unknownoneAvatar border
TS
unknownone
Serunya Goenawan Mohamad dan Jacob Oetama Wawancara Lee Kuan Yew
SELASA, 24 MARET 2015



TEMPO.CO, Jakarta: Dua wartawan Indonesia berangkat ke Singapura untuk mewawancarai Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew. Dua wartawan itu adalah Goenawan Mohamad dari Tempo dan Jacob Oetama dari Kompas.

Goenawan kemudian menuliskan catatan perjalanannya bertemu Lee Kuan Yew di majalah mingguan Tempo edisi 26 Mei 1973.

Pertemuan dan wawancara dilakukan di ruang sidang Menteri di kantor Perdana Menteri, Istana Negara Singapura. Sosok Lee Kuan Yew yang bertubuh jangkung di atas 170 sentimeter, muncul dari pintu lift di pojok ruang sidang yang tertutup dan bersih.

Lee Kuan Yew kemudian melangkah mendekati kedua wartawan Indonesia yang berdiri di dekat meja oval besar yang kosong untuk berjabat tangan. Perdana Menteri Singapura pertama ini menatap tajam dan gerak bahunya terangkat untuk memberi kesan kokoh. "Orang kuat Singapura ini tampaknya memang punya insting seorang pengkelahi: politikus yang selalu siap dalam arena pertarungan kekuasaan, intelektual yang selalu sedia dalam kancah sengit perbenturan ide-ide."

Saat wawancara itu, usia Lee belum genap 50 tahun. Usianya dua tahun lebih muda dari Soeharto, presiden Indonesia saat itu. Namun parasnya yang kemerah-merahan bersih, di bawah rambut yang mulai kelabu oleh uban, Lee Kuan Yew tampak lebih tua dari semestinya.

Wibawa Lee Kuan Yew, menurut Goenawan, keras. Tampil anggun dengan mengenakan jas-abu-abu dan dasi merah yang rapi. Sikap dan bahasa Inggris Lee Kuan Yew menunjukkan bahwa dia lebih "Barat" daripada "Timur". Pemimpin Singapura itu, seperti pisang: kulitnya kuning, tapi isinya putih. Kutipan "pisang" itu diambil Goenawan dari ucapan seorang intelektual muda keturunan Tionghoa.

Latar belakang Lee memang "putih". Ia keluaran Cambridge, berbahasa Inggris sejak kecil, baru belajar pelbagai dialek Cina setelah dewasa, di samping bahasa Melayu. Tapi di atas segala-galanya, orang yang ingin menjadikan rakyat Singapura sebagai satu bangsa tersendiri ini memang Singapurawan.

Lee Kuan Yew adalah Singapurawan nomor satu. "Kita akan mendirikan sebuah negara multirasial di Singapura. Ini bukan negara Melayu, bukan negara Cina, atau India.... Kita bersatu tanpa pandang ras, bahasa, dan agama atau kebudayaan." Kata-kata ini diucapkannya 9 Agustus 1965, di sebuah pidato beberapa jam setelah Tengku Abdul Rahman "memecat" Singapura dari Federasi Malaysia.


TEMPO

Source:
http://www.tempo.co/read/news/2015/0...a-Lee-Kuan-Yew

emoticon-Hot News emoticon-Hot News emoticon-Hot News
Diubah oleh unknownone 24-03-2015 05:29
0
1.6K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan