- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Sebab Hidup di Tanah Rawan Bencana
TS
ellah30
Sebab Hidup di Tanah Rawan Bencana
Quote:
Mengenal Disaster Response Sector Humanity First Indonesia
JAKARTA- Setelah sukses dengan program Clean The City pada awal tahun, kali ini, Humanity First Indonesia membuat sebuah program yang fokus pada penanganan bencana alam. Pada tanggal 7—8 Maret 2015, bertempat di gedung serba guna Maulana Rahmat ali, Jalan Balikpapan 1, Jakarta Pusat, Humanity First Indonesia menggelar pelatihan manajeman penangan bencana yang bertajuk Disaster Management Training. Yang menjadi pemateri utama, yaitu Freddy Chandra yang merupakan Advice Program Disaster and Human Depelovment Humanity First Indonesia. Pria yang pernah bertugas di Papua bersama Oxfam ini menuturkan bahwa delapan puluh persen daerah di Indonesia merupakan daerah rawan bencana yang sebarannnya mencakup dari Aceh hingga Papua.
“Dalam manajemen penanggulangan bencana, diperlukan concern dari berbagai pihak. Hal ini tidak hanya menjadi tugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), tetapi juga dari masyarakat,” tuturnya.
Freddy menambahkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap bencana bukan hanya apa yang harus dilakukan pada saat bencana itu terjadi dan sesudahnya (emergency response), tetapi juga bagaimana masyarakat diharuskan mengenali karakteristik wilayah tempat tinggalnya. Tujuannya agar mereka dapat meminimalisasir dampak bencana. Selain itu, pria yang juga pernah aktif di pusat studi manajemen bencana Universitas Pembangunan Nasional tersebut menyoroti media yang menjadikan bencana sebagai bahan ‘jualan’. Menurutnya, beberapa media, ketika terjadi bencana, lebih menonjolkan apa yang menjadi penderitaan korban dan keluarga daripada menjaga dan menghargai kehormatan korban dan keluarganya.
Di tempat yang sama, Arif Rahman Hakim, Koordinator Sektor Kebencanaan Humanity First Indonesia, mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara dengan beberapa daerah yang rawan bencana, membutuhkan keseriusan dalam hal penanganan pascabencana. Inilah yang menjadi latar belakang dari pelatihan manajemen penggulangan bencana kali in. Selain itu, pelatihan juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, wawasan, dan pengetahuan para sukarelawan Humanity First yang tersebar di berbagai daerah.
Kegiatan ini menarik antusiasme peserta yang berasal dari berbagai daerah di Jabodetabek, Priangan Timur, Bandung dan Jawa Tengah. Salah satu peserta, Karno Abdul Karim dari Bogor, menuturkan bahwa kegiatan semacam ini harus rutin dilakukan karena dapat menjadi ajang berjejaring. Secara terpisah, Puspa Ken Nisa, peserta asal Jakarta Timur, mengungkapkan tanggapannya terhadap kegiatan yang diikuti oleh 37 orang peserta tersebut. “Acara yang bagus. Kita jadi tahu apa yang harus dilakukan sebelum adanya bencana. Namun, perlu adanya tambahan fasilitator yang kompeten dalam bidang penanganan bencana,” ujarnya menutup perbincangan.
JAKARTA- Setelah sukses dengan program Clean The City pada awal tahun, kali ini, Humanity First Indonesia membuat sebuah program yang fokus pada penanganan bencana alam. Pada tanggal 7—8 Maret 2015, bertempat di gedung serba guna Maulana Rahmat ali, Jalan Balikpapan 1, Jakarta Pusat, Humanity First Indonesia menggelar pelatihan manajeman penangan bencana yang bertajuk Disaster Management Training. Yang menjadi pemateri utama, yaitu Freddy Chandra yang merupakan Advice Program Disaster and Human Depelovment Humanity First Indonesia. Pria yang pernah bertugas di Papua bersama Oxfam ini menuturkan bahwa delapan puluh persen daerah di Indonesia merupakan daerah rawan bencana yang sebarannnya mencakup dari Aceh hingga Papua.
“Dalam manajemen penanggulangan bencana, diperlukan concern dari berbagai pihak. Hal ini tidak hanya menjadi tugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), tetapi juga dari masyarakat,” tuturnya.
Freddy menambahkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap bencana bukan hanya apa yang harus dilakukan pada saat bencana itu terjadi dan sesudahnya (emergency response), tetapi juga bagaimana masyarakat diharuskan mengenali karakteristik wilayah tempat tinggalnya. Tujuannya agar mereka dapat meminimalisasir dampak bencana. Selain itu, pria yang juga pernah aktif di pusat studi manajemen bencana Universitas Pembangunan Nasional tersebut menyoroti media yang menjadikan bencana sebagai bahan ‘jualan’. Menurutnya, beberapa media, ketika terjadi bencana, lebih menonjolkan apa yang menjadi penderitaan korban dan keluarga daripada menjaga dan menghargai kehormatan korban dan keluarganya.
Di tempat yang sama, Arif Rahman Hakim, Koordinator Sektor Kebencanaan Humanity First Indonesia, mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara dengan beberapa daerah yang rawan bencana, membutuhkan keseriusan dalam hal penanganan pascabencana. Inilah yang menjadi latar belakang dari pelatihan manajemen penggulangan bencana kali in. Selain itu, pelatihan juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, wawasan, dan pengetahuan para sukarelawan Humanity First yang tersebar di berbagai daerah.
Kegiatan ini menarik antusiasme peserta yang berasal dari berbagai daerah di Jabodetabek, Priangan Timur, Bandung dan Jawa Tengah. Salah satu peserta, Karno Abdul Karim dari Bogor, menuturkan bahwa kegiatan semacam ini harus rutin dilakukan karena dapat menjadi ajang berjejaring. Secara terpisah, Puspa Ken Nisa, peserta asal Jakarta Timur, mengungkapkan tanggapannya terhadap kegiatan yang diikuti oleh 37 orang peserta tersebut. “Acara yang bagus. Kita jadi tahu apa yang harus dilakukan sebelum adanya bencana. Namun, perlu adanya tambahan fasilitator yang kompeten dalam bidang penanganan bencana,” ujarnya menutup perbincangan.
sumber: humanityfirstindonesia.org
0
739
Kutip
0
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan