Tidak diragukan lagi bahwa contoh kehidupan para ulama mempunyai pengaruh besar dalam membangkitkan semangat. Terbukti dengan adanya mangfaat yang nyata saat mengetahui metode bagai mana para ulama menelaah buku-buku dan membuat sebuah karya tulis. Ini bukan hanya sekedar sanjungan dan berbangga-bangga terhadap mereka. Namun ini adalah mengungkap sejarah kita yang mulia.
“Yo semua ulama pasti gila baca sama nulis mas, kalo gak gitu gimana mau jadi ulama?” Sahut Zaki mahasiswa LIPIA, ketika ditanya penulis tentang siapa ulama yang gemar membaca di kediamannya, ketapang pasar minngu, Jakarta selatan. 18 Nov 2014.
Spoiler for Ibnu Jauzi gila membaca:
Kita sedikit ungkap salah satu ulama tersohor, Ibnu Jauzi. bagaimana kegilaannya dalam menelaah buku-buku dan semangatnya dalam menyebarkan ilmu melalui karya-karya tulis. Semoga hal ini bisa menyulut api semangat kita yang telah redup.
Ibnu Jauzi lahir pada tahun 510 H. seorang ulama ahli fikih, sejarawan, ahli tata bahasa, ahli tafsir, dan pedakwah.
Ayahnya meninggal ketika beliau berumur tiga tahun, lalu beliau diasuh oleh bibinya (dari pihak ayah). Ketika beliau mulai tumbuh, bibinya membawa beliau kepada al-Hafizh Ibnu Nashir, lalu beliau belajar kepadanya dan menghasilkan ilmu dalam memberikan wejangan yang tidak dihasilkan oleh seorang pun selainnya, bahkan diceritakan bahwa sebagian majelisnya dihadiri oleh lebih dari 100.000 orang.
Ibnu Jauzi berkata, “Aku tidak pernah kenyang membaca buku. Jika menemukan buku yang belum pernah aku lihat maka seolah-olah aku mendapatkan harta karun. Aku pernah melihat katalog buku-buku wakaf di madrasah An-Nidhamiyyah yang terdiri dari 6.000 jilid buku. Aku juga melihat katalog buku Abu Hanifah, Al-Humaidi, Abdul Wahhab bin Nashir dan yang terakhir Abu Muhammad bin Khasysyab. Aku pernah membaca 200.000 jilid buku lebih. Sampai sekarang aku masih terus mencari ilmu.” (Gila Membaca Ala Ulama karya Ali Bin Mubarak)
Kita tak berleihan apabila dalam kenikmatan beliau dalam rasa mesranya kepada ilmu, sepertinya melebihi cintanya pada pasangan (istri). Bagaimana tidak, hari-harinya ia habiskan dengan menelaah buku-buku. Tak hanya sampai disitu, Semangat beliau untuk menyebar luaskan ilmu tak kalah hebatnya. Dalam Adz-Dzail, cucu Ibnul Jauzi mengatakan bahwa dia pernah mendengar kakeknya berkata di atas mimbar di akhir hidupnya, "Sungguh aku telah menulis 2.000 jilid buku dengan dua jariku ini”.
Spoiler for Menulis tak kalah penting!:
Buku adalah sarana penyimpan ilmu yang paling baik. Orang tidak akam mampu menghafal semua ilmu yang pernah ia pelajari. Seandainya para ulama tidak mendokumentasikan ilmu yang telah mereka pelajari dalam sebuah karya tulis (buku), lenyaplah banyak ilmu. Parahnya lagi tercampur adukan antra perkataan seorang ulama dan seorang jahil (bodoh) yang berdakwah dengan hawa nafsunya tanpa berlandaskan ilmu, maka bukulah yang menjadi bukti dan kesaksian akan hal tersebut.
Ibnu Jauzi berkata: “Saya memandang bahwa manfaat menulis lebih banyak daripada manfaat mengajar, karena kalau mengajar mungkin hanya kepada beberapa orang tertentu saja, sedangkan tulisan dibaca dan diambil manfaat oleh sekian banyak orang yang tak terhitung jumlahnya, bahkan mungkin oleh mereka yang kini belum lahir ke dunia. Bukti akan hal ini bahwa manusia lebih banyak mengambil manfaat dari kitab-kitab para ulama pendahulu daripada dari pelajaran guru-guru mereka.
Oleh karena itu, hendaklah orang yang dikaruniai Alloh Ta’ala ilmu meluangkan waktunya dalam menulis karya yang bermanfaat, sebab tidak semua orang yang membuat karya berarti bermanfaat, karena tujuan tulisan bukan hanya sekedar mengumpulkan sana-sini, tetapi itu adalah anugerah yang Alloh berikan kepada hamba pilihan-Nya sehingga dia mengumpulkan masalah yang berserakan dan menjelaskan masalah yang masih rumit. inilah tulisan yang bermanfaat. Hendaknya menulis dilakukan di tengah-tengah umur, karena awal umur untuk menuntut ilmu dan akhir umur sudah mengalami keletihan.” (Terjemahan Shoidul Khothir hal. 386)
Diceritakan 100.000 orang telah bertaubat dengan perantaraannya dan 20.000 orang masuk Islam dengan perantaraannya pula. (Teladan Hidup Orang-orang Pilihan, karya Ahmad Salim Ba Duwailan)
Ibnu jauzi memberi wejangan betapa pentingnya berdakwah melalui media tulisan.
Spoiler for Ingin bermartabat? Banyak lah membaca!:
Allah berfirman: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5)
Jauh sebelum R.A Kartini memerintahkan perempuan Indonesia agar gemar membaca supaya derajat bangsa bisa meningkat. Maka 14 abad yang lalu Allah Ta'ala lewat Rasul-Nya yang mulia telah memerintahkan kita semua untuk gemar membaca.
Ayooo baca dan berkarya…
Wallohu a'alam.
KASKUSER bermartabat selalu meninggalkan jejak
Diubah oleh fahmiqosasih 12-03-2015 22:19
0
1.5K
Kutip
10
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru