- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
sejarah, filosofi dan teknik pembuatan patung asmat


TS
kakikukikuk
sejarah, filosofi dan teknik pembuatan patung asmat
Penjelasan secara singkat: Suku Asmat adalah salah satu suku di Indonesia yang punya keunikan tersendiri. Terutama dalam hal seni ukir yang terwujud dalam bentuk sebuah patung. Ukiran yang mereka buat sangat luar biasa indahnya. Desainnya mengandung makna tertentu yang berhubungan dengan kepercayaan yang mereka anut.
Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat adalah daerah pegunungan di bagian selatan Papua (Irian). Suku bangsa Asmat terdiri dari Asmat Hilir dah Asmat Hulu
Asmat Hilir bertempat tinggal di dataran rendah yang luas sepanjang pantai yang tertutup hutan rimbun, rawa dan sagu. Sedangkan suku Asmat Hulu bertempat tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput yang luas. Suku bangsa Asmat menggunakan bahasa lokal yaitu bahasa Asmat.
Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat adalah daerah pegunungan di bagian selatan Papua (Irian). Suku bangsa Asmat terdiri dari Asmat Hilir dah Asmat Hulu
Asmat Hilir bertempat tinggal di dataran rendah yang luas sepanjang pantai yang tertutup hutan rimbun, rawa dan sagu. Sedangkan suku Asmat Hulu bertempat tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput yang luas. Suku bangsa Asmat menggunakan bahasa lokal yaitu bahasa Asmat.


Spoiler for contoh patung:
Spoiler for seputar suku asmat:
Suku bangsa Asmat
Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat adalah daerah pegunungan di bagian selatan Papua (Irian). Suku bangsa Asmat terdiri dari Asmat Hilir dah Asmat Hulu
Asmat Hilir bertempat tinggal di dataran rendah yang luas sepanjang pantai yang tertutup hutan rimbun, rawa dan sagu. Sedangkan suku Asmat Hulu bertempat tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput yang luas. Suku bangsa Asmat menggunakan bahasa lokal yaitu bahasa Asmat.
A. Sistem Religi / Kepercayaan
Dalam kepercayaan masyarakat Asmat, suku bangsa Asmat sekarang ini merupakan keturunan dewa yang turun dari dunia ghoib. Dewa-dewa itu turun ke bumi dan mendarat di suatu tempat di pegunungan. Dari sana mereka berpetualang dengan berbagai tantangan menelusuri sungai hingga tiba di daerah mana suku Asmat berdiam saat ini. Salah satu dewa yang dikenal adalah Fuumeripitsy yang dianggap sebagai nenek moyang suku Asmat di teluk Flaminggo
Masyarakat Asmat mempercayai macam-macam roh yang digolongkan ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Arwah nenek moyang yang baik, yang disebut Yi – ow
2. Arwah nenek moyang yang jahat, yang disebut Osbopan
3. Arwah nenek moyang yang jahat akibat orang itu mati konyol disebut Dambin – ow
Orang Asmat juga mengenal macam-macam upacara keagamaan untuk berkomunikasi dengan arwah nenek moyangnya, antara lain dengan menghiasi perisai, mengukir topeng, atau pembuatan patung.
Pembuatan benda-benda ini biasanya dimeriahkan dengan pesta makan, nyanyian dan tarian serta peragaan kisah petualangan dewa Fuumeripitsy dengan gerakan dan dialog
B. Sistem Bahasa
Bahasa baik lisan, tulisan, maupun isyarat merupakan komponen kebudayaan. Dengan bahasa, dengan bahasa, manusia dapat memberikan arti secara aktif pada suatu obyek materiil sehingga bahasa dapat merupakan dasar kebudayaan. Manusia dapat berkomunikasi karena ada bahasa-bahasa yang digunakan sebagai alat penghubung.
C. Sistem kesenian
Suku bangsa Asmat memiliki bidang seni ukiran terutama ukir patung, topeng, perisai gaya seni patung Asmat, meliputi :
1. Gaya A, Seni Asmat Hilir dan Hulu Sungai.
Patung-patung dengan gaya ini tersusun dari atas ke bawah menurut tata urut silsilah nenek moyangnya. Contohnya, mbis yang dibuat jika masyarakat akan mengadakan balas dendam atas kematian nenek moyang yang gugur dalam perang melawan musuh.
2. Gaya B, Seni Asmat Barat Laut.
Bentuk patung gaya ini lonjong agak melebar bagian bawahnya. Bagian kepala terpisah dari bagian lainnya dan berbentuk kepala kura-kura atau ikan. Kadang ada gambar nenek moyang di bagian kepala, sedangkan hiasan bagian badan berbentuk musang terbang, kotak, kepala burung tadung, ular, cacing, dan sebagainya.
3. Gaya C, Seni Asmat Timur.
Gaya ini merupakan ciri khusus gaya ukir orang Asmat Timur. Perisai yang dibuat umumnya berukuran sangat besar bahkan melebihi tinggi orang Asmat. Bagian atasnya tidak terpisah jelas dari bagian lain dan sering dihiasi garis-garis hitam dan merah serta titik-titik putih.
4. Gaya D, Seni Asmat Daerah Sungai Brazza.
Perisai gaya D ini hampir sama besar dan tingginya dengan perisai gaya C, hanya bagian kepala terpisah dari badannya. Morif yang sering digunakan aladalh hiasannya geometris seperti lingkaran, spiral, siku-siku dan sebagainya.
Kesenian yang berhubungan dengan upacara keagamaan atau penghormatan kepada roh nenek moyang, yaitu :
1) Mbisu adalah pembuatan tiang mbis atau patung nenek moyang
2) Yentpojmbu, adlah pembuatan dan pengukuhan rumah Yew
3) Tsyembu, adalah pembuatan dan pengukuhan perahu lesung
4) Yamasy, adalah upacara perisai
5) Mbipokumbu, adalah upacara topeng
D. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan meliputi pengetahuan tentang:
1. Alam sekitarnya
2. Alam flora dalam daerah tempat tinggalnya
3. Alam fauna dalam daerah tempat tinggalnya
4. Zat-zat bahan-bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungan
5. Tubuh manusia
6. Sifat-sifat dan kelakuan sesama manusia
7. Ruang dan waktu
Pengetahuan tentang alam sekitarnya berupa pengetahuan tentang musim-musim, bintang-bintang, dan tentang sifat-sifat dari gejala-gejala alam
Pengetahuan tentang alam flora merupakan salah satu pengetahuan dasar bagi kehidupan manusia dalam masyarakat kecil, terutama mata pencaharian yaitu pertanian. Pengetahuan tentang fauna merupakan pengetahuan dasar, suku-suku bangsa hidup dari berburu dan perikanan. Daging binatang merupakan unsur penting dalam makanan.
Pengetahuan tentang ciri-ciri dan zat-zat bahan-bahan mentah, benda-benda sekelilingnya juga penting bagi manusia karena tanpa itu manusia tidak mungkin dapatmempergunakan alat-alat hidup.
Pengetahuan tentang tubuh manusia dalam kebudayaan belum banyak dipengaruhi oleh ilmu kedokteran modern.
Pengetahuan dan ilmu untuk menyembuhkan penyakit-penyakit dalam masyarakat pedesaan dilakukan oleh para dukun dan tukang pijat. Manusia yang hidup dalam masyarakat perlu mengetahui sesama manusia termasuk pengetahuan tentang sopan-santun bergaul, norma dan sebagainya.
Pengetahuan tentang ruang dan waktu meliputi sistem untuk menghitung, mengukur, menimbang, untuk mengukur waktu misalnya dengan tanggalan.
E. Sistem kemasyarakatan
Suku bangsa Asmat, dalam sistem kelerabatan mengenal 3 (tiga) bentuk keluarga, yaitu :
1. Keluarga Inti Monogamy dan Kandung Poligami
2. Keluarga Luas Uxorilokal : keluarga yang telah menikah berdiam di rumah keluarga dari pihak istri
3. Keluarga Ovunkulokal : keluarga yang sudah menikah bediam di rumah keluarga istri pihak ibu.
Di samping itu, orang-orang Asmat tinggal bersama dalam rumah panggung seluas 3 x 4 x 4 meter yang disebut Tsyem. Ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan senjata dan peralatan berburu, bercocok tanam, dan menangkap ikan. Suku bangsa Asmat mengenal rumah panggung Yew seluas 10 x 15 meter. Fungsinya sebagai rumah keramat dan untuk upacara keagamaan. Yew ini pada umumnya di kelilingi oleh 10 – 15 tsyem dan rumah keluarga Luas.
Masyarakat Asmat mengenal sistem kemasyarakatan disebut Aipem. Pemimpin Aipem biasanya mengambil prakarsa untuk menyelenggarakan musyawarah guna membicarakan suatu persoalan atau pekerjaan. Syarat untuk dapat dipilih menjadi pemimpin Aipem yaitu harus orang-orang yang pandai berkelahi, kuat dan bijaksana.
F. Sistem Mata Pencaharian
Pada masyarakat yang tingkat peradaban atau kebudayaan masih sederhana, mata pencahariannya juga bersifat sederhana. Sistem mata pencaharian meliputi : berbur dan meramu, bercocok tanam di ladang, bercocok tanam dengan irigasi, beternak dan mencari ikan.
Beruburu dan meramu merupakan bentuk mata pencaharian yang tertua dan terjadi di berbagai tempat di dunia. Untuk meningkatkan hasil berburu biasanya dengan teknik tertentu missalnya dengan cara ilmu ghaib.
Di samping itu ada kebiasaan membagi hasil buruan kepada kerabat maupun tetangga. Sisanya diproses dan dijual kepada msyarakat luar dan ke pasar-pasar. Bercocok tanam di ladang merupakan bentuk bercocok tanam tanpa irigasi, tetapi lambat laun diganti dengan bercocok tanam menetap : bercocok tanam di ladang terdapat di daerah rimba tropik terutama di Asia Tenggara.
Bercocok tanam dengan irigasi timbul di berbagai dunia yang terletak di perairan sungai besar, karena tanahnya subur. Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu masalah tanah, modal, tenaga kerja dan masalah teknologi tentang irigasi, konsumsi, distribusi dan pemasaran. Berternak biasanya dilakukan di daerah sabana, stepa dan gurun. Di Asia tengah memelihara kuda, unta kambing dan domba.
Mencari ikan juga merupakan mata pencaharian yang tua ini dilakukan manusia zaman purba yang hidup di dekat sungai, danau atau laut.
G. Sistem Teknologi
Sistem teknologi dari suatu suku bangsa atau masyarakat masih sederhana, karena dilihat dari dasar-dasar, bahan-bahan, cara pembuatan dan tujuan pemberian. Peralatan hidup terdiri dari :
a Alat produksi
Berdasarkan macam bahan mentahnya maka berupa alat-alat batu, tukang, kayu, bambu dan logam. Menurut K.T Oakley dalam budaya berjudul ”Man The Tool Maker”, teknik pembuatan alat-alat batu adalah dengan : pemukulan (Percussion Hacking), penekanan (Presure Feaking), pemecahan (Chipping) dan penggilingan (Glinding). Alat-alat produksi dalam masyarakat tradisional dibedakan menurut fungsi dan lapangan pekerjaannya. Berdasarkan fungsinya, alat-alat produksi berupa alat potong, alat tusuk, alat menyalakan api, alat pukul dan sebagainya. Berdasarkan lapangan pekerjaannya, alat-alat produksi berupa alat ikat, alat tenun, alat pertanian, alat menangkap ikan, dan sebagainya.
b Senjata
Senjata dalam kebudayaan tradisional dibedakan nmenurut fungsi dan pemakaiannya. Menurut fungsinya dapat berupa alat potong, alat tusuk, senjata lepas. Sedang menurut pemakaiannya senjata digunakan untuk berburu, berperang dan sebaginya.
c Wadah
Dalam budaya masyarakat tradisional, wadah digunakan untuk menyimpan, emnimbun dan membawa barang. Berdasarkan bahan mentahnya wadah tersebut terbuat dari kayu, bambu, kulit kayu, tempurung dan tanah liat. Ada pula yang terbuat dari serat-serat seperti keranjang.
Selain tempat penyimpanan, wadah digunakan untuk memasak atau membawa barang (transportasi)
d Makanan
Makanan dilihat dari bahan mentahnya berupa sayur-sayuran dan daun-daunan, buah-buahan, biji-bijian, daging, susu, ikan dan sebaginya.
e Pakaian
Pekaian merupakan benda budaya yang sangat penting bagaimana tingkat kebudayaan masyarakat tercermin dari cara pemilihan dan mengenakan pakaian. Pada masyarakat tradisional cara berpakaian msih sangat sederhana. Dari bahan mentahnya, pekaian terbuat dari daun-daunan, seperti diikat dan dicelup. Ditinjau dari fungsinya, pakaian tradisional dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
1) Alat untuk melindungi tubuh dari pengaruh alam (panas dan dingin)
2) Lambang keunggulan
3) Simbo yang dianggap suci
4) Sebagai perhiasan
Pada masysarakat modern, fungsi pakaian sudah lebih komplek dan bervariasi. Selain keempat fungsi tersebut, pakaian merupakan simbol dan status sosial budaya.
f Perumahan
Rumah merupakan tempat berlindung bagi manusia. Rumah tradisional menurut bahan mentahnya dibuat dari serat, jerami, kayu, bambu, kulit pohon .
Ada 3 (tiga) bentuk rumah, yaitu :
1) Rumah setengah dibawah tanah (semi sub-terranian dwelling)
2) Rumah di atas tanah (surface dwellings)
3) Rumah-rumah di atas tiang (Pile dwelling)
Dilihat dari pemakaiannya rumah sebagai tempat berlindung dibagi ke dalam rumah tadah angin, tenda-tenda, rumah menetap.
Rumah menetap dapat dibedakan menjadi : rumah tempat tingggal keluarga kecil, rumah tempat tinggal keluarga besar, rumah-rumah suci, rumah-rumah pemujaan dan sebagainy
g Alat – alat transportasi
Alat-alat transportasi dengan segala jenis dan bentuknya merupakan unsur kebudayan. Sejak zaman purba, manusia telah mengembangkan alat transportasi, walaupun sifatnya masih sederhana. Pada masyarakat tradisional, alat-alat transportasi terpenting adalah rakit/sampan, perahu, kereta beroda, alat seret dan binatang. Sejak dulu manusia telah menggunakan binatang sebagai alat transportasi. Di siberia sejak dahulu orang telah menggunakan sapi, kerbau, keledai, dan gajah sebagai alat angkut. Asia Utara dan Kanada Utara, rusa Reider dan anjing menjadi binatang transpotasi yang penting. Untuk mengangkut barang menggunakan alat yang disebut Travois dan alat seret (sledge)
Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat adalah daerah pegunungan di bagian selatan Papua (Irian). Suku bangsa Asmat terdiri dari Asmat Hilir dah Asmat Hulu
Asmat Hilir bertempat tinggal di dataran rendah yang luas sepanjang pantai yang tertutup hutan rimbun, rawa dan sagu. Sedangkan suku Asmat Hulu bertempat tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput yang luas. Suku bangsa Asmat menggunakan bahasa lokal yaitu bahasa Asmat.
A. Sistem Religi / Kepercayaan
Dalam kepercayaan masyarakat Asmat, suku bangsa Asmat sekarang ini merupakan keturunan dewa yang turun dari dunia ghoib. Dewa-dewa itu turun ke bumi dan mendarat di suatu tempat di pegunungan. Dari sana mereka berpetualang dengan berbagai tantangan menelusuri sungai hingga tiba di daerah mana suku Asmat berdiam saat ini. Salah satu dewa yang dikenal adalah Fuumeripitsy yang dianggap sebagai nenek moyang suku Asmat di teluk Flaminggo
Masyarakat Asmat mempercayai macam-macam roh yang digolongkan ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Arwah nenek moyang yang baik, yang disebut Yi – ow
2. Arwah nenek moyang yang jahat, yang disebut Osbopan
3. Arwah nenek moyang yang jahat akibat orang itu mati konyol disebut Dambin – ow
Orang Asmat juga mengenal macam-macam upacara keagamaan untuk berkomunikasi dengan arwah nenek moyangnya, antara lain dengan menghiasi perisai, mengukir topeng, atau pembuatan patung.
Pembuatan benda-benda ini biasanya dimeriahkan dengan pesta makan, nyanyian dan tarian serta peragaan kisah petualangan dewa Fuumeripitsy dengan gerakan dan dialog
B. Sistem Bahasa
Bahasa baik lisan, tulisan, maupun isyarat merupakan komponen kebudayaan. Dengan bahasa, dengan bahasa, manusia dapat memberikan arti secara aktif pada suatu obyek materiil sehingga bahasa dapat merupakan dasar kebudayaan. Manusia dapat berkomunikasi karena ada bahasa-bahasa yang digunakan sebagai alat penghubung.
C. Sistem kesenian
Suku bangsa Asmat memiliki bidang seni ukiran terutama ukir patung, topeng, perisai gaya seni patung Asmat, meliputi :
1. Gaya A, Seni Asmat Hilir dan Hulu Sungai.
Patung-patung dengan gaya ini tersusun dari atas ke bawah menurut tata urut silsilah nenek moyangnya. Contohnya, mbis yang dibuat jika masyarakat akan mengadakan balas dendam atas kematian nenek moyang yang gugur dalam perang melawan musuh.
2. Gaya B, Seni Asmat Barat Laut.
Bentuk patung gaya ini lonjong agak melebar bagian bawahnya. Bagian kepala terpisah dari bagian lainnya dan berbentuk kepala kura-kura atau ikan. Kadang ada gambar nenek moyang di bagian kepala, sedangkan hiasan bagian badan berbentuk musang terbang, kotak, kepala burung tadung, ular, cacing, dan sebagainya.
3. Gaya C, Seni Asmat Timur.
Gaya ini merupakan ciri khusus gaya ukir orang Asmat Timur. Perisai yang dibuat umumnya berukuran sangat besar bahkan melebihi tinggi orang Asmat. Bagian atasnya tidak terpisah jelas dari bagian lain dan sering dihiasi garis-garis hitam dan merah serta titik-titik putih.
4. Gaya D, Seni Asmat Daerah Sungai Brazza.
Perisai gaya D ini hampir sama besar dan tingginya dengan perisai gaya C, hanya bagian kepala terpisah dari badannya. Morif yang sering digunakan aladalh hiasannya geometris seperti lingkaran, spiral, siku-siku dan sebagainya.
Kesenian yang berhubungan dengan upacara keagamaan atau penghormatan kepada roh nenek moyang, yaitu :
1) Mbisu adalah pembuatan tiang mbis atau patung nenek moyang
2) Yentpojmbu, adlah pembuatan dan pengukuhan rumah Yew
3) Tsyembu, adalah pembuatan dan pengukuhan perahu lesung
4) Yamasy, adalah upacara perisai
5) Mbipokumbu, adalah upacara topeng
D. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan meliputi pengetahuan tentang:
1. Alam sekitarnya
2. Alam flora dalam daerah tempat tinggalnya
3. Alam fauna dalam daerah tempat tinggalnya
4. Zat-zat bahan-bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungan
5. Tubuh manusia
6. Sifat-sifat dan kelakuan sesama manusia
7. Ruang dan waktu
Pengetahuan tentang alam sekitarnya berupa pengetahuan tentang musim-musim, bintang-bintang, dan tentang sifat-sifat dari gejala-gejala alam
Pengetahuan tentang alam flora merupakan salah satu pengetahuan dasar bagi kehidupan manusia dalam masyarakat kecil, terutama mata pencaharian yaitu pertanian. Pengetahuan tentang fauna merupakan pengetahuan dasar, suku-suku bangsa hidup dari berburu dan perikanan. Daging binatang merupakan unsur penting dalam makanan.
Pengetahuan tentang ciri-ciri dan zat-zat bahan-bahan mentah, benda-benda sekelilingnya juga penting bagi manusia karena tanpa itu manusia tidak mungkin dapatmempergunakan alat-alat hidup.
Pengetahuan tentang tubuh manusia dalam kebudayaan belum banyak dipengaruhi oleh ilmu kedokteran modern.
Pengetahuan dan ilmu untuk menyembuhkan penyakit-penyakit dalam masyarakat pedesaan dilakukan oleh para dukun dan tukang pijat. Manusia yang hidup dalam masyarakat perlu mengetahui sesama manusia termasuk pengetahuan tentang sopan-santun bergaul, norma dan sebagainya.
Pengetahuan tentang ruang dan waktu meliputi sistem untuk menghitung, mengukur, menimbang, untuk mengukur waktu misalnya dengan tanggalan.
E. Sistem kemasyarakatan
Suku bangsa Asmat, dalam sistem kelerabatan mengenal 3 (tiga) bentuk keluarga, yaitu :
1. Keluarga Inti Monogamy dan Kandung Poligami
2. Keluarga Luas Uxorilokal : keluarga yang telah menikah berdiam di rumah keluarga dari pihak istri
3. Keluarga Ovunkulokal : keluarga yang sudah menikah bediam di rumah keluarga istri pihak ibu.
Di samping itu, orang-orang Asmat tinggal bersama dalam rumah panggung seluas 3 x 4 x 4 meter yang disebut Tsyem. Ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan senjata dan peralatan berburu, bercocok tanam, dan menangkap ikan. Suku bangsa Asmat mengenal rumah panggung Yew seluas 10 x 15 meter. Fungsinya sebagai rumah keramat dan untuk upacara keagamaan. Yew ini pada umumnya di kelilingi oleh 10 – 15 tsyem dan rumah keluarga Luas.
Masyarakat Asmat mengenal sistem kemasyarakatan disebut Aipem. Pemimpin Aipem biasanya mengambil prakarsa untuk menyelenggarakan musyawarah guna membicarakan suatu persoalan atau pekerjaan. Syarat untuk dapat dipilih menjadi pemimpin Aipem yaitu harus orang-orang yang pandai berkelahi, kuat dan bijaksana.
F. Sistem Mata Pencaharian
Pada masyarakat yang tingkat peradaban atau kebudayaan masih sederhana, mata pencahariannya juga bersifat sederhana. Sistem mata pencaharian meliputi : berbur dan meramu, bercocok tanam di ladang, bercocok tanam dengan irigasi, beternak dan mencari ikan.
Beruburu dan meramu merupakan bentuk mata pencaharian yang tertua dan terjadi di berbagai tempat di dunia. Untuk meningkatkan hasil berburu biasanya dengan teknik tertentu missalnya dengan cara ilmu ghaib.
Di samping itu ada kebiasaan membagi hasil buruan kepada kerabat maupun tetangga. Sisanya diproses dan dijual kepada msyarakat luar dan ke pasar-pasar. Bercocok tanam di ladang merupakan bentuk bercocok tanam tanpa irigasi, tetapi lambat laun diganti dengan bercocok tanam menetap : bercocok tanam di ladang terdapat di daerah rimba tropik terutama di Asia Tenggara.
Bercocok tanam dengan irigasi timbul di berbagai dunia yang terletak di perairan sungai besar, karena tanahnya subur. Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu masalah tanah, modal, tenaga kerja dan masalah teknologi tentang irigasi, konsumsi, distribusi dan pemasaran. Berternak biasanya dilakukan di daerah sabana, stepa dan gurun. Di Asia tengah memelihara kuda, unta kambing dan domba.
Mencari ikan juga merupakan mata pencaharian yang tua ini dilakukan manusia zaman purba yang hidup di dekat sungai, danau atau laut.
G. Sistem Teknologi
Sistem teknologi dari suatu suku bangsa atau masyarakat masih sederhana, karena dilihat dari dasar-dasar, bahan-bahan, cara pembuatan dan tujuan pemberian. Peralatan hidup terdiri dari :
a Alat produksi
Berdasarkan macam bahan mentahnya maka berupa alat-alat batu, tukang, kayu, bambu dan logam. Menurut K.T Oakley dalam budaya berjudul ”Man The Tool Maker”, teknik pembuatan alat-alat batu adalah dengan : pemukulan (Percussion Hacking), penekanan (Presure Feaking), pemecahan (Chipping) dan penggilingan (Glinding). Alat-alat produksi dalam masyarakat tradisional dibedakan menurut fungsi dan lapangan pekerjaannya. Berdasarkan fungsinya, alat-alat produksi berupa alat potong, alat tusuk, alat menyalakan api, alat pukul dan sebagainya. Berdasarkan lapangan pekerjaannya, alat-alat produksi berupa alat ikat, alat tenun, alat pertanian, alat menangkap ikan, dan sebagainya.
b Senjata
Senjata dalam kebudayaan tradisional dibedakan nmenurut fungsi dan pemakaiannya. Menurut fungsinya dapat berupa alat potong, alat tusuk, senjata lepas. Sedang menurut pemakaiannya senjata digunakan untuk berburu, berperang dan sebaginya.
c Wadah
Dalam budaya masyarakat tradisional, wadah digunakan untuk menyimpan, emnimbun dan membawa barang. Berdasarkan bahan mentahnya wadah tersebut terbuat dari kayu, bambu, kulit kayu, tempurung dan tanah liat. Ada pula yang terbuat dari serat-serat seperti keranjang.
Selain tempat penyimpanan, wadah digunakan untuk memasak atau membawa barang (transportasi)
d Makanan
Makanan dilihat dari bahan mentahnya berupa sayur-sayuran dan daun-daunan, buah-buahan, biji-bijian, daging, susu, ikan dan sebaginya.
e Pakaian
Pekaian merupakan benda budaya yang sangat penting bagaimana tingkat kebudayaan masyarakat tercermin dari cara pemilihan dan mengenakan pakaian. Pada masyarakat tradisional cara berpakaian msih sangat sederhana. Dari bahan mentahnya, pekaian terbuat dari daun-daunan, seperti diikat dan dicelup. Ditinjau dari fungsinya, pakaian tradisional dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
1) Alat untuk melindungi tubuh dari pengaruh alam (panas dan dingin)
2) Lambang keunggulan
3) Simbo yang dianggap suci
4) Sebagai perhiasan
Pada masysarakat modern, fungsi pakaian sudah lebih komplek dan bervariasi. Selain keempat fungsi tersebut, pakaian merupakan simbol dan status sosial budaya.
f Perumahan
Rumah merupakan tempat berlindung bagi manusia. Rumah tradisional menurut bahan mentahnya dibuat dari serat, jerami, kayu, bambu, kulit pohon .
Ada 3 (tiga) bentuk rumah, yaitu :
1) Rumah setengah dibawah tanah (semi sub-terranian dwelling)
2) Rumah di atas tanah (surface dwellings)
3) Rumah-rumah di atas tiang (Pile dwelling)
Dilihat dari pemakaiannya rumah sebagai tempat berlindung dibagi ke dalam rumah tadah angin, tenda-tenda, rumah menetap.
Rumah menetap dapat dibedakan menjadi : rumah tempat tingggal keluarga kecil, rumah tempat tinggal keluarga besar, rumah-rumah suci, rumah-rumah pemujaan dan sebagainy
g Alat – alat transportasi
Alat-alat transportasi dengan segala jenis dan bentuknya merupakan unsur kebudayan. Sejak zaman purba, manusia telah mengembangkan alat transportasi, walaupun sifatnya masih sederhana. Pada masyarakat tradisional, alat-alat transportasi terpenting adalah rakit/sampan, perahu, kereta beroda, alat seret dan binatang. Sejak dulu manusia telah menggunakan binatang sebagai alat transportasi. Di siberia sejak dahulu orang telah menggunakan sapi, kerbau, keledai, dan gajah sebagai alat angkut. Asia Utara dan Kanada Utara, rusa Reider dan anjing menjadi binatang transpotasi yang penting. Untuk mengangkut barang menggunakan alat yang disebut Travois dan alat seret (sledge)
Diubah oleh kakikukikuk 23-11-2014 17:09
0
42.9K
Kutip
36
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan