Thread ini mengajak kita sedikit melihat bagaimana orang diluar negeri memandang masyarakat Indonesia khususnya sistem pendidikan kita yang dalam beberapa kasus membuat Indonesia semakin sulit menjadi negara maju dan berkembang.
Isi thread ini merupakan curhat dari seorang teman di Australia, dia mengungkapkan beberapa pengalaman hidupnya setelah cukup lama tinggal di Indonesia dan pindah ke Australia, seluruh keluarganya menempuh pendidikan disana dan bekerja di perusahaan asing yang cukup terkenal.
Beliau mengalami banyak perubahan hidup khususnya di bidang pendidikan (dia sekolah sampai SMA di Indonesia lalu pindah bersama keluarganya ke Australia untuk menempuh kuliah dan menetap disana).
Ada beberapa pemikiran yang ane rasa sangat bagus dan begitu open-minded sehingga kita bisa banyak belajar dari poin-poin yang dia sampaikan, bagaimana perbedaan-perbedaan budaya, pendidikan dan cara berpikir/sudut pandang setelah beliau pindah kesana.
Lewat thread ini ane ingin menyampaikan beberapa pendapatnya tentang perbedaan mindset, budaya dan sistem pendidikan mayoritas di Indonesia yang membuat kita sulit untuk menjadi negara berkembang/maju baik sebagai individu dan bangsa Indonesia:
Quote:
1. Pendidikan Indonesia berfokus pada sistem dan hasil, bukan pada proses dan perkembangan manusia/murid
Sebagai orang Indonesia, kita sudah biasa melewati sistem pendidikan mulai dari SD-SMP-SMA-Kuliah dan bekerja (pada umumnya), dari situ pula kita terbiasa hanya fokus untuk melewati sistem tersebut dalam artian kita hanya berfokus pada kelulusan, gelar dan gaji, namun dari sisi pengembangan diri sebagai murid/mahasiswa tidak terlalu banyak perubahan, hal inilah yang membuat kita sebagai lulusan sekolah terkadang tidak mempunyai nilai lebih dengan mereka yang belajar untuk mengembangkan ilmunya. Mayoritas orang Indonesia masih berfokus pada hasil, yang intinya harus dijanjikan sesuatu pada ujungnya baru mau bergerak, sehingga proses didalam mencapai hasil itu terkadang tidak begitu penting, padahal proses dan hasil adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Quote:
2. Tujuan dari pendidikan adalah mencari uang, bukan untuk berkontribusi dan berguna bagi lingkungan sekitar
Menurutnya ada dua tipe orang yang menempuh pendidikan di Indonesia secara umum, 1. Untuk meraih gelar yang tinggi, sehingga bisa diterima di perusahaan besar/asing dan mendapat gaji yang lebih besar, 2. Untuk menyalurkan kemampuan, minat dan bakatnya sehingga bisa berguna untuk lingkungan di sekitarnya dan memberi kontribusi pada masyarakat dengan ilmu yang telah ia peroleh dalam pendidikannya.
Kedua tipe tersebut memang alasan yang sangat baik untuk seseorang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan mayoritas orang Indonesia yang menempuh pendidikan lebih tinggi adalah tipe pertama.
Tujuan utama orang Indonesia sekolah dan bekerja adalah uang, bukan sesuatu yang dia percaya akan baik dan berguna bagi lingkungan di sekitarnya. Itulah mengapa banyak sekali berita-berita aneh, iklan menyimpang, program televisi yang cenderung “make people dumb”, isu politik, dan segelintir kaum sosial yang orientasinya mencari “uang”, asalkan mereka mendapat banyak uang walaupun tidak bermanfaat bagi lingkungan atau bahkan cenderung memperburuk sekitarnya, mereka akan tetap melakukannya.
Quote:
3. Budaya gagal masih sangat tabu di Indonesia dan juga dihindari
Seseorang yang melawan arus walaupun membawa dampak positif akan diasingkan dan look “stupid” karena budaya kita yang masih sangat asing dalam melawan arus dan juga kegagalan. Lebih baik menjadi pengikut yang damai dan berkumpul bersama teman-teman sesama pengikut arus, daripada sendirian melawan arus dan terlihat bodoh karena tidak ada yang menemani. Di Indonesia kegagalan masih sangat dihindari dan orang cenderung lebih memilih bermain aman dengan hidupnya daripada mengambil resiko dan gagal. Berbeda sekali dengan orang luar yang menganggap kegagalan sebagai pengalaman berharga dan learning yang lebih dari sekedar uang.
Quote:
4. Orang Indonesia semakin tua , semakin sulit untuk berubah, dan cenderung berhenti belajar
Di Indonesia budaya continuous learning sangat sulit dilakukan, di dunia kerja orang-orang cenderung berhenti belajar dan semangar belajar berbanding terbalik dengan jabatannya, artinya semakin tinggi jabatan seseorang dalam perusahaan maka semakin sedikit kemungkinan dia belajar hal-hal baru. Selain itu dengan bertambahnya usia seseorang maka terdapat pemikiran/opini kuno yang semakin sulit di ubah, artinya orang tersebut semakin sulit beradaptasi dengan perubahan yang ada dan cenderung tidak terbuka/open-minded. Pada akhirnya seiring berjalannya waktu orang-orang hanya bertambah tua, dan tidak ada perubahan yang berarti dalam dirinya.
Quote:
5. Orang Indonesia hanya mengikuti arus/jalur/sistem yang ada, ketimbang menciptakan jalurnya sendiri
Pola pendidikan kita yang sebagian besar menghasilkan “penurut” ketimbang pemikir kreatif, karena sistem pendidikan yang berfokus pada nilai, IPK, dan satu arah (hanya mengikuti dosen/guru) sehingga menghasilkan murid yang kurang kreatif dan sulit berkolaborasi satu sama lain, selain itu orang Indonesia menganggap dalam mencapai sesuatu sudah ada jalurnya sehingga sulit menghasilkan pemikiran “out of the box” karena segala sesuatunya diyakini sudah ada sistem/jalurnya dan ketika mereka keluar dari jalur tersebut maka terjadi kepanikan/ketakutan yang tidak berhubungan sama sekali dengan tujuannya.
Quote:
6. Mental penjajahan masih sangat kental di Indonesia, sehingga kekuasaan, uang, posisi dan kekuatan politik masih sangat mendominasi kehidupan sehari-hari
Dimulai dari kita kecil, kita harus selalu mematuhi kata-kata orang tua, sehingga benar atau tidak ucapan orang tua adalah hal mutlak yang harus dipatuhi. Lalu saat kita sekolah, sistem pendidikan satu arah yang cenderung dominan pada guru/dosen, membuat kita hanya disuapi dan tidak berani beropini tentang hal-hal baru. Senioritas saat sekolah/kuliah yang bersifat penjajahan (masih ingat aturan SMA/kuliah “Senior tidak pernah salah”?), dan dunia kerja yang menekankan posisi/jabatan seseorang dalam otoritas perkantoran. Di Indonesia sangatlah sulit untuk seorang anak baru yang memiliki pemikiran fresh dan kreatif melakukan perubahan dilingkungan yang masih bermental “penjajahan Belanda-Jepang” sehingga ia akan terjebak dalam pemikiran yang sama karena lingkungan yang tidak memadai.
Quote:
7. Orang Indonesia menginginkan kepastian di dunia yang penuh dengan ketidakpastian
Lagi-lagi sistem pendidikan yang masih berorientasi pada hasil akhir dan sesuatu yang pasti sehingga kurangnya pengambilan resiko dan pengertian akan adanya “keamanan” dalam kegagalan. Masyarakat biasanya akan mencari kepastian dengan menunggu orang lain berhasil di suatu tempat baru melakukan hal yang sama, ketimbang menjadi pioneer atau orang pertama yang melakukannya. Hal-hal yang belum pernah dilakukan oleh orang lain masih dianggap “mustahil” dan tidak mungkin dilakukan sampai ada orang lain yang berhasil membuktikannya.
Quote:
8. Masyarakat lebih menghargai jabatan/posisi dan gaji daripada skill dan intelektual

Orang Indonesia lebih menghargai posisi karena posisi sangat berhubungan dengan gaji dan kekuasaan, sehingga banyak orang berpikiran dengan masuk sekolah/universitas yang bagus, maka akan dapat diterima perusahaan asing dengan gaji dan jabatan yang tinggi. Hal itu memang sangat umum dan benar adanya, namun skill dan intelektual terkadang tidak menjadi tujuan utama mereka mengambil sekolah/universitas yang baik tersebut, tujuan utama adalah mendapat “gelar” dan status lulusan universitas ternama, mendapat pekerjaan di perusahaan yang baik dengan gaji/posisi yang tinggi, namun kendala utama terdapat pada skill/intelektual yang kurang sehingga pada akhirnya sulit untuk berkembang dan bahkan sulit diterima oleh perusahaan-perusahaan yang besar tersebut. Orang-orang beranggapan menjadi “boss/manager yang bodoh” lebih baik daripada menjadi “karyawan yang excellence” . Betapapun pintar dan bergunanya seorang bawahan akan selalu dianggap lebih rendah dari seorang atasan yang mempunyai kekuasaan dan gaji yang lebih tinggi walaupun secara ilmu dan skill yang dimiliki atasan tersebut lebih buruk dari bawahannya.
Quote:
9. Kentalnya budaya keluarga/adat dan kurangnya pemikiran terbuka (open-minded) dalam lingkungan keluarga dan pendidikan
Saya termasuk salah satu orang yang percaya faktor lingkungan lebih kuat daripada genetik. Yang jadi masalah utamanya adalah di Indonesia baik dari pihak keluarga dan lingkungan sosial/sekolah, keduanya masih sangat kental akan budaya keluarga/adat yang menganggap tidak ada pemikiran lain diluar adat mereka tersebut. Semua pemikiran adat/budaya hanya diterima secara “mentah” tanpa adanya proses pemikiran/analisa lebih lanjut, sehingga budaya luar dan pemikiran/sudut pandang lain masih sulit diterima dan pemikiran open-minded adalah hal yang sangat mahal di Indonesia.
Quote:
10. Kesuksesan diukur dengan materi, uang dan popularitas
Sama seperti poin-poin sebelumnya, di Indonesia kesuksesan identik dengan banyak uang, ketimbang seberapa besar value/manfaat dirinya bagi sesamanya.
Sehingga masyarakat lebih mengejar gaji/pendapatan daripada fokus pada value yang bisa ia berikan, satu pengertian mendasar tentang uang adalah uang merupakan alat tukar “nilai” yang artinya semakin banyak uang yang anda terima maka semakin besar “value” atau manfaat yang anda berikan untuk orang lain. Bukan berarti uang tidak penting atau kita tidak perlu mengejar uang, namun orang-orang biasanya fokus pada uang/hasil yang ia dapat daripada memikirkan value yang diberikan, sehingga mereka merasa uang akan selalu kurang dan mereka akan mencari gaji/pendapatan yang lebih besar ditempat lain daripada mengembangkan skill/kemampuan untuk memberi value lebih.
Mengutip dari quote Albert Einstein: “Strive not to be a success, but rather to be of value”, yang intinya kita jangan mengejar/fokus pada kesuksesan (dalam arti uang/ketenaran) tapi manfaat yang bisa anda berikan, karena value tersebut yang nantinya akan mendatangkan uang/kesuksesan untuk anda. Fokus pada nilai yang bisa anda berikan maka kesuksesan akan datang dari tempat yang tidak terduga, dan jika tidak sukses, bagi saya value yang anda berikan tersebut sudah merupakan kesuksesan, jadi tidak perlu ada yang disesali sekalipun anda gagal/tidak berhasil.
Itulah beberapa pemikiran orang luar tentang budaya dan sistem pendidikan di Indonesia, thread ini hanyalah opini supaya kita lebih membuka wawasan dan pemikiran kita tentang apa yang orang luar pikirkan tentang masyarakat kita.
Tidak semua masyarakat Indonesia seperti yang ada ditulisan ini, tidak semua yang disampaikan poin-poin diatas 100% benar dan tidak sepenuhnya salah juga, tapi mari kita ambil sisi positifnya saja dan semoga artikel/curahan hati/pemikiran ini berguna untuk anda.
note: thread ini bersumber dari pemikiran murni teman ane yang kuliah dan kerja di Australia sana dan bisa dibilang sudah cukup sukses (sudah punya karir tetap di perusahaan besar, membeli rumah dan mobil disana dengan jerih payahnya sendiri), dan beliau sedikit sharing kepada ane beberapa pemikiran orang2 luar termasuk dirinya dan keluarganya yang menetap disana tentang sistem pendidikan di Indonesia dan menurut ane bagus untuk di share dan jadi pelajaran untuk kita semua
Sekian dari ane, semoga bermanfaat buat agan-agan sekalian..
Kunjungi juga thread ane yg lain:
Quote:
Visit my website:
Quote: