VIVAnews - Barangkali BlackBerry pernah menjadi ponsel pintar idaman Anda, beberapa tahun lalu. Tapi kini popularitas ponsel pintar besutan perusahaan Kanada itu telah melewati masa keemasannya di Indonesia.

Berdasarkan angka pasar IDC, tercatat pangsa pasar BlackBerry per semester pertama 2014, tinggal 3 persen saja, dengan penjualan 305.585 perangkat. Angka itu merosot tajam dalam tiga tahun terakhir, yang mana pangsa pasar mencapai puncak 43 persen dengan menjual 2,5 juta perangkat.

Sinyal BlackBerry mulai tak laku disampaikan salah satu penjaga penjual ponsel di Jakarta, Steven Chandra. Ia mengaku dalam beberapa tahun lalu 90 persen ponsel yang ia jual merupakan brand BlackBerry, namun kini untuk menjual satu ponsel BlackBerry saja sangat susah.

"Sekarang saya hampir tak bisa menjual (ponsel BlackBerry)," ungkap Chandra, kepada The Globe and Mail yang dikutip Phone Arena, Kamis 6 November 2014. Disebutkan konsumen ponsel di Indonesia telah meninggalkan BlackBerry.

Merosotnya pangsa pasar BlackBerry juga menjadi perhatian mantan Country Head BlackBerry Indonesia, Andy Cobham. Ia justru menyalahkan manajemen pusat BlackBerry atas kampanye yang dilakukan untuk mengembangkan pertumbuhan brand.

Cobham menunjuk langkah promo BlackBerry Bold 9790 atau Bellagio, pada akhir 2011 lalu, yang didiskon 50 persen, bagi seribu pembeli pertama. Promo itu, menurutnya, merupakan salah satu langkah salah BlackBerry.

Kantor BlackBerry Indonesia, menurutnya, sempat meyakinkan kantor pusat BlackBerry untuk membatalkan cara promosi itu. Alasannya, metode ini bisa berpotensi menjadi kerusuhan.

Dan memang kenyataannya, promosi yang digelat di depan pintu Pasific Place, Hotel Ritz Carlton, Jakarta itu membludak dan akhirnya kerusuhan pecah. Banyak pengantre yang terluka.

Selain itu, BlackBerry dinggap tak memiliki kemauan baik atas pasar pasar Indonesia. Hal ini terjadi saat mantan CEO BlackBerry, Thorsten Heins menyatakan fokus perusahaan akan meninggalkan pasar konsumen dan beralih ke bisnis enterprise.

Fokus pasar ini kurang cocok dengan Indonesia yang di mana mayoritas merupakan konsumen individu. "BlackBerry merupakan produk kelas dunia, sayangnya Waterloo (kantor pusat BlackBerry) salah urus. Mereka bukan pemain global, hanya kota yang kecil," kritik Andy Cobham.

Bangkit

Meski pangsa pasar makin tergerus, juru bicara BlackBerry, Matt Steward menegaskan perusahaan bakal berupaya untuk membangkitkan pasar di Indonesia.

Secercah harapan kebangkitan ada pada perubahan produksi BlackBerry yang menggandeng Foxconn. Kerjasama ini telah menghasilkan BlackBerry Z3 yang dirilis pada tahun ini.

Produk Z3 memang menyasar pasar negara berkembang di dunia, tentunya dengan harga terjangkau. BlackBerry bahkan menempatkan Indonesia secara spesial dalam produk Z3 itu. Peluncuran perdana BlackBerry Z3 digelar di Jakarta, dengan perangkat terbatas, BlackBerry Z3 Jakarta Edition.

Selain memancing pasar dengan produk terjangkau, BlackBerry juga mengharapkan pada aplikasi messaging andalannya, BlackBerry Messager (BBM). Aplikasi itu kini sudah terbuka ke multiplatfrom mobile.

BlackBerry mengaku dalam setahun terakhir ini, pengguna BBM meningkat jadi 150 persen. Produsen asal Kanada itu juga berharap pada perluasan layanan BBM yaitu BBM Money, untuk keperluan transaksi melalui perangkat mobile.

Jubir BlackBerry mengatakan perusahaan bakal menjangkau konsumen di Indonesia, dengan sasara profesional mobile.

"Indonesia telah menjadi salah satu pasar konsumen terkuat BlackBerry. Tapi kami sangat yakin konsumen saat ini akan profesional mobile. BlackBerry akan terus menjadi pemain nomor satu untuk konsumen," tegas jubir BlackBerry. (ita)

=======================================================
Sumber :

=======================================================

Blackberry oh Blackberry sungguh malang nasibmu...
Masa jaya mu telah lewat..... nih para pejabat nya sampe binggung mau jualan apa, harga sampe di banting2 pun ramenya cuma sesaat...