di tingkat eksekusi kerja. Ane stres karena memikirkan bagaimana ane harus menguasai teknis tugas A atau tugas B, bagaimana ane harus menyelesaikan tugas C dengan ekspektasi sekian, dan sebagainya. Pada tahun-tahun berikutnya, stres muncul di tingkat strategi. Tingkat pekerjaan dan kesulitan yang ane hadapi pada masa itu bertambah tinggi, begitu juga cakupan tanggung jawab ane. Namun, ane mendapati bahwa karena ane sudah menguasai dengan baik level eksekusi, stres dari tingkat tersebut tidak muncul lagi. Artinya, seiring waktu, ane menghadapi stres yang tingkatnya lebih tinggi, sesuai dengan progres ane dalam pekerjaan. Dengan mengatasi tantangan sejak awal, ane bisa terus mempersiapkan diri menghadapi tingkat kesulitan yang lebih lanjut.

Kenapa stress bisa muncul?

Menaklukkan Stress!
Sumber : http://www.createmyindependence.com/...ss-at-Work.jpg

Ada beberapa penyebab stress bisa muncul, antara lain :

1. Faktor internal.

Ya, betul, stres yang satu ini datangnya dari kita sendiri. Bagaimana bisa? Baik kita sadari atau tidak, dalam hidup, ada jarak antara ekspektasi yang kita buat sendiri dan kondisi yang sedang kita hadapi. Ada tekanan dari dalam diri kita untuk meraih target tertentu, mencapai sasaran tertentu, sementara rintangan atau tantangan untuk menuju ke sana terlihat begitu besar dan mengecilkan hati. Inilah yang membuat kita stres. Contohnya agan punya keinginan untuk dipromosi jadi manager dalam 2 (dua) tahun kerja. Agan sendiri secara kemampuan agan pede-pede aja, tapi padahal orang di promosi di pekerjaan kan ga hanya tergantung kemampuan agan aja. Tergantung, orang seperti apa yang bos agan cari diposisi itu dalam hal personality, apakah bos agan percaya sudah waktunya agan di promosi, atau rekan-rekan kerja agan ada yang juga memiliki kemampuan dan keinginan dipromosi atau tidak, dan lain sebagainya. Nah, terlalu ambisi akan keinginan seperti barusan adalah contoh nyata kalau stres muncul akibat ekspektasi kita sendiri.

2. Faktor eksternal.

Ada saatnya juga tekanan datang karena ekspektasi kita tidak dipenuhi oleh orang lain. Salah satu contohnya, dalam kehidupan profesional, kita akan menemui momen-momen kecewa terhadap pihak-pihak lain yang tidak sesuai harapan saat bekerja sama. Misalnya nih agan sudah mengerjakan porsimu sebaik mungkin, tetapi rekan kerja agan mungkin males, lalai atau emang kemampuannya terbatas. Sampai batas tertentu, ada yang bisa agan lakukan, entah memberikan saran ataupun meringankan tugas rekan kerja agan. Tetapi, mau sampai kapan? kalau pada akhirnya tidak ada perkembangan signifikan, agan harus mempersiapkan diri untuk menerima hasil yang kurang memuaskan itu dengan lapang dada. Jika dibiarkan berlarut-larut, soalnya stres dapat memengaruhi kondisi fisik kita sehingga menyebabkan daya tahan tubuh menurun yang nanti lama-lama berpengaruh terhadap kesehatan kita.

Quote:


Stress itu ada manfaatnya ga sih ?
emoticon-Bingung
Sebenarnya, kondisi stres dapat dilihat sebagai hal positif yang memicu kita untuk menjadi lebih unggul dari sebelumnya. Namun, di sisi lain, kondisi stres juga bisa membuat kita menyerah dan berlarut-larut dalam situasi yang tidak mengenakkan. Kita terkadang berada dalam zona nyaman, merasa kita sudah bagus dan lupa bahwa kita senantiasa harus memperbaiki diri. Kalau ada sesuatu atau seseorang yang membuat kita tertekan dan mengalami stress, pada tahapan awal hal tersebut menjadikan kita ingin menaklukkan tekanan dan stress tersebut.

Batas Toleransi terhadap stress setiap orang berbeda

Maksudnya hal-hal yang bikin kita stress belum tentu orang lain merasakan hal yang sama, dan sebaliknya. Hal-hal yang membuat orang lain stress belum tentu membuat kita stress. Makanya kadang-kadang kita suka mikir, itu orang kenapa ya gitu aja kok stress? dan begitu juga orang lain, bisa juga teman dekat kita punya komentar kalau kita lagi curhat, kok gitu aja stress ? Ga usah bingung karena hal-hal yang pernah kita lewati ga pernah ada yang sama. Selain itu cara setiap orang bereaksi ketika menghadapi sesuatu juga berbeda-beda. Ada yang santai-santai saja, ada pula yang tampak begitu terbebani sehingga malah gelisah terus-menerus dan tidak sanggup berkonsentrasi. Hanya diri kita sendiri yang tahu mengenai seberapa jauh kita bisa menoleransi stress dan menganggapnya sebagai pemicu kinerja yang lebih baik.

Ingat ga sih jaman sekolah dulu? Jaman kuliah dulu, kita terus-menerus ditantang melalui ujian dan tugas-tugas. Semakin tinggi tingkat kuliah kita, semakin tinggi pula tingkat kesulitan yang kita hadapi. Apalagi jika kita juga aktif ikutan berbagai kegiatan organisasi, yang ada kita harus membagi waktu dengan sangat baik supaya ga stress.

Agan tahu ga sih dari semua pengalaman itu kita bisa memperkirakan ambang toleransi kita sendiri terhadap stress? Misalnya begini, pernah dalam waktu yang bersamaan kita harus mengumpulkan tiga tugas makalah yang harus dipersiapkan dengan berbagai tahapannya masing-masing. Jika ternyata ada tiga esai lain yang juga harus dikerjakan dalam jangka waktu tersebut? Pada titik mana agan mulai merasa kewalahan dan berasa ingin menyerah?
Nah, sekarang saat sudah menceburkan diri dalam dunia kerja, perhatikan kembali beban pekerjaan agan. Sejauh mana agan masih bisa menikmati semuanya dan pada titik mana agan mulai stress? Titik itulah ambang toleransimu.

Menaikkan Ambang Toleransi terhadap Stress

Yang seru, kalau kita sudah bisa mengetahui ambang batas daya tahan kita , kita bisa melatih diri untuk menaikkan batas itu. Daya tahan yang tinggi, atau yang disebut sebagian orang sebagai “otot otak”, dibutuhkan untuk menaklukkan tantangan menuju puncak yang tingkatannya semakin rumit. Lingkungan kerja dengan tekanan yang tinggi adalah medan latihan yang bagus untuk menaikkan batas toleransi tersebut. Lama-kelamaan, “otot otak” kita akan semakin kuat, dan kita akan makin biasa menghadapi apa yang dianggap orang lain sebagai kesulitan. Ibarat latihan di gym, awalnya sakit-sakit semua, tapi lama-lama jadi kebal juga.

Jadi apa yang harus kita lakukan untuk menaklukkan stress?

Menaklukkan Stress!
Sumber: http://neatoday.org/wp-content/uploa...7025475899.jpg

1. Menjadikan stress hal untuk memacu adrenalin kita untuk tampil lebih baik.

Ane mengambil pengalaman pribadi sebagai contoh. Biasanya, menjelang proposal submission—semacam pengumpulan makalah pada saat kamu kuliah—ane merasa tertekan. Stres dan gelisah. Tekanan yang ane hadapi pada saat itu disebabkan oleh ekspektasi agar proposal ane diterima. Ane tidak ingin melakukan kesalahan sehingga proposal ane gagal. Nah, dalam situasi demikian, ane membiarkan tekanan yang ada menjadi pendorong untuk cermat dan teliti dalam mengerjakan tiap unsur proposal. Dengan kata lain, ketakutan akan kegagalan membuat ane terdorong untuk mempersiapkan tugas dan pekerjaan semaksimal mungkin. Dampak tekanan yang ane alami jelas menjadi positif.

2. Antisipasi jauh-jauh hari, apa yang harus dilakukan.

Yang biasanyanya ane lakukan dengan membuat daftar to do (to-do list) yang terperinci dan waktu yang jelas, lengkap dengan nama-nama siapa yang menjadi person in charge untuk semua tugas yang harus dilakukan. Lalu, secara berkala ane melakukan crosscheck. Dalam konteks pembuatan proposal barusan, setiap bab yang ditulis dalam proposal harus disusun sesempurna mungkin. Hasilnya, pada hari H ketika proposal dikumpulkan, ane bisa merasa lebih tenang karena pekerjaan telah diselesaikan secara maksimal. Persiapan tersebut membuat ane mampu menghindari kepanikan dan melewati masa-masa stres. Tanpa sadar, itulah cara ane mengelola stress.

3. Ciptakan komunikasi yang baik dengan tim, atasan, dan pihak-pihak lain yang bersangkutan, serta wujudkan pemahaman bersama mengenai ekspektasi bersama.

Mengenai stres akibat faktor eksternal, sebenarnya tidak banyak yang bisa kita lakukan karena ini terkait dengan hal-hal di luar kendali kita. Jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin melakukan apa yang kita bisa, ini kuncinya: berhenti memaksakan ekspektasi kita. Sebagai contoh jika ketika mengerjakan proposal, salah satu rekan kerja kita ga mengerjakan bagian tugasnya dengan baik. Supaya kita engga stress, sebaiknya sebelum batas pengumpulan kita deketin rekan kerja kita ini dan menanyakan progress dia sambil menceritakan progress kita sendiri. Bisa juga kita melakukan pendekatan lebih terus terang, misalnya dengan menanyakan secara langsung apakah kira-kira rekan kerja kita ada yang kesulitan atau tidak. Sebaiknya tidak melakukan hal seperti ini didepan rekan-rekan kerja yang lain.
Selama kita tahu sejauh apa rekan kerja kita bisa diharapkan, kita bisa memperkirakan sendiri apa yang harus kita lakukan agar kekecewaan dan kekesalan tidak terpendam dan berlarut-larut menjadi stres.

Quote:


4. Punya pertemanan lain selain rekan kerja dan punya hobby lain selain bekerja

Ada orang yang sangat enjoy dengan pekerjaannya sehingga kerja 24 jam sehari 7 hari seminggu mungkin ga keberatan. Tapi ga semua orang seperti itu. Ane sering lihat rekan kerja ane di kantor yang dulu saking sibuk kerja mereka ga sempet bersosialisasi dan melakukan hal lain selain kerja. Sosialiasi, bukan cuma dengan orang kantor, tapi dengan teman-teman diluar kantor itu penting, jadi kita open-minded, tahu apa yang terjadi diluar kantor kita dan ga ngomongin kerjaan kita melulu. Orang suka ga sadar, saking keseringan nongkrong dengan rekan kerja akhirnya malah jadi nggosipin orang.
Ane dulu perhatiin rekan kerja ane di tempat ane dulu kerja, sampai weekend aja tetep nongkrongnya sama rekan kerja. Memang ga salah-salah banget, tapi perluas pertemanan dengan orang di luar kantor juga sehat lho.
Selain itu kita juga harus punya hobby lain yang ga ada hubungannya dengan pekerjaan kita. Kenapa? karena ga semua hal di kantor akan berjalan dengan mulus, sehingga ketika kita membutuhkan aktivitas lain untuk penyegaran kita bisa fokus ke hobi kita. Pengalaman ane buat rekan-rekan kerja ane di kantor ane dulu, kalau mereka ga punya hobi yang ada pas kerjaan lagi banyak tekanan, yang ada mereka jadi sangat stress, nggosipin orang dan ga ada tempat penyaluran lain, sehingga akhirnya tambah stress sendiri. Kasian banget lho!

5. Relax Time Saat stress melanda

Untuk soal yang satu ini, tergantung pada ekspresi dan kesukaan pribadi masing-masing diri kita. Bayangkan saat kita mengalami stres gara-gara situasi yang diciptakan orang lain dan tidak ada yang bisa kita lakukan lagi. Jangan diem aja di kamar atau menyendiri atau bahkan nangis di kantor. Ga keren banget!

Inilah waktunya untuk mencari penyegaran. Cari suatu penyaluran untuk mundur sejenak dari permasalahan dan lampiaskan energi pada sesuatu yang lain. Bagi ane, olahraga dan melakukan hobi sudah cukup membantu. Ane mengikuti kelas aerobik high impact dua kali seminggu. Latihan-latihannya sangat membantu ane dalam menyalurkan energi dengan baik, sekaligus menjaga daya tahan tubuh dan kesehatan. Tiap sesinya selalu bermanfaat untuk membuat pikiran ane teralihkan sejenak dan kembali ke kantor dengan bersemangat lagi. Sebagai alternatif ane kadang-kadang juga enjoy relax time seperti jalan-jalan ke mall atau pergi nyalon.

Tapi kalau ane merasa lebih stress lagi, ane membutuhkan penyaluran lain. Kalau ane mulai merasa stres yang sudah mengganggu produktivitas, ane memutuskan untuk cuti sejenak dan pergi berlibur. Ane termasuk orang yang cukup rutin berlibur, ga harus nunggu stress dulu baru berlibur, ane menganggap liburan sebagai hal yang penting untuk menjaga semangat kerja ane.

Menaklukkan Stress!
Sumber : dokumen pribadi Maya Arvini.
Lokasi : Venice, Italy.


6. EGP alias emang gue pikirin.

Segala hal yang terjadi di kantor bukan tidak mungkin akan berpengaruh terhadap sisi lain hidup kita. Urusan pekerjaan dan segala hal yang berkaitan dengan rekan kerja tidak jarang membuat kita terus memikirkan dan malah membuat kita tidak menikmati kehidupan kita yang lain. Saran ane untuk yang satu ini, pakai prinsip EGP saja alias “emang gue pikirin”. Jangan ambil pusing setiap hal kecil yang mengusik kerja kita di kantor. So what gitu lho ? Tetap fokus meraih tujuan kita dan stay cool aja menghadapi setiap masalah yang ada.

OK agan dan sista, sekian thread dari ane. Semoga bisa bermanfaat ya.


Twitter : @mayaarvini
Facebook : Maya Arvini & Career First
www.mayaarvini.com


emoticon-Toastemoticon-Toast emoticon-Toast
Diubah oleh mayaarvini 23-07-2015 23:08
0
8.2K
29
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan