- Beranda
- Komunitas
- News
- Militer dan Kepolisian
Haruskah Intelijen ASEAN bekerja sama dengan Tiongkok Mengenai LCS?


TS
Lemboe2
Haruskah Intelijen ASEAN bekerja sama dengan Tiongkok Mengenai LCS?
Disini ane cuma mau menuangkan aspirasi doang gan, mumpung lagi nganggur kuliah nih
Sumber dari blog ane sendiri gan, maap kalau masih kosong gk ada apa2nya
Blog Ane

Spoiler for panjang gan :
- ASEAN merupakan sebuah organisasi yang beranggotakan 10 negara asia tenggara yang dibentuk sebagai usaha untuk menjalin kerja sama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya di kawasan. Sudah jelas bahwa lewat ASEAN, 10 negara ini berusaha untuk membentuk jalinan kuat antar negara sebagai upaya untuk memajukan kawasan Asia Tenggara di mata dunia khususnya di Asia sendiri. Dalam organisasi ini, para negara anggota berpartisipasi aktif dalam penyelesaian isu-isu yang berkembang di Asia Tenggara terutama bidang ekonomi dan pertahanan. Walaupun organisasi ini turut serta dalam memajukan perdamaian kawasan, tidak dapat dipungkiri bahwa kepentingan ekonom dan keamanan setiap negara anggota merupakan hal utama dalam kerjasama ini. Merupakan suatu sifat alami bagi manusia untuk mempertahankan wilayahnya dan juga alami bagi bagi sebuah negara untuk mepertahankan kedaulatannya serta dominasi terhadap negara lain. Hal itu dapat dimaklumi bahwa setiap negara ingin mempunyai kehormatan yang lebih di mata dunia.
- Negara Tiongkok agaknya menyadari bahwa imperium kejayaan dinasti-dinasti pada zaman dahulu harus diwujudkan kembali, dengan cara dominasi persenjataan dan wilayah. Tiongkok agaknya sekarang ini muncul sebagai salah satu calon negara adikuasa pesaing AS dalam bidang ekonomi maupun yang paling utama adalah bidang militer. Menurut jakartagreater.com, anggaran militer Tiongkok mencapai $ 131,5 milyar USD, meningkat 12,2 persen. Melihat perkembangan anggaran militer Tiongkok ini, dapat ditengarahi bahwa Tiongkok sangat serius dalam melaksanakan total dominance terhadap wilayah di sekitarnya. Selain melihat dari perkembangan anggarannya, hal ini juga dapat disadari melihat aksi pengklaiman wilayah dalam hal ini kepulauan yang ada di sekitar wilayah laut Tiongkok. Tiongkok ingin merebut kembali wilayahnya yang mereka “klaim” sebagai wilayahnya pada saat sebelum penjajahan Jepang, dapat dilihat dari sengketa antara Tiongkok dan Jepang mengenai Kepulauan Diayou. Selain sengketa kepulauan ini, Tiongkok juga telah memulai babak baru dalam persengkataan wilayah di kawasan, dengan cara mengangkat isu Laut China Selatan (LCS) sebagai salah satu wilayahnya.
- Konflik Laut China Selatan tidak dapat dipungkiri merupakan sengketa wilayah paling rawan di wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur. Klaim wilayah yang dilakukan Tiongkok di LCS menyulut berbagai reaksi terutama negara-negara yang ekonominya bergantung pada LCS sebagai sumber utama. Vietnam, Filiphina, Jepang, Brunei, dan Malaysia merupakan beberapa negara yang paling gencar melakukan protes pada Tiongkok terhadap klaim ini. Agaknya negara-negara ini mulai takut dengan dominasi Tiongkok yang semakin meluas tidak hanya ekonomi tetapi juga militer. Kekhawatiran ini juga mulai dirasakan AS sebagai negara dengan pengaruh terkuat di dunia. AS yang akhir-akhir ini mengalami masalah ekonomi, mulai tersaingi dengan perkembangan ekonomi Tiongkok yang sangat pesat. AS yang mempunyai banyak kepentingan di kawasan, mau tidak mau harus menyiasati gerakan Tiongkok yang mulai agresif dalam pembentukan dominasi di Asia. Dengan kekayaan alamnya yang sangat besar, LCS merupakan wilayah yang sangat berharga. Kandungan minyak dan blok gas yang melimpah membuat wilayah ini menjadi kebutuhan. Bisa dikatakan bahwa siapapun negara yang dapat menguasai secara penuh LCS, dapat dilihat kedepan akan mampu membangun suatu negara adikuasa yang dapat melampaui negara manapun di dunia. AS terlihat takut dengan usaha Tiongkok menjadi negara adikuasa baru pesaing AS, itulah mengapa AS mempunyai kepentingan yang besar di LCS. Dengan mencegah dominasi Tiongkok di LCS, AS bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi Tiongkok, sehingga dengan kata lain, AS juga menunda transformasi Tiongkok sebagai negara adikuasa baru Asia.
- Melihat banyaknya kepentingan AS di LCS, ASEAN sebagai salah satu organisasi multilateral di kawasan agaknya harus mulai mengantisipasi kemungkinan terburuk terjadinya konflik terbuka di LCS. Beberapa negara ASEAN juga secara terang-terangan melakukan sikap protes terhadap klaim Tiongkok di LCS. Vietnam dan Filliphina sebagai negara terdekat dan berbatasn langsung dengan LCS, sangatlah geram terhadap aksi-aksi Tiongkok yang tergolong provokasi terhadap kedaulatan negara-negara tersebut. ASEAN sekarang ini dihadapkan oleh 3 persolan utama di LCS, yaitu (1) bagaimana menyelesaikan konflik LCS dengan Tiongkok tanpa menyulut konflik terbuka di antara pihak-pihak yang bersengketa; (2) bagaimana menyiasati perkembangan Tiongkok sebagai salah satu calon negara adikuasa di kawasan sehingga tidak menimbulkan total dominance di kawasan; (3) bagaimna menghindari adanya perebutan pengaruh oleh Tiongkok dan AS di kawasan. Hal ini membutuhkan koordinasi penuh bagi negara-negara ASEAN dalam membentuk suatu langkah nyata sebagai bentuk penyelesaian dari konflik LCS. Dibutuhkan suatu jaring kerjasama baik di bidang ekonomi, politik, maupun militer dalam hal ini juga bidang intelijen dalam pendeteksian dini ancaman keamanan dan perdamaian di LCS terutama yang berdampak langsung terhadap ASEAN. Intelijen ASEAN harus bekerjasama dalam penyediaan informasi khususnya informasi tentang rencana-rencana aksi Tiongkok dalam menyikapi masalah konflik ini. Informasi ini berguna sebagai bahan pertimbangan bagi negara-negara ASEAN dalam menyikapi berbagai persoalan di LCS. Tidak dapat dipungkiri bahwa ASEAN sekarang merupakan jembatan dan penghubung antara dua negara terkuat dunia dalam usaha mereka untuk mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara.
- Selain bekerja sama secara internal antara negara anggota, ASEAN juga harus melakukan kerjasama dengan Tiongkok maupun AS. dalam bidang intelijen, Tiongkok juga membutuhkan informasi dari negara-negara ASEAN dalam mengambil keputusan terkaita masalah LCS. Tiongkok agaknya juga tidak mau jika dihadapakan dengan konflik terbuka antara negara-negara ASEAN, dikarenakan banyaknya kerjasama ekonomi, politik, sosbud, maupun militer yang terjalin diantara kedua pihak. Jika dilihta lebih cermat, Tiongkok yang masih dalam perkembangan menjadi negara adikuasa baru, juga membutuhkan waktu dan tenaga ekstra untuk menghadpai dua kekuatan di kawasan jika nantinya konflik bersenjata benar-benar terjadi. Vietnam dan Filliphina yang berkonflik langsung dengan Tiongkok mengenai LCS, juga mempunyai kekuatan militer yang cukup memadai, dilihta dari perkembangan anggaran militernya yang semakin meningkat setiap tahunnya. Apalagi Tiongkok juga dihadapkan pada kekuatan militer terkuat di dunia yaitu AS yang juga mempunyai kepentingan besar di LCS.
- ASEAN dalam hal ini haruslah menjadi sebuah penghubung bagi penyelesaian konflik LCS. Tiongkok sebagai main character tidak main-main dalam usahanya melalukan dominasi di kawasan. Ditambah dengan AS yang juga ikut meramaikan konflik di LCS dikarenakan kepentingannya yang besar di kawasan. ASEAN di satu sisi harus menyelesaikan konflik ini, di lain pihak juga harus tetap menjaga keamanan dan perdamaian di kawasan. Agaknya hali ini membutuhkan suatu kerjasama yang intens diantara kesepuluh negara ASEAN dalam rangka membendung dominasi dari dua negara terkuat di dunia, Tiongkok dan AS. informasi harus selalu berkembang dan diperbaruhi untuk memudahkan ASEAN untuk mengambil kebijakan-kebijakan ataupun tanggapan terhadap aksi Tiongkok maupun AS. Intellijen di negara-negara ASEAN dituntut untuk selalu peka terhadap perkembangan isu agar konflik LCS ini tidak menyeret negara-negara di kawasan untuk melakukan konflik terbuka dengan negara yang bersengketa. Intelijen di ASEAN harus bekerjasama menjalin suatu usaha pencegahan dini bagi konflik yang berkepanjangan. Intelijen ASEAN harus mempunyai “dua sis”, dalam artian intelijen ASEAN harus peka terhadap gerakan-gerakan Tiongkok dalam pengklaiman LCS, di sisi lain Intelijen ASEAN juga harus waspada terhadap pergerakan AS yang mempunyai kepentingan besar di LCS maupun kawasan. Kerjasama multilateral sangatlah dibutuhkan mengingat ASEAN dihimpit oleh dua kepentingan besar negara-negara terkuat di dunia, yaitu Tiongkok dan AS.
Sumber dari blog ane sendiri gan, maap kalau masih kosong gk ada apa2nya

Blog Ane
0
3.1K
Kutip
5
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan