Kucing_CantikAvatar border
TS
Kucing_Cantik
I Love You, Mama Papa
Assalamu'alaikum.
Izinkan ane bercerita singkat. Ini cerpen pertama ane di STFH. Jelek atau bagus, mudah-mudahan ane istiqomah latihan menulis biar yang baca ga ngantuk. emoticon-Embarrassment


Berbakti dan sayangilah orangtuamu sebelum terlambat


Aku menemukan diriku tengah berjalan kaki di depan pertokoan kecil di pinggir jalan raya. Semua toko sedang tutup, mungkin karena hari libur. Aku tak tahu pasti hari apa ini. Dan, entah kemana tujuanku. Aku hanya terus berjalan dan berjalan. Semuanya terasa samar dan gloomy.

Kulihat ada sebuah toko yang buka di ujung jalan. Dan, ada beberapa orang sedang duduk dan bercakap-cakap di depannya. Aku tak memperhatikan dengan seksama. Yang kupikirkan hanya rasa canggung dan malas bertatap muka dengan orang lain.

Ketika langkah ini membawaku semakin dekat dengan orang-orang di luar toko itu, aku melirik sekilas ke arah mereka untuk sekedar basa-basi permisi.

Lho..

"Mama? Papa?" mendadak aku berhenti berjalan dan surprised bisa bertemu orangtuaku secara kebetulan.

Aku masih berdiri di hadapan mereka, namun sepertinya mereka kurang mendengar panggilanku. Mereka tampak asyik berbincang-bincang.

"Ma? Pa?"
Tidak ada sahutan. Keduanya masih asyik mengobrol.

"Mama! Papa! Ini Rio!"
Ada apa ini? Kenapa mereka tak mendengarku? Mereka tidak mau mendengar atau tidak bisa mendengarku?

"Mamaaa! Papaa!" Aku sentuh tangan Papa, namun yang mengejutkanku adalah ternyata tanganku menembus tangan Papa. Kucoba menyentuh tangan Mama, tidak bisa kusentuh juga. Aku menghalangi wajah mereka dengan tanganku, akan tetapi mereka terus saling menatap satu sama lain dan terus berbincang. Apa.. aku.. sudah mati? Ya Tuhan, aku sudah mati?

Aku bahkan tidak tahu kapan dan bagaimana aku mati. Aku.. Aku bahkan belum sempat pamit pada orangtuaku. Kalau memang aku sudah mati, izinkan aku katakan pada mereka betapa aku menyayangi mereka.

Air mataku menggenang dan mengaburkan pandanganku. Sungguh, aku ingin sekali memeluk dan mencium kedua orangtuaku. Hal yang tidak pernah lagi kami lakukan setelah aku beranjak remaja. Bahkan ungkapan sayang tidak pernah terucap di antara kami.

Mama, yang sejak aku remaja, berhenti memeluk dan menciumku, juga berhenti bersikap memanjakanku. Aku paham itu Beliau lakukan agar aku tidak jadi anak manja yang akan patah hati ketika sudah saatnya ditinggalkan Beliau lebih dahulu. Mama, sampai kapan pun aku akan tetap jadi anak manjamu di dalam hatiku, hanya saja tidak kutunjukkan lagi.

Papa, yang sedari aku kecil, selalu mengatakan "payah" apabila aku gagal dalam sesuatu hal. Aku paham itu Beliau lakukan agar mentalku siap untuk menghadapi ejekan dan celaan yang lebih jahat lagi yang datang dari mulut orang lain ketika aku gagal lagi.

Aku belum pernah berterima kasih pada mereka untuk semua itu. Yang kulakukan malah sebaliknya, memendam amarah pada mereka untuk mendidikku dengan cara yang menurutku tidak tepat. Aku bisa mandiri, bisa menghadapi kegagalan dan segera bangkit lagi, itu semua tidak muncul sendiri. Semua karena Mama dan Papa. Mereka yang membuatku bisa seperti sekarang ini; manusia yang tangguh.

Ya Tuhanku. Aku ingin berterima kasih pada Mama dan Papa, ingin mengatakan betapa aku menyayangi mereka, betapa aku sudah memaafkan mereka dan hanya ingin bisa memeluk dan mencium kening mereka. Kalaupun sudah saatnya aku pergi, aku ingin bisa mengucapkan salam perpisahan pada mereka. Sekali ini saja. Aku mohon.

"Sekali ini saja, Tuhan! Aku mohooooon!!!"
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
"Jam berapa Rio pulang?"
"Gak tau tuh, Pa. Rio tadi subuh sms cuma bilang 'Rio pulang hari ini.' Tapi jalanan tumben penuh begini, palingan dia lagi kejebak macet. Atau pulangnya masih nanti biar ga kena macet."
"Oh iya, itu anak kadang gila kalau naik motor. Maunya buru-buru. Payah, deh. Harus diingatkan itu, Ma."
"Iya, Pa. Pulang aja yuk. Mama kok ada feeling Rio udah di sini, rasanya dekat. Mungkin ada di salah satu kerumunan macet."
"Bentar, Ma. Satu suapan lagi. Mie ayam buat Rio sudah dibungkus?"
"Udah nih. Udah bayar kan tadi."
"Oke. Yuk, pulang."
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Pak Malih, pemilik kios mie ayam, menekan-nekan remote TV mencari tontonan yang seru untuk menemani pengunjung kiosnya makan. Lalu, Pak Malih berhenti di sebuah channel yang menayangkan berita terkini dan paling aktual.

"Wah!! Kejadiannya di sini nih!" Pak Malih berseru. Para pengunjung yang duduk di dalam kios langsung menoleh ke arah TV dan mendengarkan reporter menyampaikan berita.

"...Kecelakaan maut antara motor dan kereta api ini menyebabkan macet yang berkepanjangan, dikarenakan badan jalan yang sempit dan begitu banyak kendaraan yang ingin lewat, ditambah lagi lokasi korban yang berada di tengah rel kereta api ini menyulitkan mobil ambulans untuk bisa melewati kemacetan dan menjemput korban jiwa. Kami baru saja menerima laporan bahwa korban sudah dipindahkan ke tempat yang aman dari lalu lalang kereta api. Kartu identitasnya rusak namun namanya masih bisa terbaca, adalah Rio Armand, lahir di Jakarta, 22 Juli 1997..."
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
986
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan