- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mimpi Seorang Sopir Angkot Menjadi Wali Kota Bandar Lampung


TS
ibnutiangfei
Mimpi Seorang Sopir Angkot Menjadi Wali Kota Bandar Lampung
Quote:
SELAMAT DATANG DI TRIT ANE YG SEDERHANA
Quote:
INSYAALLAH NO REPOST, SILAHKAN CEK REPOST
Quote:
KASKUSER BIJAK SENANTIASA MENINGGALKAN JEJAK
JIKA MENURUT KASKUSER TRIT INI BERMUTU, JANGAN LUPA BANTU





Quote:
JANGAN LUPA SAMA IJO-IJONYA





Quote:
LANGSUNG SAJA KE TKP
Quote:
Setiap orang pasti punya mimpi gan...termasuk ane dan kaskuser semua...Jangan remehkan mimpi gan...karena mimpi terkadang menjadi motivasi yang luar biasa untuk mvewujudkan sesuatu...Banyak kisah inspiratif orang-orang sukses yang awalnya hanya dari mimpi...Tidak terkecuali mimpi dari sopir angkot yang satu ini...Beliau ingin sekali mewujudkannya....Penasaran seperti apa mimpinya?Ayo kita simak kisahnya bersama...
Quote:
Quote:
Angkutan kota berwarna abu-abu tampak melaju santai dengan kecepatan tak lebih dari 50 kilometer per jam menyusuri Jalan Gajah Mada, Bandar Lampung. Di depan sebuah ruko, angkot jurusan Raden Inten-Sukarame itu berhenti untuk menaikkan seorang penumpang.
"Mau turun di mana, Mbak?" tanya si sopir ramah. Seusai mendapat jawaban, si sopir kembali menjejak pedal gas dan melanjutkan perjalanannya.
Sopir itu adalah Badri (42), warga Jalan Pisang, Nomor 18, Kelurahan Pasir Gintung, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung. Sehari-hari dia biasa bergelut dengan asap kendaraan sebagai sopir angkutan kota (angkot).
Namun, siapa sangka, Badri ternyata memiliki mimpi menjadi seorang kepala daerah. Tak tanggung-tanggung, dia berniat maju sebagai wali kota Bandar Lampung, ibu kota Provinsi Lampung.
Perlahan kini dia mulai mewujudkan mimpinya itu. Beberapa partai politik sudah dia dekati untuk sekadar meminta restu dan dukungan. "Saya sudah melakukan lobi politik ke Partai Demokrat, Hanura, dan Nasdem. Syukurlah saya lolos tahapan penjaringan calon di Partai Nasdem," tutur pria yang kerap memimpin demo antara tahun 1997 dan 2004 itu.
Dari empat nama yang mendaftar dalam penjaringan calon lewat Partai Nasdem, tiga nama berhasil lolos tahap pertama pemilu kepala daerah tersebut. Badri lolos bersama dengan dua kandidat kepala daerah yang diusung partai baru itu.
Tak main-main, Badri bersanding dengan dua politikus besar di Bandar Lampung, Herman HN dan Hartato Lojaya. Herman HN adalah wali kota Bandar Lampung saat ini, sedangkan Hartato Lojaya adalah pengusaha muda yang duduk di Komisi III DPRD Provinsi Lampung.
"Mereka punya kekuatan, kekuasaan, dan dana, tetapi saya punya pengalaman berjuang untuk rakyat kecil. Kendati hanya seorang sopir angkutan kota, saya tidak merasa minder berhadapan dengan mereka," ujarnya yakin.
Sebagai sopir angkot, Badri merasa dirinya masuk dalam kelompok marjinal dan masyarakat kecil. Cerita tentang penderitaan masyarakat kecil juga kerap dia dengar dari para penumpang yang dia angkut.
"Saya dan banyak masyarakat kecil lainnya sering terpinggirkan oleh elite pemerintahan. Ini yang menjadi motivasi saya untuk maju menjadi wali kota. Saya ingin membela masyarakat kecil, seperti pedagang, nelayan, dan buruh yang kerap terpinggirkan," ujarnya bersemangat.
Badri yakin kegiatannya sebagai seorang aktivis yang kerap membela kepentingan masyarakat kecil sejak tahun 1997 bisa merebut simpati warga. Perjuangannya selama ini merupakan salah satu modal terbesarnya.
Tanpa mahar
Badri sehari-hari berangkat kerja seusai shalat Subuh dan baru kembali saat azan Maghrib berkumandang. Tiap hari dia bisa menempuh delapan kali pergi-pulang trayek Raden Inten-Sukarame sejauh lebih kurang 40 kilometer. Dari pekerjaannya, ia dapat mengumpulkan Rp 70.000 hingga Rp 80.000 per hari.
Badri paham, untuk maju menjadi calon wali kota, dia membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dia pun sadar, penghasilannya tidak akan mencukupi kebutuhan finansial untuk maju menjadi calon wali kota.
"Kalau ada partai politik meminta mahar, saya akan bilang tidak punya. Saya tidak mau berutang hanya untuk kepuasan kelompok tertentu. Lebih baik saya mundur. Paling tidak, rakyat tahu saya berani berjuang, tetapi perjuangan saya terhambat karena sistem politik yang mengutamakan uang," ujar Badri yang sudah menjadi sopir angkot sejak tahun 1996 itu.
Badri mengungkapkan, kendati dia sudah melakukan komunikasi politik kepada sejumlah partai, belum ada satu partai pun yang mematok harga untuk sebuah dukungan politik.
Tak hanya sadar bahwa dia tidak punya kekuatan finansial, sejak awal dia juga yakin tidak akan memenangi perebutan kursi wali kota Bandar Lampung. Bagi Badri, upayanya untuk maju sebagai wali kota bukanlah urusan menang atau kalah.
"Saya hanya ingin rakyat memilih dengan cerdas. Saya hanya ingin Indonesia tahu bahwa Badri, si sopir angkot ini, punya hak politik dan berani mencalonkan diri menjadi wali kota Bandar Lampung. Kalaupun nanti menang, itu hanya bonus," tutur pria lulusan Sekolah Menengah Atas itu.
Walaupun sadar dirinya akan kalah, Badri memiliki mimpi yang besar bagi Bandar Lampung. Pengagum Fidel Castro itu ingin menciptakan kota yang ramah bagi masyarakat kecil, caranya dengan membangun 20 pasar tradisional dan memastikan adanya trayek seumur hidup pagi para sopir angkot.
Sayangnya, tak semua mimpi dan semangat Badri mendapat dukungan dari rekan-rekannya. Badri yang getol bergerak sebagai aktivis organisasi Kaum Miskin Kota untuk Revolusi Demokratik dan Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia menuturkan, sejumlah rekan aktivis justru menertawakan upaya pencalonannya sebagai Wali Kota Bandar Lampung 2015-2019.
Dukungan justru muncul dari sesama sopir angkot dan sejumlah penumpang yang ia angkut. Budes, salah seorang penumpang yang sempat menggunakan angkot Badri, dengan semangat mendukung pencalonan Badri.
"Saya sangat senang ada sopir angkot atau masyarakat kecil lainnya berani maju sebagai calon wali kota. Ini jadi bukti kalau masyarakat yang ada di bawah bisa berkarya. Masyarakat kecil ini juga punya kemampuan memimpin. Bosan rasanya melihat pemimpin daerah dari kalangan atas," ujar Budes sembari menepuk pundak Badri dari belakang.
Secara terpisah, Sekretaris Penjaringan DPC Partai Nasdem Bandar Lampung Fitra Alfarizi menuturkan, Badri lolos dari tahapan penjaringan bakal calon karena berhasil memenuhi berkas-berkas administrasi sesuai dengan syarat yang ditentukan.
"Partai Nasdem terbuka bagi siapa saja. Jadi, tidak masalah apabila Badri ingin maju sebagai wali kota dari partai kami. Lagi pula Badri punya rekam jejak yang baik sebagai aktivis. Ia kerap mengadvokasi masyarakat kecil. Pengalamannya itulah yang membuat kami menilai dia memiliki semangat yang sama dengan Partai Nasdem," ujarnya.
Fitra mengatakan, pihaknya mengapresiasi niat dan keberanian Badri. Baginya, latar belakang Badri sebagai sopir angkot juga bukan halangan untuk menjadi kepala daerah. Asalkan Badri memiliki semangat untuk membangun kota dan menyejahterakan rakyat itu sudah layak untuk didukung sebagai calon wali kota.
Kendati sudah lolos seleksi penjaringan bakal calon wali kota Bandar Lampung, masih ada sejumlah tahap yang harus dilalui Badri. Dia masih harus mengantongi restu dari DPP Patrai Nasdem dan melakukan uji publik sebelum bertarung dalam Pilkada Bandar Lampung tahun ini.
"Mau turun di mana, Mbak?" tanya si sopir ramah. Seusai mendapat jawaban, si sopir kembali menjejak pedal gas dan melanjutkan perjalanannya.
Sopir itu adalah Badri (42), warga Jalan Pisang, Nomor 18, Kelurahan Pasir Gintung, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung. Sehari-hari dia biasa bergelut dengan asap kendaraan sebagai sopir angkutan kota (angkot).
Namun, siapa sangka, Badri ternyata memiliki mimpi menjadi seorang kepala daerah. Tak tanggung-tanggung, dia berniat maju sebagai wali kota Bandar Lampung, ibu kota Provinsi Lampung.
Perlahan kini dia mulai mewujudkan mimpinya itu. Beberapa partai politik sudah dia dekati untuk sekadar meminta restu dan dukungan. "Saya sudah melakukan lobi politik ke Partai Demokrat, Hanura, dan Nasdem. Syukurlah saya lolos tahapan penjaringan calon di Partai Nasdem," tutur pria yang kerap memimpin demo antara tahun 1997 dan 2004 itu.
Dari empat nama yang mendaftar dalam penjaringan calon lewat Partai Nasdem, tiga nama berhasil lolos tahap pertama pemilu kepala daerah tersebut. Badri lolos bersama dengan dua kandidat kepala daerah yang diusung partai baru itu.
Tak main-main, Badri bersanding dengan dua politikus besar di Bandar Lampung, Herman HN dan Hartato Lojaya. Herman HN adalah wali kota Bandar Lampung saat ini, sedangkan Hartato Lojaya adalah pengusaha muda yang duduk di Komisi III DPRD Provinsi Lampung.
"Mereka punya kekuatan, kekuasaan, dan dana, tetapi saya punya pengalaman berjuang untuk rakyat kecil. Kendati hanya seorang sopir angkutan kota, saya tidak merasa minder berhadapan dengan mereka," ujarnya yakin.
Sebagai sopir angkot, Badri merasa dirinya masuk dalam kelompok marjinal dan masyarakat kecil. Cerita tentang penderitaan masyarakat kecil juga kerap dia dengar dari para penumpang yang dia angkut.
"Saya dan banyak masyarakat kecil lainnya sering terpinggirkan oleh elite pemerintahan. Ini yang menjadi motivasi saya untuk maju menjadi wali kota. Saya ingin membela masyarakat kecil, seperti pedagang, nelayan, dan buruh yang kerap terpinggirkan," ujarnya bersemangat.
Badri yakin kegiatannya sebagai seorang aktivis yang kerap membela kepentingan masyarakat kecil sejak tahun 1997 bisa merebut simpati warga. Perjuangannya selama ini merupakan salah satu modal terbesarnya.
Tanpa mahar
Badri sehari-hari berangkat kerja seusai shalat Subuh dan baru kembali saat azan Maghrib berkumandang. Tiap hari dia bisa menempuh delapan kali pergi-pulang trayek Raden Inten-Sukarame sejauh lebih kurang 40 kilometer. Dari pekerjaannya, ia dapat mengumpulkan Rp 70.000 hingga Rp 80.000 per hari.
Badri paham, untuk maju menjadi calon wali kota, dia membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dia pun sadar, penghasilannya tidak akan mencukupi kebutuhan finansial untuk maju menjadi calon wali kota.
"Kalau ada partai politik meminta mahar, saya akan bilang tidak punya. Saya tidak mau berutang hanya untuk kepuasan kelompok tertentu. Lebih baik saya mundur. Paling tidak, rakyat tahu saya berani berjuang, tetapi perjuangan saya terhambat karena sistem politik yang mengutamakan uang," ujar Badri yang sudah menjadi sopir angkot sejak tahun 1996 itu.
Badri mengungkapkan, kendati dia sudah melakukan komunikasi politik kepada sejumlah partai, belum ada satu partai pun yang mematok harga untuk sebuah dukungan politik.
Tak hanya sadar bahwa dia tidak punya kekuatan finansial, sejak awal dia juga yakin tidak akan memenangi perebutan kursi wali kota Bandar Lampung. Bagi Badri, upayanya untuk maju sebagai wali kota bukanlah urusan menang atau kalah.
"Saya hanya ingin rakyat memilih dengan cerdas. Saya hanya ingin Indonesia tahu bahwa Badri, si sopir angkot ini, punya hak politik dan berani mencalonkan diri menjadi wali kota Bandar Lampung. Kalaupun nanti menang, itu hanya bonus," tutur pria lulusan Sekolah Menengah Atas itu.
Walaupun sadar dirinya akan kalah, Badri memiliki mimpi yang besar bagi Bandar Lampung. Pengagum Fidel Castro itu ingin menciptakan kota yang ramah bagi masyarakat kecil, caranya dengan membangun 20 pasar tradisional dan memastikan adanya trayek seumur hidup pagi para sopir angkot.
Sayangnya, tak semua mimpi dan semangat Badri mendapat dukungan dari rekan-rekannya. Badri yang getol bergerak sebagai aktivis organisasi Kaum Miskin Kota untuk Revolusi Demokratik dan Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia menuturkan, sejumlah rekan aktivis justru menertawakan upaya pencalonannya sebagai Wali Kota Bandar Lampung 2015-2019.
Dukungan justru muncul dari sesama sopir angkot dan sejumlah penumpang yang ia angkut. Budes, salah seorang penumpang yang sempat menggunakan angkot Badri, dengan semangat mendukung pencalonan Badri.
"Saya sangat senang ada sopir angkot atau masyarakat kecil lainnya berani maju sebagai calon wali kota. Ini jadi bukti kalau masyarakat yang ada di bawah bisa berkarya. Masyarakat kecil ini juga punya kemampuan memimpin. Bosan rasanya melihat pemimpin daerah dari kalangan atas," ujar Budes sembari menepuk pundak Badri dari belakang.
Secara terpisah, Sekretaris Penjaringan DPC Partai Nasdem Bandar Lampung Fitra Alfarizi menuturkan, Badri lolos dari tahapan penjaringan bakal calon karena berhasil memenuhi berkas-berkas administrasi sesuai dengan syarat yang ditentukan.
"Partai Nasdem terbuka bagi siapa saja. Jadi, tidak masalah apabila Badri ingin maju sebagai wali kota dari partai kami. Lagi pula Badri punya rekam jejak yang baik sebagai aktivis. Ia kerap mengadvokasi masyarakat kecil. Pengalamannya itulah yang membuat kami menilai dia memiliki semangat yang sama dengan Partai Nasdem," ujarnya.
Fitra mengatakan, pihaknya mengapresiasi niat dan keberanian Badri. Baginya, latar belakang Badri sebagai sopir angkot juga bukan halangan untuk menjadi kepala daerah. Asalkan Badri memiliki semangat untuk membangun kota dan menyejahterakan rakyat itu sudah layak untuk didukung sebagai calon wali kota.
Kendati sudah lolos seleksi penjaringan bakal calon wali kota Bandar Lampung, masih ada sejumlah tahap yang harus dilalui Badri. Dia masih harus mengantongi restu dari DPP Patrai Nasdem dan melakukan uji publik sebelum bertarung dalam Pilkada Bandar Lampung tahun ini.
Quote:
Quote:
Ayo Pak Badri...berjuanglah terus...jangan patah semangat....Bagaimana pendapat kaskuser semua?
Quote:
JIKA TRIT INI BAGUS DAN BERMUTU...BANTU REKOMENDASI HOT THREADYA GAN...BIAR BANYAK KASKUSER YANG IKUT AMBIL MANFAAT DARI TRIT INI...
Quote:
Mampir ke trit ane yg lain:
5 Aksi Tentara Gagal Lempar Bahan Peledak Paling Kocak
[INFO UNIK] Warga ini Bangun Rumah Dengan Pondasi Ban Bekas
[INFO UNIK GAN!!!] Rig Minyak Disulap Jadi Resort Seru
7 Penelitian Paling Mahal di Dunia, Bisa Buat Indonesia Bangkrut
[BUKAN BERITA PENTING] 11 Negara yang Masih Percaya Perdukunan
[INFO TEKNOLOGI] Bilal, Robot yang Bisa Mengajarkan Shalat
[Salut Gan!] Sebuah PO Bus Yang Selalu Mengutamakan Sholat Para Penumpangnya
[BUKAN BERITA PENTING] Aksi 'Gila' Mencontek Massal Di India
[Jakarta Urban Challenge]$ 20.000 Bagi yang Bisa Temukan Solusi Kemacetan Jakarta!
Menengok Lokasi Pembuangan Ribuan Kendaraan Bekas di China
Film 'GURU BANGSA: TJOKROAMINOTO' Wajib Ditonton Gan
Musisi Tanah Air yang Wafat Saat Berada Dipuncak Popularitas
Karena Jangkrik, Bambang Jadi Bos Beromzet Miliaran
[Ternyata BERBAHAYA Gan!] Minum Banyak Air Saat Bangun Pagi
Gara-Gara Ayahnya Kena Diabetes, Mahasiswi Ini Raih Omzet Lebih dari Rp 1 Miliar
Diubah oleh ibnutiangfei 29-03-2015 06:38
0
2.5K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan