unknownoneAvatar border
TS
unknownone
''Kita Akan Bayar Pajak Rakyat dengan Darah''
RABU, 04 MARET 2015



TEMPO.CO, Jakarta:

"Kami ada di sini untuk terus beraksi.
Menuntut reformasi yang sedang mati suri.
Katanya reformasi nyatanya daging sapi
Lawan! Lawan! Segala korupsi!"



Sekitar 500 pegawai dari seluruh direktorat Komisi Pemberantasan Korupsi berada di teras. Mereka memprotes keputusan pimpinan lembaganya yang melimpahkan penyelidikan kasus dugaan korupsi bekas calon Kepala Polri Komisaris Jenderal Budi Gunawan.

Ada di dalam barisan pegawai KPK yang berdemo pada Selasa, 3 Maret 2015 adalah dua pejabat sementara KPK, yakni Ketua Taufiequrrachman Ruki dan wakilnya Indriyanto Seno Adji.

Di hadapan Taufiq dan Indriyanto, Ketua Wadah Pegawai KPK Faisal menyatakan protes terhadap keputusan pimpinan lembaganya yang melimpahkan penyidikan kasus dugaan korupsi bekas calon Kepala Kepolisian Komisaris Jenderal Budi Gunawan ke Kejaksaan Agung. "Kami menolak putusan pelimpahan," kata Faisal sambil berorasi.

Pelimpahan itu diumumkan sehari sebelumnya. KPK melimpahkan kasus Budi ke Kejaksaan sebagai solusi mandeknya penyidikan komisi terhadap kasus itu, terutama setelah penetapan tersangka Budi oleh KPK dinyatakan tidak sah oleh putusan sidang praperadilan.

Faisal menuntut pimpinan KPK mengajukan Peninjauan Kembali atas putusan praperadilan. "Kami juga meminta pimpinan menjelaskan secara terbuka strategi pemberantasan korupsi," kata dia.

Penasehat Wadah Pegawai, Nanang Farid Syam, ikut orasi. Sebagai anggota KPK, dia mengaku tak pernah takut terhadap kriminalisasi. "Rakyat menitipkan amanah kepada kita untuk memberantas korupsi. Kalau pun harus terkubur di gedung ini, kita harus apa, kawan-kawan? Lawan!"

"Mulai hari ini kita akan bayar pajak yang diberikan rakyat dengan darah. Sejarah akan mencatat kita sebagai orang yang bertahan di ruas pemberantasan korupsi," kata Nanang.

Orasi terakhir datang dari seorang penyidik yang enggan dicantumkan namanya. Dia menyatakan tak rela kasus Budi ditukar dengan keamanan para pegawai KPK. Sejak KPK mengusut Budi, Kepolisian 'melawan' dengan cara 'meneror' penyidik dan pegawai KPK. Pelaksana tugas Direktur Penyidikan KPK Endang Tarsa dan keluarganya beberapa kali didatangi polisi.

Kepolisian juga membuka penyelidikan terhadap pegawai KPK lain. Dua di antaranya menyasar Direktur Pengawas Internal dan Pengembangan Ary Widyatmoko karena terlibat dalam penetapan tersangka Budi ketika dia menjabat Direktur Penyelidikan KPK. Sedangkan pelaksana tugas Kepala Biro Hukum KPK Chatarina Girsang juga dilaporkan ke polisi. Polisi juga menyasar 21 penyidik KPK dengan dugaan kepemilikan senjata ilegal.

Polisi juga menetapkan tiga orang sebagai tersangka. Ketiganya yaitu Ketua KPK Abraham Samad, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, dan penyidik KPK Novel Baswedan. Dua nama pertama dinonaktifkan oleh Presiden Joko Widodo.

"Apakah mereka rela pengorbanan dibarter atas nama sinergitas antarlembaga? Mereka adalah pahlawan-pahlawan kita, singa-singa pemberantasan korupsi," kata penyidik itu. Tepat di pernyataan ini, Kepala Protokoler KPK, Elis Nurhayati, menangis. Dia enggan berkomentar saat ditanya.

Ruki dan Indriyanto, yang melihat dan mendengar aksi pegawainya sejak awal, menjadi dua orang pertama yang membubuhkan tanda tangan di kain putih. "Saya terharu. Saya dan Pak Indriyanto adalah bagian dari pegawai dan saya tak mau berpisah dengan mereka," kata Ruki.

Kain putih sepanjang 50 meter itu kini terbentang di sisi barat teras gedung KPK. Tak polos lagi lantaran sudah dibubuhi tanda tangan ratusan pegawai KPK. Walau terpapar hujan, kain sengaja tak dipindahkan karena saat ini kain itu simbol perlawanan yang dipunyai pegawai KPK.


MUHAMAD RIZKI

Source:
http://www.tempo.co/read/news/2015/0...t-dengan-Darah

emoticon-Hot News emoticon-Hot News emoticon-Hot News
0
993
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan