mandrasAvatar border
TS
mandras
[COPAS] Surat Terbuka untuk Menpora dan Presiden Republik Indonesia
SEKALI LAGI ANE PERTEGAS, ANE COPAS DARI FORUM BADMINTON



Yth Bapak Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia,

Yth Bapak Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia,

Pertama-tama saya ingin meminta izin kepada Bapak Presiden dan Bapak Menteri untuk menulis surat terbuka ini untuk mengutarakan pandangan dan masukan saya, Pak. Saya hanyalah seorang pecinta bulutangkis biasa, Pak. Saya pun tidak tahu tulisan ini nantinya akan kemana.

Di saat bangsa Indonesia ini selalu dihadapi dengan masalah politik, ekonomi dan SARA yang tidak habis-habisnya, tentu saja pemerintah sibuk mencari solusi langsung terhadap masalah-masalah tersebut. Akan tetapi saya berpendapat penyelesaian tidak langsung sesungguhnya juga akan sangat berguna apabila dilakukan, Pak. Saya justru berpendapat bahwa pemerintah harusnya memikirkan cara bagaimana untuk menumbuhkan rasa nasionalisme rakyat Indonesia dan bagaimana caranya untuk mempersatukan bangsa yang memiliki ribuan suku, agama dan ras ini. Apabila masyarakat bangsa ini dari diri mereka sendiri sudah mencintai negerinya sendiri dan dapat menerima perbedaan suku, ras, dan agama secara dewasa, bukankah masalah-masalah negeri ini juga akan berkurang dengan sendirinya?

Saya percaya Bapak jauh lebih berpandangan jauh ke depan dan berwawasan luas daripada saya, Pak. Saya mohon izin untuk mengingatkan saja bahwa cara tidak langsung tersebut salah satunya adalah dengan mengembangkan olahraga, Pak. Saya yakin Bapak juga tahu bahwa kebanggaan dan kecintaan rakyat Indonesia salah satunya dapat dipupuk dan dikembangkan melalui kebanggaan dan kecintaan terhadap olahraga, tentunya olahraga yang berhasil mengukir prestasi, mengangkat harkat martabat bangsa ini di dunia internasional.

Bukankah saat Susi Susanti memenangkan medali emas Olimpiade Barcelona 1992 tidak ada rakyat Indonesia yang mempermasalahkan bahwa Susi adalah keturunan Tionghoa dan menganggap kemenangan itu bukan kemenangan Indonesia? Pada saat Hendra Setiawan bersama Markis Kido memenangkan medali emas Olimpiade Beijing 2008 juga, apakah ada yang mengatakan bahwa Hendra bermata sipit, bukan beragama Islam jadi bukan orang Indonesia? Bapak Presiden dan Bapak Menteri tahu kan olahraga adalah pemersatu bangsa, Pak?

Saya tahu uang itu penting, Pak. Saya juga kerja dan saya juga ingin cepat kaya. Saya juga mengerti bahwa TV swasta yang dikelola pribadi di Indonesia ini juga harus mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya demi memberi gaji ribuan karyawan. Namun kalau untuk saya pribadi, saya tahu seberapapun banyak uang yang saya miliki, akan ada ruang yang kosong dalam hati saya yang tidak dapat diisi dengan kenikmatan yang dapat diberikan oleh materi. Saya sangat beruntung bahwa ruang kecil dalam hati saya tersebut dapat diisi oleh kebangaan dan kecintaan saya terhadap bangsa Indonesia ini, Pak.

Tangis haru saya saat melihat kemenangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di final Asian Games 2014 kemarin tidak dapat dibeli dengan uang. Betapa bangganya diri saya atas prestasi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir saat mereka berhasil menaikkan Merah Putih di Kejuaraan Dunia Bulutangkis tahun 2013 juga tidak bisa tergantikan oleh materi, Pak.
Apakah kecintaan rakyat bangsa ini terhadap negerinya sendiri dapat dibeli dengan uang, Pak?

Apabila bukan karena bulutangkis, mungkin saya seperti teman-teman saya yang lain yang apatis dan tidak peduli akan masa depan bangsa ini. Perbedaan saya dengan teman-teman saya sebenarnya hanya pada olahraga yang dicintai saja, Pak. Saya sangat mencintai bulutangkis, karena olahraga ini lah salah satu dari sedikit olahraga yang ‘mengizinkan’ saya untuk berbangga akan bangsa Indonesia. Olahraga ini yang telah membangun rasa cinta dan sayang saya pada tanah air Indonesia, yang membuat saya lupa akan kejelekan-kejelekan dan diskriminasi lain yang saya alami di Indonesia, dan yang juga menumbuhkan keinginan saya untuk berkontribusi kepada bangsa dan negara, Pak.

Saya ingin mengutip perkataan legenda bulutangkis Indonesia Rudy Hartono: “Tanpa raket ya saya hanya manusia biasa, tapi dengan raket itu saya bisa mengharumkan nama bangsa dan negara".
Untuk saya kalimat yang tepat adalah: “Tanpa bulutangkis ya saya hanya manusia biasa, tapi karena bulutangkis saya bisa membangun rasa bangga dan cinta saya terhadap bangsa dan negara”.

Tujuan saya menulis tulisan ini sebenarnya hanya berharap bahwa pemerintah Indonesia bisa ‘sadar’ bahwa bulutangkis punya peran sangat penting dalam membangun nasionalisme dalam diri rakyatnya dan bulutangkis telah berkali-kali mengajarkan pemerintah contoh positif untuk menyatukan bangsa Indonesia ini.

Kalau memang Pemerintah Republik ini ingin membangun dan memupuk sikap bangga, cinta, no SARA, dan nasionalisme kepada masyarakat dan generasi penerus bangsa ini secara tidak langsung, liriklah bulutangkis Pak. Jangan hanya menuntut prestasi kepada bulutangkis namun kabarnya menempatkan bulutangkis ke prioritas urutan ke-14 di APBN2015 yang total jumlahnya hanya 3 trilyun diberikan ke Kemenpora dan harus dibagikan kepada ‘Kepemudaan’.

Seperti yang pernah dikatakan Pak Justian Suhadinata kepada Bapak Menteri, sudah selayaknya bulutangkis ini dideklarasikan sebagai olahraga nasional. Bukan karena beliau orang bulutangkis, namun memang pantas, Pak. Mungkin kita perlu mengingat lagi bahwa jumlah total enam medali emas yang pernah dimenangkan Indonesia di ajang Olimpiade semuanya berasal dari cabang bulutangkis loh Pak, Pak Presiden dan Pak Menteri tahu kan?

Walaupun bulutangkis kita sedang menurun dalam kurun waktu 10 tahun ini, justru menurut saya seharusnya pemerintah bangun dari tidur dan menyadari bahwa pemerintah harus lebih memberikan perhatian secara nyata dengan membangun stadium atau sekolah bulutangkis, menyusun kurikulum bulutangkis di sekolah-sekolah dan juga memberikan dana yang lebih pada olahraga kebangaan bangsa ini.

Zaman sekarang sudah berubah, Pak. Pemerintah tidak bisa lagi menerapkan konsep lama dengan mulut mengatakan mendukung bulutangkis di depan, namun menerapkan ‘ya lu urus sendiri’ di belakang. Pemerintah tidak bisa terus berharap PBSI ataupun swasta untuk mengembangkan dan menjayakan olahraga ini. Jangan seperti yang dikatakan Bapak Djoko Pekik yang mewakili Kemenpora dalam diskusi bulutangkis di TV beberapa saat lalu yang mengatakan pemerintah berharap sektor swasta dapat terus mengembangkan olahraga ini di tanah air.

Apabila Bapak Presiden dan Bapak Menteri ingin bulutangkis kita kembali berjaya, bulutangkis kita butuh ‘treatment’ khusus Pak dari pemerintah. Jangan seperti sekarang yang mana siaran bulutangkis di televisi pun hanya dua/tiga kali setahun dan bahkan untuk sebagian itu PBSI harus membayar TV swasta untuk menyiarkannya.

Bahkan untuk Piala Sudirman 2015 bulan depan saja dikabarkan PBSI harus negosiasi dengan TV Swasta, dan mungkin PBSI harus bayar uang banyak agar bisa disiarkan. Sungguh memprihatinkan ya, Pak? Saya hanya berpikir, kenapa tidak disiarkan di TV Nasional saja ya? Kan TV Nasional juga di-subsidi pemerintah.Apakah bulutangkis hanya dicari pemerintah saat dekat mau ajang multievent olahraga saja untuk dibebankan medali emas? Saya tidak tahu apakah kabar tentang tagar #RIPTVNasional yang geger di Twitter kemarin Minggu 12 April 2015 sampai ke telinga Bapak?

Saya tidak punya banyak uang Pak dan lebih-lebih lagi tidak ada jabatan untuk mengelola penyiaran TV di Indonesia ini. Saya akui saya tidak tahu tentang politik dan juga tidak punya pengetahuan sedikitpun tentang peraturan penyiaran di Indonesia.
Namun saya punya nalar akal sehat, dan nalar saya berkata bahwa pemerintah, andaikata memang mau, bisa melalukan sesuatu untuk intervensi masalah siaran bulutangkis di Indonesia ini agar dapat disiarkan secara rutin, baik dengan menerbitkan peraturan menteri atau dengan menyiarkan melalui TV Nasional.

Saya tahu Pak Presiden sekarang sedang sibuk mengurusi masalah harga sembako, menjadi mediasi kisruh APBD DKI Jakarta, dan belum lagi masalah pernikahan putra sulung Bapak. Pak Menteri pun sedang sangat sibuk mengurusi masalah ancaman FIFA, pro-kontra ISL dan persiapan SEA Games 2015.
Dan tentu saja sangat kecil dan mendekati mustahil untuk tulisan saya ini sampai dibaca Pak Presiden atau Pak Menteri., dan apalah pentingnya bulutangkis di Indonesia ini sampai bacaan seorang pecinta bulutangkis harus dipedulikan oleh Menteri ataupun Presiden.

Namun andai kata secara kebetulan tulisan ini sampai ‘by accident’ ke telinga Bapak Menteri atau Bapak Presiden, saya hanya mau berkata bahwa saya tidak mau egois, Pak. Saya ingin masyarakat lain dari berbagai golongan di Indonesia juga dapat menyaksikan perjuangan atlit-atlit kita untuk mengibarkan Merah Putih secara rutin di TV, Pak. Saya tidak ingin egois, Pak. Saya juga ingin orang Indonesia lainnya dapat menumbuhkan rasa bangga dan cinta nya terhadap Indonesia seperti saya, Pak.

Izinkanlah ruang hati kecil di setiap diri rakyat Indonesia juga dapat diisi dengan kebanggaan dan kecintaan mereka terhadap negeri ini, seperti ruang hati kecil di dalam diri saya Pak.

Izinkanlah generasi penerus kita untuk mengetahui dan mengenal pahlawan-pahlawan bangsa pemain bulutangkis kita yang telah berjuang dengan tetesan keringat, darah, dan air mata untuk mengibarkan Merah Putih di posisi puncak, Pak.

Saya tahu hal ini tidaklah semudah saya menulis tulisan ini, Pak. Tapi saya telah melakukan ‘part’ saya dengan selalu rutin mendukung dan memberitakan segala hal tentang bulutangkis kepada orang lain dalam kapasitas saya. Pertanyaannya, apakah TV Swasta dan Pemerintah merasa telah melakukan ‘part’ Bapak-bapak sekalian yang terhormat?

Akhir kata, saya yakin bahwa sampai saat ini bulutangkis masih adalah salah satu olahraga kebanggaan bangsa Indonesia yang melekat erat pada identitas bangsa ini dan selalu memiliki tempat yang spesial di hati masyarakat Indonesia. Dan untuk memajukan dan membuat bulutangkis kita berjaya kembali, kita butuh peran nyata pemerintah.

Semoga kita semua dapat terus melakukan kontribusi dan bagian kita dalam kapasitas kita untuk membangun dan mengembalikan kejayaan olahraga kebanggaan bangsa yang kita cintai bersama ini.

Salam Hormat,

dari seorang pecinta bulutangkis tanah air
prietess

Saat pertama membaca ane agak merinding bacanya gan, ane setuju ama penulis, salah satu hal yang memupuk jiwa persatuan berasal dari olahraga, karena dengan olahraga kita tidak mengenal agama, ras, warna kulit, suku, bahasa atau apalah , ane inisiatip aje, kali aje pak presiden ama pak mentri bisa baca kalau kita bisa post di forum kita tercinta ini.....amin
0
1.5K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan