Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

okeeeeeeAvatar border
TS
okeeeeee
TERIMAKASIH PAPANDAYAN

Pagi itu, Jum’at 9 Januari 2015, terlintas di fikiran ku untuk sejenak melupakan segala penat dan kesibukan di Jakarta. Gunung Papandayan, itulah destinasi yang akan ku tuju. aku mulai mencari rekan untuk menemani ku dalam pendakian yang ku rencanakan tanggal 23 – 25 Januari 2015.

Dengan sedikit perjuangan dan kesabaran akhirnya terkumpullah 16 orang yang akan melakukan pendakian Gunung Papandayan. 9 orang dari Jakarta dan 7 orang dari Sukabumi. Bayu, Revi, Vinda, Ayu, Vany, Kak Ros, Wahyu, Anggit dan Yoga yang berangkat dari Jakarta. Dari Sukabumi Siska, Seno, Avi, Iki, Indra, Titin, dan Dek Yaya.

Hari yang di tunggu pun datang, Jum’at 23 Januari 2015. Kami yang berangkat dari Jakarta berkumpul di terminal kampung rambutan pukul 20.00 WIB. Dan tim dari Sukabumi mengkonfirmasi bahwa mereka akan berangkat pukul 22.00 WIB. Sesuai kesepakatan kita akan berkumpul di Masjid Cisurupan.

Jum’at 23 Januari 2015 tepatnya pukul 21.00 tim dari Jakarta sudah berkumpul, kecuali Anggit yang masih terjebak macet di dalam Jalur Busway, ya, entah kapan Jakarta yang kita cintai bisa terbebas dari belenggu kemacetan.
Spoiler for sebelum berangkat:

Akhirnya yang ditunggu pun datang. Anggit, dengan nafas terengah-engah datang menghampiri kami tepat pukul 23.00 WIB. Dengan senyum manisnya, Anggit meminta maaf kepada rombongan yang telah lama menunggu. Bagi kami itu tidak masalah, karena kami tidak mungkin meninggalkan satu sahabat baru bernama Anggit.

Setelah semua tim dari Jakarta lengkap, kami berangkat menuju terminal Guntur, Garut, Jawa Barat. Di dalam bis semua tampak senang dan tidak sabar untuk menyapa keindahan gunung Papandayan. Setelah 5 jam perjalanan akhirnya kami sampai di terminal Guntur pukul 04.00 WIB.

Di terminal Guntur kita beristirahat dan Sholat Isha, ya karena beberapa dari kami belum sempat Sholat Isya. Sambil menunggu teman-teman selesai Sholat aku mulai bernegosiasi dengan sopir angkot yang akan membawa kami ke pertigaan Cisurupan.
Setelah bernegosiasi akhirnya kami menaiki angkot yang akan menuju Cisurupan. Namun, terjadi sedikit masalah. Angkot yang kami naiki tidak cukup untuk membawa 9 orang yang dari Jakarta, karena ternyata di dalam angkot sudah ada pendaki lain yang sudah masuk angkot terlebih dahulu.

2 orang dari kami tidak bisa masuk ke dalam angkot yang telah kami carter. Sedikit perdebatan pun terjadi. Aku dan Revi mengalah untuk menaiki angkot lain dan bertemu di Di Cisurupan. Namun, teman-teman yang lain menolak untuk dipisahkan. “kita berangkat bareng dari Jakarta, gimana pun juga kita juga mesti bareng menuju Papandayan hingga balik lagi ke Jakarta” Ucap Kak Ros. Meskipun kita baru kenal beberapa jam, tapi suasana keakraban sudah sangat terasa.

Akhirnya kita sepakat untuk melanjutkan perjalanan dengan catatan, 2 orang dari kami boleh berbeda angkot. Tapi waktu keberangkatan harus sama. Kami pun melanjutkan perjalanan dan Pukul 04.30 WIB kami meninggalkan terminal Guntur dan menuju Cisurupan.
Pukul 05.00 WIB kami telah sampai di Cisurupan. Kami langsung menghubungi Siska, tim dari Sukabumi, yang ternyata telah menunggu di Masjid yang berada di Cisurupan. Kami pun langsung menuju Masjid dan berkenalan dengan tim dri Sukabumi.

Tak perlu waktu lama untuk mengakrabkan diri. Hanya beberapa menit kita sudah merasa dekat. Ya, inilah salah satu alasan saya untuk tetap melakukan travelling. “because travelling is always how to find new friends”.

Sembari melepas lelah, kami pun bercengkrama dan berusaha lebih mengenal satu sama lain. Adzan Subuh pun berkumandang, kami mengakhiri obrolan kami dan bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan Sholat Subuh berjamaah.
Pagi itu di Garut sungguh terasa sejuk, berbeda dengan suasana Ibu Kota Jakarta yang sumpek. Hawa dingin senantiasa menemani perjalanan kami. Selesai Sholat kami tak mau menunggu lama lagi, kami sudah tak sabar untuk menyapa ciptaan Tuhan yang teramat indah.

Pukul 05.15 kami menaiki mobil pick up yang telah kami charter. Perjalanan menuju Camp David sungguh mengesankan. Jalanan berkelok dengan pemandangan yang indah dan hawa udara pagi yang dingin menamani perjalanan kami menuju Camp David.

Pagi itu terlihat langit berwarna kuning kemerahan. Sebuah keindahan Sunrise yang kami nikmati di atas mobil pick up, hamparan perbukitan hijau yang memanjakan mata, semakin menyadarkan kami bahwa Tuhan Maha Besar dan manusia sangat kecil di hadapan-Nya.
Tak terasa kami pun telah sampai di Camp David. Kami beristirahat sebelum memulai pendakian. Perut kami sudah meminta haknya, kami pun sarapan di salah satu warung yang banyak tersedia di area Camp David ini. Pemandangan di Camp David pun sudah terlihat sangat indah. Terlihat bukit-bukit yang menjulang indah yang seakan merayu kami untuk sesegera mungkin melakukan pendakian.

Pukul 06.30 kami bersiap untuk memulai petualangan yang sebenarnya. Kami berkumpul dan melakukan ritual wajib sebelum melakukan petualangan, berdoa demi keselamatan kami dan alam Indonesia yang kami cintai. Aku pun menitipkan pesan kepada sahabat-sahabat baru ku. “Jangan ambil apapun kecuali gambar, jangan bunuh apapun kecuali waktu dan jangan tinggalkan apapun kecuali jejak kaki”

Spoiler for di camp david:


Pendakian pun dimulai. Beruntung bagi kami, pagi itu cuaca sangat cerah sehingga terlihat sepanjang pendakian terlihat lukisan Tuhan yang sangat indah.

Langkah demi langkah kami lalui. Tak terasa kami sudah sampai di Kawah Papandayan, pemandangan disini sungguh indah. Kami pun tak mau melewatkan momen berharga ini untuk diabadikan gambarnya. Tercium bau belerang yang cukup menusuk hidung kami.
Selesai berfoto ria kami melanjutkan perjalanan. Ada satu hal yang unik menurut kami. Terlihat pengendara sepeda motor trail yang bersusah payah melewati jalur pendakian Gunung Papandayan.

Spoiler for kami di kawah papandayan:


Terlihat raut muka sahabat-sahabat ku mulai terlihat lelah. Kami pun beberapa kali berhenti dan beristirahat. Ya, karena kami tidak mau terburu-buru dalam mendaki. Yang terpenting bagi kami adalah bagaimana kita menikmati perjalanan dan kembali dengan selamat.

Di tengah perjalanan aku sempat dibuat panik. Ayu, terpisah dari rombongan. Aku pun meminta sahabat-sahabatku untuk berhenti dan mencari Ayu. Aku mencoba berkeliling dan mencari Ayu. Ternyata Ayu berada di depan rombongan bersama Yoga sedang asik berfoto ria dan bernarsis ria. Hmm, untunglah tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Jangan diulangin lagi ya, Ayu.

Sepanjang jalur pendakian sungguh sangat mengesankan. Perjalanan yang dikelilingi keindahan lukisan Tuhan seakan mengobati rasa lelah kami. Namun, sangat disayangkan di beberapa tempat masih terdapat orang bodoh yang tidak bertanggung jawab. Terdapat banyak sampah dan coretan-coretan tidak penting di sepanjang jalur pendakian. Pesan dari kami “jagalah alam, gunung bukan tempat sampah, cintailah alam maka alam akan mencintai kita”

3 jam pendakian kita lalui. Sampai di pos 2 kami melakukan registrasi ulang dan beristirahat sembari berbincang santai. Beberapa dari kami ada yang rebahan di atas padang rumput yang hijau, dan ada yang membeli cilok, ya ternyata diatas gunung pun ada yang berjualan cilok.

Spoiler for di pos 2:


Kami melanjutkan perjalanan. Pukul 10.15 kami telah sampai di Pondok Saladah, tempat kami memasang tenda. Tak perlu menunggu waktu lalu kami langsung bergegas mendirikan tenda karena langit waktu itu terlihat mendung dan tampaknya akan segera turun hujan.

Benar saja, belum selesain kami mendirikan tenda hujan turun cukup deras. Dengan susah payah kami berusaha mendirikan tenda. Namun, dengan kerjasama tim yang hebat kami selesai mendirikan tenda.

Spoiler for di pondok saladah:


Hujan telah reda, kami pun langsung mengeluarkan logistik dan mulai memasak karena perut ini kembali meminta haknya untuk diisi. Terilihat para perempuan sangat sigap dalam masalah masak memasak. Tak perlu waktu lama makanan telah siap untuk disantap. menu sederhana namun terasa mewah ketika dibumbui dengan keikhlasan, rasa syukur dan persahabatan yang hangat.

Siang itu sungguh terasa dingin di Pondok Saladah. Revi, yang notabene adalah anak MAPADIKA (Mahasiswa Pencinta Alam YADIKA) tanpa berpikir panjang langsung membuat perapian kecil untuk menghangatkan badan kami. Dengan perjuangan yang tidak mudah akhirnya perapian kecil pun berhasil dibuatnya dan membuat tubuh kami sedikit hangat. Kami pun duduk-duduk di dekat perapian sembari berbincang, bercanda dan membunuh waktu.

Langit kembali cerah, kami pun bersiap mengeksplor Papandayan. Kami akan menuju hutan mati. Namun, beberapa dari kami tampaknya terlalu lelah untuk menuju hutan mati. Aku, Avi, Titin, Wahyu, Dek Yaya, Siska, Vany, Kak Ros dan Anggit masih bersemangat menuju hutan mati.



Perjalanan menuju hutan mati tidak mudah. Jalur yang licin dan berlumpur senantiasa kami temui. Namun, perjuangan kami terbayar dengan pemandangan hutan mati yang sangat indah. Hamparan pohon cantigi yang mati terkena erupsi membuat kami seakan kami berada di negri dongeng. Terasa bukan di Indonesia. Tapi inilah Indonesia.
Spoiler for hutan mati:


Waktu sudah semakin sore. Kami pun kembali ke tempat camp kami di pondok saladah. Di sana tampak teman-teman kami sedang asik berbincang. Aku pun langsung bergabung. Segelas kopi menemani kami menikmati suasana di Papandayan yang dingin.

Malam pun tiba. Tampak langit begitu cantik kala itu. Jutaan bintang menjadi atap kami di Papandayan. Beberapa dari kami masih terjaga menikmati malam. Namun, aku melilih untuk tidur lebih awal karena badan ini sudah terasa letih, good night…

Spoiler for malam hari di papandayan:


Aku tertidur terlalu lelap sampai aku melewatkan momen indah, Sunrise. Ah sudahlah. Belum rejekiku. Aku dibangunkan oleh Siska untuk sarapan yang hampir siap dan ternyata akupun disuguhkan dengan segelas teh hangat. Terimakasih Siska.

Selesai sarapan tampak sahabat-sahabat baru ku sudah tidak sabar untuk mengeksplor Papandayan. Setelah dirasa semua sudah siap, kami menuju padang edelweis, Tegal Alun. Perjalanan menuju Tegal Alun ternyata tak kalah susah dengan Hutan Mati. Jalur yang licin, lumpur yang dalam dan tanjakan terjal harus kami lalui. Lagi-lagi rasa lelah kami tak terasa karena pemandangan sepanjang pendakian seakan mengobati.
Spoiler for menuju tegal alun:


Satu jam perjalanan kami lalui dan sampailah kami di Tegal Alun. Satu kata pertama yang terucap “Subhanallah”. Sepanjang pengelihatanku terlihat hamparan bunga abadi edelweis. Sungguh kami kembali di buat takjub oleh besarnya kekuasaan Tuhan.
Spoiler for tegal alun:

Terlihat kegembiraan yang sangat ketika menginjakkan kaki di Tegal Alun. Terbayar semua perjuangan dan rasa lelah kami oleh pemandangan di Gunung Papandayan yang memanjakan mata. “ngga mau balik ke Jakarta. Gue mau disini aja”. Teriak Titin dengan sumringah
Spoiler for keceriaan di papandayan:


Cukup lama kami menghabiskan waktu bermain di Tegal Alun. Aku mencoba mengajak sahabat-sahabat baru ku untuk menuju puncak Papandayan. Namun, nampaknya kebanyakan dari kami terlalu lelah. Hanya 3 orang yang masih mampu untuk menuju puncak Papandayan. Aku, Seno dan perempuan hebat, Titin.

Kami bertiga melanjutkan perjalanan menuju puncak Papandayan, sedangkan yang lain akan turun mengeksplor Hutan Mati dan langsung kembali ke Pondok Saladah.

Perjalanan menuju Puncak Papandayan tidaklah mudah. Kami harus melewati sungai, menembus hutan dengan vegetasi yang rapat. Medan menuju puncak pun cukup menguras tenaga. Jalur yang panjang serta banyaknya tanjakan kami lewati. Kami pun harus beberapa kali beristirahat.
Spoiler for menuju puncak:


Di punjak bayangan kami beristirahat. Dan disinilah spot paling indah yang kami temui. Beruntung cuaca siang itu sangat cerah. Sehingga terlihatlah pemandangan gunung Papandayan yang sangat indah. Namun, kami beberapa kali dibuat kesal karena masih terlihat banyak sampah kami temui.

Sekitar 2 jam perjalanan kami pun sampai di Puncak Papandayan. Wow, semua rasa lelah seakan hilang ketika kita sampai. Kami cukup lama bersantai diatas puncak sambil berbincang ringan dan menikmati suasanan alam yang sangat indah.
Spoiler for enjoy puncak papandayan:


Di atas puncak kamin bertemu dengan 2 pendaki lain asal tangerang. Kami pun berbincang dengan mereka. Lama berbincang terlihat awan semakin mendung. Kami pun memutuskan untuk kembali ke camp.

Sesampai di Tegal Alun hujan pun turun deras. Kami bergegas menuju Pondok Saladah. Ternyata jalur semakin parah. Track yang semakin licin dan berlumpur serta hawa yang semakin dingin. Namun, beruntung kami selamat sampai di Pondok Saladah.

Sampai di camp di Pondok Saladah hujan mulai reda. Kami pun langsung masak dan makan. Selesai makan kami packing dan bersiap untuk turun kembali ke Camp David.

Selesai packing kami tak lupa mengumpulkan sampah kami dan membawanya turun, karena aku ingat petuah teman ku “GUNUNG BUKAN TEMPAT SAMPAH DAN PENDAKI YANG BIJAK ADALAH YANG MEMBAWA TURUN KEMBALI SAMPAHNYA”

Packing telah selesai dan kami sudah siap untuk turun. Tak lupa kami berdoa demi kesselamatan kami. Perjalanan turun kami kurang beruntung karena cuaca mulai gerimis. Namun, itu tidak mematahkan semangat kami.

Pelan tapi pasti akhirnya kami sampai di Camp David pukul 16.00 WIB dengan selamat. Di Camp David kami tim dari Jakarta harus berpisah dengan tim dari Sukabumi. Tim dari Sukabumi telah dijemput dengan mobil di Camp David menuju Sukabumi. Hmm perpisahan yang berat. Terimakasih banyak atas pengalaman baru, cerita baru dan sahabat baru.

Tim dari Jakarta pun melanjutkan perjalanan pulang. Kami harus meninggalkan Gunung Papandayan dan kembali dengan rutinitas kami di Ibukota. Kami menuju Cisurupan dengan mobil pick up, “we are pick up rider”. Celoteh Yoga.

Sampai di cisurupan kami menuju terminal Guntur dengan angkot yang telah kami carter. Dan pukul 18.30 kami sudah sampai di Terminal Guntur. Kami langsung mencari Mushola karena kami belum Sholat Maghrib.

Pukul 20.00 kami menaiki bis dan melakukan perjalanan menuju Jakarta. Pukul 01.00 kami sampai di Terminal Kampung Rambutan dan kembali menuju rumah masing-masing. Perjalanan singkat namun penuh makna. Keindahan alam Gunung Papandayan yang tak terlupanan, membuat kami semakin sadar bahwa Allah Maha Besar.

Quote:




Diubah oleh okeeeeee 06-06-2015 20:22
0
3.3K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan