Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

okebogorAvatar border
TS
okebogor
SEKOLAH JALAN KAKI DI NEGERI JEPANG
Tulisan ini terispirasi dari Cerita Teman Istri yang berdomisili di Jepang, dan menemukan budaya yang berbeda di Jepang.
Budaya Untuk Berjuang , dan Budaya Sekolah Di Jepang.

Silahkan Simak ceritanya yang saya kutip dari ceritanya :


Catatan kecil tentang pengalaman anak ketika sekolah di Jepang. Sepertinya sederhana saja, tetapi ada nilai yang sangat luar biasa di sana. Sehingga dengan demikian, bagi saya maupun anak saya, itu adalah pelajaran yang sangat berharga.
Spoiler for "sekolah jepang 01":

Di Jepang Siswa SD dan SMP Harus Jalan Kaki ke Sekolah

Di Sekolah saya dulu melarang siswa untuk membawa kendaraan bermotor ke sekolah, walaupun diparkir tidak di halaman sekolah, dengan sanksi skors. Kalau dipikir-pikir toh usia bisa mendapatkan SIM adalah 17 tahun, atau setara dengan kelas 11 (2 SMA), jadi masuk akal bila dibuat tidak boleh membawa kendaraan bermotor, atau mungkin bila mau lebih ringan hanya anak kelas 12 (3 SMA) yang boleh bawa kendaraan bermotor. Tapi kalau hanya anak kelas 12 yang boleh bawa kendaraan bermotor, akan timbul masalah lain, yaitu senioritas.
TAPI TIDAK BILA DI JEPANG

DI Jepang , sampai dengan tingkat SMP di sekolah negeri, siswa harus jalan kaki ke sekolah, bahkan tidak boleh naik kendaraan umum atau diantarkan orang tuanya dengan kendaraan (bahkan dengan sepeda pun tidak boleh). Hal ini juga membantu pemerataan kualitas sekolah, supaya anak-anak yang pintar tidak berlomba-lomba berkumpul di satu sekolah tertentu.

Musim panas sekalipun yang sangat lembab dan suhunya bisa sampai 37 derajat, anak-anak tetap harus jalan kaki ke dan dari sekolah. Jadi dengan tas berat berisi buku dan peralatan sekolah, panas, keringatan, tetap harus jalan kaki ke sekolah.

Untungnya di sini relatif aman, sehingga anak usia SD sekalipun pergi-pulang sekolah sendiri orang tua tidak khawatir. Ini pun mengurangi kemacetan dari anak-anak sekolah, di mana Jakarta mungkin ada yang mengantar 1 anak dengan 1 mobil.
Sayangnya pasti kalau di Indonesia diterapkan sistem ini banyak saja alasan untuk menolak, dari kualitas sekolah di tempat yang jauh lebih baik, tidak aman, udara tidak bersih, dll. Apalagi sulit bagi orang Indonesia untuk bisa “tega” dengan anaknya, dan tidak mencari-cari alasan untuk membenarkan kelonggaran yang diberikan ke anak-anaknya. Jadi mungkin walaupun diterapkan sistem in sulit untuk orang Indonesia mematuhinya.

Teman saya bercerita :
Pagi-pagi, anak saya yang ketika itu umur 7 tahun, keluar dari pintu apartement menuju ke bawah. Di bawah sudah ada beberapa anak Jepang berseragam sekolah. Ditempat itu sudah ditentukan oleh pihak sekolah (atas kesepakatan wali murid bersama pihak sekolah), untuk dijadikan tempat berkumpul anak-anak yang akan berangkat sekolah.

Dalam setiap post, ada seorang ketua yang memimpin ketika hendak berangkat sekolah. Biasanya dari anak yang usianya paling tua. Anak-anak kemudian berangkat bareng ke sekolah, dengan berjalan kaki, dan beriringan sangat teratur. Pakaian seragam SD di tempat anak saya sekolah adalah putih biru. Juga tas seragam berbentuk ransel yang cukup berat menurut saya. Tas ransel yang cukup bagus yang memang didesain agar tidak cepat rusak dan tidak basah ketika musim salju dan musim hujan badai.

Jarak dari tempat tinggal saya sampai sekolah kira-kira 2 km. Rasa iba saya sebagai ibu, sering muncul ketika melepas anak yang tubuhnya begitu kecil, berjalan kaki sejauh hampir 2 km. Membawa beban berat di punggung. Masih ditambah ketika musim dingin, turun salju, ataupun ketika hujan deras disertai angin. Anak saya, dan juga anak-anak Jepang lainnya tetap berjalan kaki dalam basah, memakai jas hujan, dan tambahan sepatu sebagai ganti.

Spoiler for "sekolah jepang 02":

Seandainya di Indonesia, pasti orang tua akan mengantar anak sampai di sekolah, dengan kendaraan, maupun mobil dan bahkan sopir pribadi. Senyaman mungkin. Apalagi jika situasi tidak memungkinkan seperti hujan deras.
Spoiler for "antar jemput di Indonesia":

Atau mungkin antar jemput yang seperti ini di Indonesia :
Spoiler for "antar jemput di Indonesia 2":

Sayapun berpikir, apakah ini pendidikan Jepang? Dari usia dini sudah digembleng secara fisik dan mental. Begitu disiplin dan teratur. Tahan banting. Tidak cengeng dan tidak manja. Tidak berbeda dari anak yang orang tuanya kaya, dan anak yang orang tuanya miskin. Semua jalan kaki. Itulah mungkin salah satu sebab cepatnya anak bisa mandiri.

Saya lanjut dengan mengamati anak-anak bersekolah jalan kaki. Pemimpin kelompok biasanya membawa bendera warna kuning. Digunakan ketika akan menyebrang jalan, atau pas di lampu merah. Masyarakat umum sudah tahu jam berangkat dan jam pulang sekolah anak-anak, sehingga pada jam tersebut, kecepatan mobil maksimal 30/jam di jalur hijau yang itu tau adalah untuk anak-anak sekolah.
Spoiler for "sekolah jepang 03":

Spoiler for "sekolah jepang 04":

Atau dari pihak sekolah memberi jadwal kepada orang tua, atau masyarakat lingkungan, untuk bersedia menjadi penyeberang bagi anak-anak sekolah. Meskipun dijamin aman, tetapi ini adalah bentuk dari tingginya kesadaran masyarakat Jepang.

Sambil mengucapkan “Ohayo Gozaimasu”, setiap bapak/ibu(ojisan/obasan) yang sedang piket di pagi hari untuk menyeberangkan bagi anak-anak yang lewat tanpa mengenal capek, padahal bisa membutuhkan lebih dari 30 menit, sampai anak-anak semua masuk sekolah.

Sekolah jalan kaki juga didukung oleh mutu sekolah yang merata. Sehingga orang tua anak tidak akan menyekolahkan anak di luar wilayah. Juga ini sudah peraturan dari pemerintah. Tidak boleh anak disekolahkan di luar wilayah tempat tinggalnya. Sehingga dengan jalan kakipun, anak-anak masih sanggup. Satu lagi, di Jepang tidak ada ujian masuk sekolah tingkat selanjutnya. Semua lulusan SD akan masuk SMP.

Spoiler for "sekolah jepang 05":

Ketika pulang sekolah, semuanya berkumpul di lapangan, duduk, sampai semua anak-anak tidak ada yang ketinggalan. Setelah berkumpul, anak-anak secara otomatis mengelompok sesuai dengan rumah tinggal masing-masing. Dan akan ada pemimpin kelompok, seperti di saat berangkat sekolah. Setiap wali kelas, akan mengecek masing-masing kelompok. Jika semuanya sudah sesuai, maka pintu gerbang sekolah akan dibuka, dan guru-guru berjejer, sambil mengucapkan sayonara, mata ashita, itte kudasai, ki o tsukette, intinya mengucapkan selamat jalan, hati-hati, sampai ketemu besok.

Spoiler for "sekolah jepang 06":


Spoiler for "sekolah jepang 07":

Begitulah setiap harinya. Dan sekelumit pengalaman, mudah-mudahan akan terukir dalam hidup saya, anak saya, dan pelajaran sangat berharga.

Dengan berjalan kaki saya bisa sekalian melatih otot-otot kaki agar tidak malas.

Sambil berjalan kaki saya sering mengamati hal-hal yang sebenarnya klasik & simple tapi sering luput & terlupakan dari pengamatan kita.

Sambil berjalan kaki saya sering menjumpai hal-hal baru yang tak pernah terduga sebelumnya.

Sambil berjalan kaki saya banyak menemukan sisi kehidupan & suasana jalanan dengan segala hiruk-pikuknya.

THANKS TO : YASUKO YAGUCHI, BINTANG S RAMADHAN atas Inspirasinya









Diubah oleh okebogor 29-09-2014 15:03
0
7.9K
58
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan