Air Defense: South Korea Declines SM-3

Korea Selatan baru baru ini mengkorfirmasi bahwa mereka tidak membeli rudal anti-rudal buatan Amerika SM-3 untuk ketiga kapal perusak yang dilengkapi Aegis atau untuk sistim darat Aegis.
Dan Korea Selatan membeli rudal anti-rudal PAC-3 untuk sistim Patriot penempatan darat, dan mengembangkan sendiri rudal anti-rudal dengan kemampuan menyerupai SM-3.
Korea Selatan sudah mempunyai industry persenjataan yang mumpuni dalam dua dekade terakhir ini dan ingin memperlihatkan bahwa mereka mampu mengerjakan barang berteknologi tinggi (seperti sistim anti rudal)

Korea Selatan sudah membeli rudal anti-rudal Standard 2 (SM-2 Blok IV) untuk ketiga kapal perusak Aegis mereka.
Versi ini efektif melawan kepala rudal balistik yang sedang menuju target.
Dalam satu pengujian, sebuah rudal SM-2 Blok IV menghancurkan sebuah kepala balistik pada jarak 19 kilometer dari target.
Yang lebih khusus (dan dua kali lebih mahal) SM-3 adalah dikhususkan peruntukannya sebagai anti rudal, dan SM-2 Blok IV bagus untuk digunakan sebagai penangkal rudal balistik dan pesawat.
Korea Selatan juga membeli versi anti pesawat (Blok IIIB) Sm-2 untuk kapal perusak mereka.

Penolakan SM-3 ini adalah kejutan bagi banyak kalangan.
Ditahun 2012 Korea Selatan mempunyai kapal perusak kelas “Sejong The Great”.
Ini kemungkinan kapal perang terakhir yang dilengkapi dengan Aegis bagi Korea Selatan.
Yang pertama mulai bertugas ditahun 2008, dan Korea Selatan ingin membuat 6 buah, tetapi biaya kelihatannya terlalu mahal.
Kapal kapal perang ini disebut juga kapal perusak rudal berpenuntun kelas KDX-III (Korean Destroyer Experimental) dan didisain untuk beroperasi jauh dari Korea Selatan.
Membangun 6 buah adalah bagian dari perencanaan dimana membei kemampuan Korea Selatan unjuk gigi di kancah internasional (atau paling tidak regional).
Rencana ini berubah ketika ditahun 2010 Korea Selatan menenggelamkan sebuah kapal perang jenis korvet dengan sebuah torpedo, dan kemudian menembakkan artileri kesebuah pulau Korea Selatan disebelah barat.

Korea Selatan sendiri sudah mempunyai angkatan laut yang sangat kuat.
Sebelum KDX III, dimulai dengan KDX-1 yang operasional ditahun 1998 berbobot 3.900 ton, dan KDX-II berbobot 5.500 ton ditahun 2002.
KDX-III yang berbobot 9.900 ton hampir seukuran dengan kapal perusak rudal berpenuntun Amerika kelas Arleigh Burke.
Malah sebenarnya, KDX III sedikit lebih besar dari Arleigh Burke dan mempunyai 128 VLS untuk rudal, dibanding hanya 96 di Burke.
Tabung VLS biasanya membawa 80 rudal anti-pesawat SM-2, 32 rudal penjelajah, dan 16 torpedo anti-kapal selam didalam VLS.
Ada pula 6 tabung torpedo anti kapal selam. Juga terdapat sebuah meriam 5 inch (127mm), 2 kanon otomatis caliber 30mm dan peluncur banyak rudal RAM untuk pertahanan anti-rudal.
KDX juga membawa 2 buah helicopter. KDX III adalah kapal Korea pertama yang cukup besar untuk menampung sistim Aegis dan dianggap akan mendapat SM-3 upgrade (dimana beberapa kapal Aegis Jepang juga memiliki).
Dibangun di Korea Selatan, KDX III menghabiskan biaya $930 juta untuk satu unit.
Korea Selatan menyukai radar Aegis karena dapat mengidentifikasi setiap peluncuran rudal didalam Korea Utara dan ini dirasa cukup dimana Korea Selatan mempunyai sistim lain untuk menghancurkan roket dan rudal Korea Utara.

http://www.strategypage.com/htmw/hta.../20140619.aspx

dari tulisan ini terlihat ada dilema dalam pengambil keputusan pengadaan KDX.

Disatu pihak menyukai Aegis sistim karena dapat mengetahui segera peluncuran segala rudal oleh Korut di udara, tetapi dilain pihak Korsel juga melihat kelemahan kaprang terhadap subs dengan tenggelamnya korvet Korsel.

Tapi patut diacungi jempol pada semangat mereka untuk membuat sendiri rudal anti-rudal yang direncanakan untuk kemandirian pertahanan negara.

yang gua bold, program strategis pertahanan udara suatu negara dapat berubah akibat sebuat kapal selam, lebih parah dan spesifik lagi kapal selam mini