zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Dari Singkawang Terpanjang Se Indonesia, 108 meter,Naga Turun Dari Kayangan
Naga itu adalah power, kekuatan, kekuasaan, semangat, sehingga makhluk khayangan itu menjadi keyakinan teguh kepada kebanyakan warga Tionghoa sebagai lambang keagungan. “Sudah tiga bulan ini saya membuatnya. Untuk menyambut Imlek dan Capgome 2566, nanti ditempatkan di Taman Mei Hwa Stadion Kridasana,” tutur perancang sekaligus pembuatnya, Tjia Bun Kong, 66, ditemui Rakyat Kalbar di bekas bangunan SMP Teratai, tempat replica itu dibuat di Jalan Lingkar Roban, Kelurahan Roban, Kecamatan Singkawang Tengah, , Selasa (10/2).

Tak tanggung-tanggung, naga yang indah karya Bun Kong, panjangnya 108 meter. Kendati Imlek 2015 ini jatuh pada shio Kambing Kayu, namun naga adalah kebanggaan. Naga lampion itu akan menjadi salah satu titik perhatian pengunjung nantinya.

Naga lampion ini berbeda dengan naga-naga biasanya. Memiliki lima tanduk, merupakan simbol langit, bumi, manusia, dewa dan arwah. Di lehernya ada kain warna hitam, biru tua, kuning, merah dan biru langit. Lima warna itu memberikan makna masing-masing. Hitam melambangkan hantu atau iblis, Biru Tua melambang manusia, Kuning melambangkan bumi, Merah melambangkan langit, dan Biru Langit melambangkan dewa. Begitu dituturkan Bun Kong.

Naga ini memiliki empat taring, yang melambangkan empat penjuru alam, yakni Barat, Timur, Selatan dan Utara. “Harapannya bisa memberikan keberkahan kepada semua manusia,” jelasnya. Kalau umumnya tangan Naga memiliki empat cakar, tapi ini lima cakar yang memaknai lima elemen alam, yakni kayu, emas, api, air dan tanah. “Kalau naga lainnya kan hanya mempunyai empat cakar,” ungkap Bun Kong.

Naga lampion Imlek dan Capgome 2566 ini karakteristiknya berbeda dari taun-tahun sebelumnya. Karena itu Bun Kong harus berhati-hati membuatnya, sebab tidak asal bikin. Naga ini dibuatnya setelah mendapatkan inspirasi dari mimpi. “Ciri-ciri khas naga ini sesuai dengan mimpi yang saya alami,” ujarnya.

Karena itu, sebelum dibuat harus menjalani beberapa ritual. Salah satunya menjalani puasa makanan berjiwa atau berdarah alias daging dan harus menjadi vegetarian. “Memang terdapat ritual khusus, sebelum mulai membuatnya,” kata Bun Kong. Setelah ritual-ritual khusus itu dilaksanakan, barulah pembuatan ekor Naga. “Pembuatannya dimulai dari ekor, karena naga itu mulai terbentuk dari ekor, badan, kaki dan seterusnya dan terakhir baru kepalanya yang terbentuk,” jelas Bun Kong.

Yang menarik, Bun Kong membuat naga ini sendirian. Ada juga dibantu istrinya sebagai asisten namun bukan yang prinsip. Semua bahan naga lampion seperti rotan, kain dan lainnya disediakan Panitia Imlek dan Capgomeh Kota Singkawang 2014. “Untuk cat-nya saja dibutuhkan sekitar 40 kaleng. Semua disediakan panitia, saya hanya mengerjakannya,” ungkapnya.

Ayah tujuh anak ini begitu tekun dan fokus menciptakan naganya itu. Hampir seluruh waktunya dicurahkan kesana. “Kadang saya mengerjakannya pagi sampai siang, pulang ke rumah, sore baru lanjut lagi. Itu saya lakukan sejak tiga bulan lalu,” kata Bun Kong yang tinggal di Jl KS Tubun.

Membuat Naga Lampion memang membutuhkan tenaga ekstra dan kecermatan. “Ini kan pekerjaan halus, jadi membutuhkan ketelitian yang tinggi, agar detailnya sesuai dengan dipesankan ke kita lewat mimpi,” ujar Bun Kong yang mengaku tidak belajar atau kursus membuat naga. “Hanya dari kecil mengikuti orangtua membuat miniatur-miniatur naga.”

Kemahirannya membuat naga sejak puluhan tahun silam menyebabkan banyak orang memesannya. Juga pernah diminta untuk membuat naga di Kabupaten Bengkayang. “Dulu saya sering membuat naga, tetapi panjangnya paling-paling hanya belasan meter. Kalau sekarang ini 108 meter, ini yang terpanjang yang pernah saya buat,” ujarnya. Selain membuat Naga sepanjang 108 meter, Bun Kong juga memperbaiki Naga lainnya yang ukurannya tidak terlalu panjang. Sehingga di bekas gedung SMP Teratai itu ada dua ekor naga.

Wakil Sekretaris Panitia Festival Imlek dan Capgome Kota Singkawang 2014, Bong Wui Kong, mengatakan kedua naga itu akan ditempatkan di Taman Mei Hwa di Stadion Kridana. “Nanti akan dibuat seolah-olah naga itu turun dari kayangan ke Taman Mei Hwa,” katanya. Penempatan naga, menurut Wui Kong, juga memiliki makna tersendiri, yakni sebagai lambing bahwa pada Imlek naga turun dari kayangan memberikan berkahnya kepada manusia. (*)


http://rkonline.id/utama/menyiapkan-...-dari-kayangan


keren ganemoticon-Blue Guy Peace
0
1.1K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan