diesviAvatar border
TS
diesvi
DARI PEMERINTAH UNTUK PENGIDAP HIV/AIDS
Pada 1 Desember 2014, penduduk dunia kembali memperingati Hari AIDS Internasional. Momentum ini digunakan oleh semua pihak yang bekerja dalam bidang penanggulangan HIV/AIDS untuk mengevaluasi upaya penanggulangan yang telah dilakukan. Sejak kemunculannya di Indonesia pada 1987, penyakit ini mengalami penyebaran yang begitu signifikan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, LSM, maupun organisasi internasional. Namun, HIV/AIDS tak kunjung menunjukkan tanda-tanda penurunan. Bahkan, Indonesia didaulat sebagai negara Asia Pasifik yang menjadi endemik pertumbuhan HIV/AIDS tercepat.

Belum ada penyakit yang diberikan pernyataan khusus oleh Dewan Keamanan PBB kecuali karena berkaitan dengan HIV/AIDS dan ebola. Keduanya dianggap menjadi ancaman kemanusiaan. Sebagai penyakit menular yang berkaitan dengan beberapa aspek, termasuk medis, religi, sosial, budaya, bahkan politik, menjadi hal yang tepat jika badan keamanan dunia ini memberikan perhatian lebih pada HIV/AIDS. Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara PBB yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada 2015.

Virus HIV "tidak mudah" menular, tidak seperti virus influenza yang bisa menyebar lewat udara atau TBC yang lewat percikan dahak atau ludah penderita hingga kita sulit menghindar. Virus HIV hanya menular lewat bertemunya cairan tubuh penderita dengan cairan tubuh orang lain. Kemungkinan ini bisa terjadi, di antaranya, lewat hubungan seksual, jarum suntik bersama, dan dari ibu ke janin atau bayi yang dilahirkan. Sejauh ini penularan paling utama (salah satunya) memang lewat hubungan seksual.

Meningkatnya jumlah penderita HIV membuat pemerintah melakukan terobosan baru dalam menangani penyakit ini. Pemerintah akan menyediakan pengobatan gratis bagi masyarakat yang mengidap virus HIV/AIDS. Anggaran untuk pelayanan obat HIV gratis ini sudah disediakan oleh pemerintah melalui Menteri Kesehatan Nila F Moeloek.

Sejauh ini, memang belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit itu. Namun, kata Nila, pemerintah telah menyediakan obat antiretroviral untuk menekan virus HIV yang telah menjangkiti tubuh penderitanya. Obat gratis antiretroviral ini cukup banyak disediakan pemerintah. Meski saat ini telah dianggarkan, bukan berarti negara terus membiayai kebutuhan obat para pengidap. Kata Nila, ketersediaan anggaran sangat terbatas.

Obat antiretroviral telah dikenal luas sebagai satu-satunya obat yang dapat menghambat perkembangan penyakit HIV/AIDS. Obat ini memang tidak menyembuhkan, tetapi setidaknya dapat memperpanjang harapan hidup penderita dan tetap bisa beraktivitas normalnya tanpa digerogoti kondisi sakitnya.

Bagaimanapun, obat medis bukanlah segalanya, jika tanpa diikuti perubahan perilaku. Kita bisa berkaca pada perkembangan penyakit lain, contohnya penyakit metabolik. Perkembangan ilmu kedokteran boleh jadi makin maju, tetapi akibat pola hidup yang tidak sehat seperti makanan cepat saji dan sebagainya, penyakit metabolik tetap berkembang. Belum lagi akibat efek samping dari obat-obat tertentu yang dikonsumsi secara terus-menerus dalam jangka waktu panjang.
emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)
0
960
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan