1. Mengemis membuat otak semakin tumpul dan malas
Quote:
Mungkin agan dan sista sering melihat para pengemis yang masih sehat bugar bergentayangan di sekitar agan hingga membuat geram dan prasangka negatif pada mereka. Lalu timbul pertanyaan dalam diri kita,
“Mengapa mereka tidak bekerja saja?”Dan jawabannya adalah karena otak para pengemis itu malas berusaha menemukan ide untuk bekerja. Bekerja itu bukan perihal tenaga, tapi karena ada ide dan kemauan. Selama dia punya kemauan, otaknya akan terus berputar hingga menemukan solusi, sehingga selalu ada saja hal yang bisa dijual atau diupayakan untuk mendapatkan rezeki. Lagi pula Allah benar-benar maha adil, yaitu dengan memberi otak yang cemerlang pada tiap manusia untuk berfikir. Dan Allah menciptakan dunia ini dengan rezeki berlimpah, bahkan manusia selemah apapun telah ditetapkan rezekinya oleh Allah. Tinggal manusianya saja, apakah mau berfikir untuk mencari nafkah secara halal, haram, atau hanya dengan meminta-minta. Dan perlu kita pahami, hanya orang2 yang bersungguh-sungguh, mau berfikir, dan mau memanfaatkan waktu lah yang mampu menikmati karunia yang diberikanNya.
Bagaimana jika kita terus memberi uang pada pengemis? Itu sama saja dengan memberi racun terus-menerus padanya, karena semakin dia terbiasa diberi, semakin tumpul otaknya untuk berusaha

2. Pengemis yang tak pantas diberi
Quote:
Sudah jadi rahasia umum kalau banyak pengemis di negeri ini penghasilan perbulannya bisa jauh di atas UMR. Bahkan di beberapa tempat ada pengemis yang kedapatan membawa uang puluhan juta rupiah, dan ada pula yang marah kalau hanya diberi uang kecil.

Jika kita memberi uang pada pengemis sejahtera, alih2 pekerja pabrik yang giat bekerja namun gajinya hanya sebatas UMR, lalu di mana letak keadilannya?

3. Merusak moral masyarakat
Quote:
4. Membuat anak-anak putus sekolah
Quote:
Mungkin agan dan sista pernah lihat sendiri di persimpangan lampu merah ada anak-anak kecil yang disuruh mengemis dan mengamen oleh orang tuanya, sementara orang tua mereka bersantai di pojokan pohon rindang menunggu anaknya selesai mengemis. jika agan selalu memberi mereka uang, apa yang akan terjadi pada masa depan mereka? Selain menelan polusi udara setiap harinya, mereka akan putus sekolah karena dipaksa mencari uang terus-menerus. Dan jika mereka dewasa, mental pengemis akan terus melekat pada mereka, seperti layaknya kita telah terbiasa makan nasi dan sulit meninggalkannya. Lalu apa jadinya mereka nanti?

5. Membuat anak jadi durhaka
Quote:
Mungkin saja ada anak yang tega membiarkan orang tuanya yang sudah renta, atau cacat atau apalah yang membuat hati kita iba, agar beliau mengemis. Alhasil belas kasih orang membuat si pengemis tua jadi banyak uang, dan si anak lah yang menikmati. AKhirnya semakin lama mereka semakin candu kebiasaan malas dan durhaka itu.

1. Membeli barang dagangan orang-orang miskin
Quote:
Kalau ada pedagang asongan di jalan, entah jual koran, entah jual kain lap (kanebo), jual gorengan, atau apapun, cobalah beli. Lebih baik lagi kalau uangnya dilebihkan, dan katakan,
"Kembaliannya buat bapak/ibu saja, saya ikhlas". itu akan lebih baik karena memberi rezeki pada orang yang memang sangat berniat untuk bekerja. Selain itu kalau kita berbelanja keperluan sehari-hari, usahakan membeli di toko konvensional, alih-alih berbelanja di minimarket, mall, ataupun swalayan modern lainnya. Dan lebih baik lagi kalau menawar jangan terlalu sadis. Biarlah kita sedikit berbagi dengan para pedagang miskin. Para pedagang itu sudah sangat bersusah-payah menjaga dirinya agar tidak mengemis, juga memperjuangkan usahanya agar tetap berdiri di tengah persaingan kaum kapitalis yang semakin menguasai sendi-sendi perekonomian.

2. Kumpulkan uang receh kita untuk diberikan pada yang lebih berhak
Quote:
Alih2 ngasih uang receh ke pengemis dan pengamen, lebih baik uang receh itu kita kumpulkan di dalam toples. Setelah cukup, sumbangkan ke masjid, ke yayasan sekolah, yayasan panti asuhan, atau yayasan penanggulangan bencana. itu jauh lebih tepat guna dan tepat sasaran dari pada memberi pengemis yang belum tentu mereka lebih melarat dari kita.

3. Memberi sedekah pada keluarga, tetangga, teman, atau orang terdekat kita yang kurang mampu
Quote:
Kita pasti ingat pelajaran moral yang ditanamkan orang tua dan guru kita sedari kecil untuk saling membantu pada sesama, dimulai dari keluarga, tetangga, orang tedekat, hingga masyarakat luas. Dengan melihat di sekeliling kita, kita pasti paham siapa diantara keluarga dekat, saudara, atau tetangga yang benar-benar susah dan butuh pertolongan. Maka sedekah kita akan lebih tepat sasaran dan tepat guna jika disalurkan pada mereka terlebih dahulu, alih-alih kepada pengemis di jalanan yang kita tak kenal siapa mereka. Lagi pula tolong menolong seperti itu akan mempererat hubungan silaturrahmi dengan orang-orang terdekat kita.

Bahkan tanpa diminta, umumnya mereka yang merasa terbantu akan mendoakan kebaikan kita dengan sungguh-sungguh. Lain cerita dengan pengemis dan pengamen di jalanan, belum tentu kita didoakan. Kadang kalau cuma dikasih uang kecil mereka bisa marah.

4. Memberi makan alih-alih memberi uang
Quote:
Normatifnya orang memutuskan untuk mengemis memang karena mereka benar-benar lapar. Maka sudah tentu yang mereka butuhkan adalah makanan, bukan uang. Dan perlu di ingat, kalau tindakan mengemisnya itu hanya untuk keperluan sesaat, bukan untuk seterusnya. Maka sebaiknya berilah mereka makan. Lebih dari itu, alangkah baiknya kalau kita memberi mereka nasehat atau ide atau koneksi agar mereka segera mendapatkan pekerjaan sehingga bisa menafkahi diri sendiri.
* Jika kita sembarangan memberi uang pada pengemis, apakah agan dan sista yakin kalau uang tersebut akan dibelikan makanan? Kalau ternyata mereka membeli rokok, lem k*mbing, miras oplosan, bahkan narkoba, bagaimana?
** Lalu bagaimana kalau mereka beralasan ada keluarga yang sakit? Zaman sekarang ada BPJS, tinggal datang ke RSUD.
*** Kalau mereka beralasan mau mencari biaya sekolah? Zaman sekarang juga semua sekolah negeri gratis, jadi tak ada alasan untuk itu.
Secara garis besar, pengamen hanya ada 2 tipe:
Tipe pertama, pengemis berkedok jual suara
Quote:
Pengamen yang bermodal gitar seadanya, atau ukulele, atau hanya dengan sebuah krincingan dari tutup botol, lalu mereka tiba-datang menghampiri orang dan bernyanyi semaunya tanpa memperhatikan nilai-nilai keindahan sehingga membuat agan dan sista terganggu. Lalu setelah diberi uang, tanpa repot2 menyelesaikan lagunya, mereka akan pergi dan berpindah ke orang lain dan melakukan hal yang sama seterusnya. Atau sialnya lagi, kita sedang apes bertemu dengan pengamen kriminil. Kalo ketemu mereka di jalan-jalan ibu kota, jika tak diberi mereka akan menggores mobil kita dengan paku.
Tipe semacam ini adalah para pengemis yang berkedok jual suara. Artinya mereka tetap saja pengemis, dan patut diperlakukan seperti paparan di atas.
Tipe kedua, pekerja seni yang melarat
Quote:
Pengamen yang bermodalkan gitar kesayangannya (lawaupun butut), atau bekerja dengan sebuah team kecil dengan beberapa variasi alat musik sederhana, masuk ke dalam bis dan kereta, atau sekedar bertengger di trotoar jalan yang banyak orang berlalu-lalang, lalu menyanyikan lagu seindah mungkin setinggi-tingginya taraf seni yang mereka kuasai, dan di dalam hati mereka benar-benar ingin menghibur pengunjung dan mengharap orang-orang yang mendengarkan menghargai suara mereka dengan memberikan sedikit rupiah sehingga mereka bisa menyambung hidup. Dan di dalam hati kecil mereka tersimpan harapan,
“Siapa tau suatu saat ada produser yang mendengarkan dan tertarik dengan kemampuan saya”.
Tipe seperti ini adalah pengamen sejati. Mereka benar-benar berniat menjual suara mereka. Tujuan mereka bukan mengemis, tetapi bekerja di dunia seni. Namun nasib belum memihak pada mereka sehingga hanya cara itu yang bisa mereka lakukan.Walau di Indonesia jumlahnya tidak banyak, tapi di beberapa negara maju seperti Jepang dan negara-negara di eropa, mereka banyak dan benar-benar menekuni usaha mereka. Maka silahkan agan dan sista menghargai usaha mereka dengan uang dan doa.