Senin, 27 oktober 2014 The Jakmania menyatakan bahwa pihaknya menolak dilangsungkannya semi final Indonesia Super League (ISL) di Stadion Utama Gelora Bung Karno dikarenakan alasan keamanan. Ya, kita tahu The Jakmania memang memiliki hubungan yang tidak kunjung membaik dengan seterunya Viking, yang notabenenya sudah dipastikan akan tampil di laga semi final. Sedikit miris ketika pernyataan tersebut dikeluarkan tepat sehari sebelum peringatan Sumpah Pemuda - ya mungkin sedikit lebih sopan lah ketimbang tepat di hari peringatan Sumpah Pemuda. Hari Sumpah Pemuda diperingati untuk mengenang ikrar para pemuda untuk bersatu dan menghilangkan sifat kedaerahannya. Apa yang terjadi sekarang ini rasanya malah terbalik dengan semangat para pemuda dulu. Kita malah terlena dengan sifat kedaerahan yang dulu dengan susah payah dihilangkan.
Penolakan penggunaan SUGBK tersebut tentunya mengundang 'serangan' dari pengguna media sosial, beberapa mengatakan bahwa The Jakmania tidak berhak melarang penggunaan SUGBK karena bukan milik dari pihak Persija, ada juga yang menganggap mereka hanya sekedar iri karena tim seterunya lolos. Pihak The Jak menanggapi dengan dingin dan berdalih bahwa mereka hanya melakukan tidakan preventif, karena kemungkinan besar akan terjadi keributan.
Sedikit lucu menurut saya (no offense) karena tindakan preventif yang diambil justru seharusnya merupakan pilihan paling terakhir. Layaknya tindakan preventif pada keselamatan kerja yang selalu memilih pilihan terakhir dengan penggunaan APD, padahal sebenarnya bila dipikirkan secara matang masih banyak tidakan preventif lain yang justru lebih bisa menguntungkan banyak pihak.
Pada akhirnya dimanapun laga Semi final dan Final ISL akan digelar, kita harus mengingat kembali apa yang menjadi tujuan diadakannya ISL adalah untuk memajukan cabang olahraga sepak bola di Indonesia. Tim manapun yang menjadi juara saya akan lebih senang apabila Timnas kita mengangkat trofi di Piala AFF nanti.