Indonesia, siapa sih yang tidak mengenal sosok Bung Karno?
Sebagai seorang Presiden yang kharismatik dan penuh pesona maka tak berlebihan jika dalam perjalanan hidup Bung Karno banyak tersandung dengan masalah wanita. Tapi apakah semua itu mutlak kesalahan Bung Karno ? Tidak, sekali lagi tidak. Siapakah yang harus disalahkan bila Bung Karno terlahir dengan penuh pesona.
Daya tarik dan pesona Soekarno inilah yang juga sulit untuk ditolak oleh beberapa perempuan yang pernah hadir sebagai penghias hati bapak proklamator Indonesia ini.
Tercatat ada 9 orang wanita yang pernah dinikahinya. Sampai akhir hidupnya, beberapa telah berstatus sebagai mantan istri dan beberapa lagi masih menjadi istri yang sah.
Soekarno memang adalah seorang pecinta dan pemuja wanita. Ibarat kumbang di taman yang hinggap dari satu bunga ke bunga yang lain, demikianlah Soekarno. Selain sosok yang kharismatik, Bung Karno juga merupakan sosok yang sangat romantis, hal itu terbukti dari kegemarannya menulis surat-surat cinta yang pernah Beliau kirim untuk beberapa istri dan mantan istrinya, antara lain:
1. Oetari Tjokroaminoto
Spoiler for 1. Oetari Tjokroaminoto:
Oetari Tjokroaminoto adalah istri pertama Soekarno sekaligus putri sulung Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam yang juga sebagai guru Soekarno. Soekarno menikahi Oetari usianya belum genap 20 tahun. Siti Oetari sendiri waktu itu berumur 16 tahun. Soekarno menikahi Oetari pada tahun 1921 di Surabaya.
Alasan utama pernikahan itu : “aku mendatangi Pak Tjokro dan mengajukan lamaranku. Dia sangat gembira dan oleh karena akan menjadi menantu aku segera dipindahkan ke kamar yang lebih besar dengan perabot yang lebih banyak. Sampai di hari ia menutup mata, ia (Pak Tjok) tak perah mengetahui, bahwa aku mengusulkan perkimpoian ini hanya karena aku sangat menghormatinya dan menaruh kasihan kepadanya.”
Bung Karno kepada Oetari pernah berkata: "Lak, tahukah engkau bakal istriku kelak? Orangnya tidak jauh dari sini, kau ingin tau? boleh. Orangnya dekat sini kau tak usah beranjak, karena orangnya ada di sebelahku"
Sewaktu itu Soekarno menumpang di rumah HOS Tjokroaminoto, Jl. Peneleh II/27 Surabaya, ketika sedang menempuh pendidikan di sekolah lanjutan atas. Soekarno menikahi Oetari untuk meringankan beban keluarga Tjokro. Kala itu istri Tjokro baru saja meninggal. Soekarno tidak mencintai Oetari sebagaimana seorang suami mencintai istrinya. Begitu pula Oetari. Dunia pergerakan Soekarno dan dunia kanak-kanak Oetari terlalu berseberangan. Hubungan mereka pun lebih seperti,kakak-adik.
2. Inggit Garnasih
Spoiler for 2. Inggit Garnasih:
Inggit Garnasih (lahir di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 17 Februari 1888, merupakan istri kedua Bung Karno. Kala itu Soekarno kos di Bandung tahun 1921. Sejak awal pertemuan di rumah Inggit Garnasih, dia sudah mengagumi sosok Inggit yang matang dan cantik.Mereka menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung. Pernikahan mereka dikukuhkan dengan Soerat Keterangan kimpoi No. 1138 tertanggal 24 Maret 1923, bermaterai 15 sen, dan berbahasa Sunda. Soekarno berusia 20 tahun dan Inggit berusia 33 tahun kala itu. Sebelumnya Inggit pernah menikah dengan Haji Sanusi, tetapi pernikahan Inggit dengan Haji Sanusi pun tidak bahagia. Pada sosok Soekarno, Inggit menemukan pelabuhan cintanya. Inggit begitu telaten melayani dan mendengarkan Soekarno. Berikut adalah salah satu isi dari surat Bung Karno yang ditujukan kepada Inggit Garnasih:
"Aku kembali ke Bandung, dan kepada tjintaku yang sesungguhnya."
3. Fatmawati
Spoiler for 3. Fatmawati:
Fatmawati yang bernama asli Fatimah lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923. Dalam pembuangan di Bengkulu, Soekarno bertemu Fatmawati. Gadis muda ini adalah putri tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Usia Soekarno dan Fatmawati terpaut 22 tahun lebih muda. Hubungan dengan Fatmawati membuat pernikahan Soekarno dengan Inggit Garnasih berakhir. Inggit menolak dipoligami dan memilih pulang ke Bandung.
Tanggal 1 Juni 1943, Soekarno dan Fatmawati menikah. Soekarno berusia 42 tahun dan Fatma 20 tahun. Setelah Indonesia merdeka, Fatma menjadi ibu negara yang pertama. Dia juga yang menjahit bendera pusaka merah putih.
Berikut adalah isi-isi dari kedua surat cinta yang ditulis Bung Karno untuk Fatmawati: "Engkau menjadi terang dimataku. Kau yang akan memungkinkan aku melanjutkan perdjuanganku yang maha dahsyat."
"Dari ribuan dara di dunia. Kumuliakan engkau sebagai dewiku. Kupuja dengan nyanyian mulia, kembang & setanggi dupa hatiku"
4. Hartini
Spoiler for 4. Hartini:
Hartini, adalah seorang janda beranak lima, ketika “ditemukan” Bung Karno di Salatiga, tahun 1952. Dalam buku Srihana-Srihani Biografi Hartini Sukarno, terpapar pengakuan Hartini ihwal momen yang kemudian mengubah jalan hidupnya, di rumah Walikota Salatiga. Ia mengaku, gugup dan senang ketika maju dan mengulurkan tangan kepada Bung Karno. Hartini ingat betul, Bung Karno menjabat tangan Hartini begitu hangat dan… lama! Bung Karno benar-benar terkesiap oleh kecantikan Hartini dengan segala kelebihannya sebagai sesosok perempuan. Sambil tetap memegang tangan Hartini, Bung Karno bertanya basi, “Rumahnya di mana? Anaknya berapa? Suami?”
Demi waktu, hari itu Sukarno jatuh cinta kepada Hartini pada pandangan pertama. Itu pula yang dikatakan Sukarno di kemudian hari dalam surat-surat cintanya kepada Hartini.
Pasca pertemuan pandang yang pertama antara Presiden Sukarno dan Hartini di rumah Walikota Salatiga. Perjalanan dinas selanjutnya, menyisakan satu ruang yang hampa di ruang hatinya. Acara-acara kepresidenan selanjutnya, menyisakan satu ruang kosong di ruang pikirnya. Benar, sebongkah rasa, sebutir pikir, telah tertinggal di Salatiga, bersama kenangan mendebarkan saat jumpa Hartini, jagoan pemasak sayur lodeh.
Bahkan, sesampai di Jakarta, bayang-bayang wajah ayu Hartini tetap meliuk-liuk indah menemani tatapan-tatapan kosong Sukarno. Senyum manis dari bibir yang indah, serta sorot mata lembut tapi menusuk, menjadi santapan lamunan Sukarno.
Bangkit dari himpitan cinta, bangkit dari lamunan, Sukarno langsung mengambil secarik kertas, memungut sebuah pena, dan menulis sebaris kata.
Untaian kata-kata cinta tadi, tercatat dalam sejarah cinta Sukarno – Hartini, sebagai surat cinta pertama yang isinya adalah sebagai berikut:
“Tuhan telah mempertemukan kita Tien, dan aku mencintaimu. Ini adalah takdir.”
Si penerima surat yang dipanggil dengan panggilan kesayangan “Tien”, kaget bukan kepalang. Belum selesai hatinya galau demi menerima surat cinta dari Presiden Republik Indonesia, sudah datang lagi telegram-telegram, dan surat-surat bernada cinta selanjutnya.
“Ketika aku melihatmu untuk kali yang pertama, hatiku bergetar. Mungkin kau pun mempunyai perasaan yang sama. Ttd: …. SRIHANA.
Begitu salah satu surat cinta yang datang kemudian. Ihwal nama SRIHANA? Itu adalah nama samaran Bung Karno. Adalah Bung Karno yang juga memberikan nama SRIHANI kepada Hartini, sebagai nama samaran pula. Alhasil, surat-menyurat Bung Karno – Hartini selanjutnya terus mengalir menggunakan nama samaran SRIHANA – SRIHANI.
Surat cinta Bung Karno untuk Hartini yang lain salah satunya mengungkapkan: “Tien, I can’t work without you. Meski kamu istri kedua (setelah Fatmawati-red), kamu tetap istri saya yang sah. Biarpun kamu tidak tinggal di Istana Negara, kamu tetap mejadi ratu. Kamu akan menjadi ratu yang tidak bermahkota di Istana Bogor.”
5. Haryati
Spoiler for 5. Haryati:
Hariyatie merupakan salah satu istri yang dinikahi Bung Karno pada tanggal 21 Mei 1963. Waktu itu, Hariyatie masih tinggal di rumah Jl Madiun, Menteng – Jakarta Pusat. Sekian banyak tulisan tangan Sukarno, berikut satu surat yang ia tulis 31 Agustus 1963, ditujukan kepada Hariyatie.
Surat itu terdiri atas dua lembar. Pada sisi kertas ditulis miring, Bung Karno menulis “Bali saka hotel, ora bisa turu, njur nulis layang iki”(Pulang dari hotel, tidak bisa tidur, lantas menulis surat ini). Memang, surat kepada Harijatie banyak dituang dalam bahasa Jawa. Berikut kutipan surat tersebut:
Yatie adikku wong ayu,
Iki lho arloji sing berkarat kae. Kulinakna nganggo, mengko sawise sesasi rak weruh endi sing kok pilih: sing ireng, apa sing dek mau kae, apa karo-karone? Dus: mengko sesasi engkas matura aku (Dadi: senajan karo-karone kok senengi, aku ya seneng wae).
Masa ora aku seneng! Lha wong sing mundut wanodya pelenging atiku kok! Aja maneh sekadar arloji, lha mbok apa-apa wae ya bakal tak wenehke.
Tie, layang-layangku ki simpenen ya! Karben dadi gambaran cintaku marang kowe kang bisa diwaca-waca maneh (kita baca bersama-sama) ing tembe jen aku wus arep pindah-omah sacedake telaga biru sing tak ceritake dek anu kae. Kae lho, telaga biru ing nduwur, sak nduwure angkasa. Coba tutupen mripatmu saiki, telaga kuwi rak katon ing tjipta! Yen ing pinggir telaga mau katon ana wong lanang ngagem jubah putih (dudu mori lho, nanging kain kang sinulam soroting surya), ya kuwi aku, — aku, ngenteni kowe. Sebab saka pangiraku, aku sing bakal ndisiki tindak menyang kono, — aku, ndisiki kowe!
Lha kae, kembang semboja ing saknduwure pasareanku kae, — petiken kembang iku, ambunen, gandane rak gandaku. Dudu ganda kembang, nanging sawijining ganda kang ginawe saka rasa-cintaku. Sebab, oyote kemboja mau mlebu ing dadaku ing kuburan.
Masmu
Soekarno
Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih isi suratnya adalah sebagai berikut: Yatie, adikku yang ayu,
Ini lho, arloji bertahta emas itu. Biasakan memakai, nanti setelah sebulan kamu akan tahu mana yang hendak dipilih, yang hitam atau yang satunya, atau keduanya? Jadi, nanti sebulan lagi, bilanglah (walaupun suka keduanya, aku senang juga).
Masa aku tidak senang, lha yang meminta saja wanita jantung hatiku! Jangankan sekadar arloji, minta apa pun akan aku beri.
Tie, surat-suratku ini tolong disimpan ya! Supaya menjadi gambaran cintaku kepadamu, yang bisa dibaca-baca lagi (kita baca bersama-sama) pada suatu saat nanti, kala aku mau pindah-rumah di dekat telaga biru yang saya ceritakan ketika itu. Itu lho, telaga di atas, di atasnya angkasa. Coba kau pejamkan matamu sekarang, maka kau akan bisa membayangkan telaga itu! Kalau di tepian telaga tadi tampak lelaki berjubah putih (bukan kain kafan lho… tetapi kain yang bersulamkan pancaran sinar matahari), ya itu aku, –aku, menunggumu. Sebab dari perkiraanku, aku yang bakal mendahului pergi ke sana, aku mendahuluimu!
Lha itu, kembang kamboja di atas nisanku, petiklah kembang itu, ciumilah, maka kamu akan rasakan aroma tubuhku. Bukan aroma bunga, tetapi sebuah aroma yang tercipta dari rasa-cintaku. Sebab, akar kamboja itu menusuk menembus dadaku, di dalam kuburan sana.
Masmu
Soekarno
selain itu pula terdapat lagi sepucuk surat yang dituliskan Bung Karno untuk Haryati
Isinya kurang lebih adalah sebagai berikut: Untuk Yatie Isteriku
Petundjuk Hidup
Soekarno,
26/1'65
Hidup adalah satu rangkaian kedjadian-kedjadian,
pengalaman-pengalaman,
persoalanpersoalan,
dan agar manusia dapat mendjalani rangkaian itu dengan baik,
maka diberikanlah oleh Tuhan kepada manusia Qur'an ini sebagai pandu dan petundjuk..
Yatie, ikutilah petundjuk-petundjuk itu!
Tjintaku
Soekarno
6. Ratna Sari Dewi
Spoiler for 6. Ratna Sari Dewi:
Ratna Sari Dewi adalah wanita keenam yang dinikahi Soekarno. Lahir dengan nama Naoko Nemoto di Tokyo, 6 Februari 1940, Dewi dinikahi sang proklamator saat usia 19 tahun.
Kisah pertemuan Soekarno dan Dewi cukup menarik. Gadis Jepang itu berkenalan dengan Soekarno lewat seseorang ketika Bung Karno berada di Hotel Imperial, Tokyo. Sebelum menjadi istri Soekarno, Dewi adalah seorang pelajar sekaligus entertainer. Gosip beredar bahwa dia adalah seorang geisha. Namun rumor itu berkali-kali dibantahnya.
Dalam sebuah surat semi puisi yang ditulis Bung Karno tanggal 6 Juni 1962, salah satu bagiannya yang sangat lembut, romantis, sekaligus menggemparkan berbunyi:
“Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai seorang istri, yang aku cintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia meninggal kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersama aku.”
Selain itu Bung Karno kepada Ratna Sari pernah menulis: "Sudilah menjadi sumber kegembiraan bagiku. Kebahagianku, sumber kekuatan ku, jadilah sumber ilhamku"
7. Yurike engasr
Spoiler for 7. Yurike engasr:
Pertama kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike engasr pada tahun 1963. Kala itu Yurike masih yang masih berstatus pelajar menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara Kenegaraan.
Pertemuan itu rupanya langsung menarik perhatian Sang Putera Fajar. Perhatian ekstra diberikan sang presiden kepada gadis bau kencur itu, mulai dari diajak bicara, duduk berdampingan sampai diantar pulang ke rumah. Rupanya, benih-benih cinta sudah mulai di antara keduanya. Singkat waktu, Bung Karno menyatakan perasaannya dan menyampaikan ingin menikah dengan sang pujaan hati. Seutai kalung pun diberikan ke Yurike.
Akhirnya, Bung Karno menemui orangtua Yurike. Pada 6 Agustus 1964, dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta itu menikah secara islam di rumah Yurike.
Bung Karno kepada Yurike dalam surat yang pernah ditulisnya mengatakan: "Yury,
I came to you today,
but were out (to Wisma School)
I came only to say "I love you"
Yours,
Soekarno."
8. Kartini Manoppo
Spoiler for 8. Kartini Manoppo:
Sosok wanita ini merupakan salah satu istri yang paling dicintai oleh Soekarno. Kartini Manoppo menjadi istri Bung Karno yang kelima. Keduanya menikah pada tahun 1959.
Soekarno kepada Kartini Manoppo: “Aku mencintai kamu, aku ingin kau membalas cintaku….sekarang juga saya minta kepastian darimu ya atau tidak"
"Ikutlah bersamaku. Terbang bersama aku. Tetaplah jadi kekasihku"
Awal mula Bung Karno jatuh hati pada wanita yang pernah jadi pramugari Garuda Indonesia itu saat melihat lukisan karya Basuki Abdullah. Sejak saat itu, Kartini tak pernah absen tiap kali Bung Karno pergi ke luar negeri. Kartini merupakan wanita asal Bolaang Mongondow, Sulawesi.
Dia terlahir dari keluarga terhormat, sehingga Kartini menutup rapat-rapat pernikahannya dengan Bung Karno. Sejarah mencatat, Kartini merupakan istri kedelapan Sang Putera Fajar.
9. Heldy Jafar
Spoiler for 9. Heldy Jafar:
Heldy Djafar merupakan istri terakhir Soekarno, istri kesembilan. Keduanya menikah pada 1966, kala itu Bung Karno berusia 65 tahun sedangkan Heldy gadis asal Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur itu, masih berusia 18 tahun. (Saat itu kekuasaan Soekarno mulai pudar)
Pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Kala itu situasi politik sudah semakin tidak menentu. Komunikasi tak berjalan lancar setelah Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso (sekarang, Musium Satria Mandala – pen.), di Jalan Gatot Subroto.
Dari 2 surat yang Bung Karno pernah tulis untuk Heldy Djafar bertuliskan: "Dear dik Heldy,
I am sending you some dollars,
Miss Dior, Diorissimo, Diorama
of course also my love,
Mas."
"Dik, kau tahu, kau tidak pernah mencari aku. Aku juga tidak mencari kau. Tapi Allah sudah mempertemukan kita"
Bagaimana komentar agan sista mengenai kata-kata yang ditulis Bung Karno dalam setiap suratnya?
Spoiler for Tambahan Dari Agan:
Quote:
Original Posted By danielldt►Ibu Hj Maharani Wisma Susana Siregar setelah Fatmawati
Monggo ditaruh dipejwan
Kalau berkenan boleh donk di rate gan
Sukur kalo dapet yang seger-seger
*Sumber: Tulisan dan penelusuran pribadi
Diubah oleh asrylinda 20-10-2014 10:18
0
65.8K
Kutip
72
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru