jenag.guloAvatar border
TS
jenag.gulo
Pertempuran Incheon
KOMPAS.com — Kota Incheon, yang menjadi
tuan rumah Asian Games 2014, kini dikenal
sebagai kota terbesar ketiga Korea Selatan
setelah Seoul dan Busan. Tak hanya itu, kota
pelabuhan yang dibangun pada 1883 itu kini
menjadi salah satu motor perekonomian Negeri
Ginseng itu.
Kota berpenduduk 2,9 juta jiwa itu terus
berkembang dan berkat jaraknya yang tak
terlalu jauh dari ibu kota Seoul, Incheon kini
membentuk wilayah metropolitan terbesar
kedua di dunia ditilik dari jumlah penduduknya.
Kemajuan pesat Incheon ini seakan menghapus
kehancuran kota itu saat menjadi salah satu
ajang pertempuran paling hebat dalam Perang
Korea (1950-1953), yang dikenal sebagai
Pertempuran Incheon.
Pertempuran Incheon yang terjadi pada 15-19
September 1950 merupakan sebuah pendaratan
amfibi untuk merebut kembali ibu kota Seoul
yang diduduki pasukan komunis Korea Utara.
Pendaratan amfibi yang menggunakan nama
sandi "Operasi Chromite" itu melibatkan 75.000
tentara dan 261 kapal perang. Pasukan koalisi
PBB yang dipimpin Jenderal Douglas MacArthur
berhasil merebut ibu kota Seoul dalam waktu
dua pekan.
Latar belakang
Dalam peta ini terlihat rencana pergerakan
pasukan PBB yang dipimpin Jendera Douglas
MacArthur dalam Operasi Chromite untuk
merebut kota pelabuhan Incheon.
Pertempuran Incheon ini diawali serangan kilat
pasukan Korea Utara pada musim panas 1950
yang dengan keunggulan jumlah personel dan
peralatan tempur berhasil mendesak dan
mengepung militer Korea Selatan dan PBB ke
sudut tenggara semenanjung Korea yang disebut
"Pusan Perimeter".
Saat pasukan Korea Utara (NKPA) terus bergerak
maju dan berusaha menghabisi pasukan Korea
Selatan dan PBB di Pusan, Panglima Tertinggi
pasukan PBB Jenderal Douglas MacArthur
mengusulkan sebuah rencana pendaratan
amfibi yang terbilang nekat.
Menurut perhitungan MacArthur, saat sebagian
besar pasukan NKPA terkonsentrasi di sekitar
Pusan, pasukan PBB akan didaratkan di wilayah
yang dekat dengan Seoul dengan harapan bisa
memotong jalur pasokan logistik NKPA yang
nantinya akan membuat pasukan NKPA terjepit.
Meski pada awalnya banyak pihak meragukan
keberhasilan rencana MacArthur itu, jenderal AS
itu tetap kukuh pada pendiriannya. Maka dari
itu, dimulailah "Operasi Chromite".
MacArthur kemudian memilih Incheon sebagai
lokasi pendaratan yang meski terlindungi sebuah
selat sempit, gelombang laut yang kuat, dan
ombak yang tinggi, kota ini terbilang lemah
pertahanannya.
Setelah mendapatkan lampu hijau dari
Washington, MacArthur kemudian memilih
marinir AS yang akan menjadi ujung tombak
operasi nekat dan berbahaya ini.
Hari H di Incheon
Sebuah tank T-34 buatan Uni Soviet milik
Tentara Rakyat Korea Utara (NKPA) dihancurkan
pasukan marinir AS saat bergerak maju dari
Incheon menuju Seoul pada September 1950.
Setelah cukup mengumpulkan data intelijen,
pada 15 September 1950 pagi, pendaratan
amfibi dimulai setelah sebelumnya kapal-kapal
perang AS menghujani posisi-posisi pertahanan
NKPA di Pulau Wolmi-do di depan pelabuhan
Incheon.
Selanjutnya, pada sekitar pukul 6.30 waktu
setempat, armada invasi yang dipimpin veteran
pendaratan Normandia dan Teluk Leyte
Laksamana Arthur Dewey Struble mendekati
pantai mendaratkan batalyon ke-3 pasukan
marinir ke-5 di pantai Pulau Wolmi-do.
Didukung sejumlah tank, marinir AS sukses
merebut Pulau Wolmi-do pada tengah hari
dengan hanya kehilangan 14 orang anggotanya.
Pasukan inilah yang kemudian mempertahankan
"pintu masuk" ke Incheon itu sambil menunggu
bala bantuan.
Akibat gelombang laut yang kuat, pasukan
pendaratan kedua baru bisa beraksi pada pukul
17.30. Beruntung pasukan baru itu dengan
mudah bisa menguasai tembok laut yang
terletak di sebelah utara Wolmi-do.
Setelah menguasai "pintu masuk" yang strategis
itu, pasukan marinir AS kemudian merangsek
menuju ke pusat kota dan memaksa pasukan
NKPA di kota itu menyerah.
Pusat komando NKPA sama sekali tidak mengira
pendaratan di Incheon ini karena sebelum
serangan berlangsung AS menyebar informasi
palsu bahwa pendaratan akan digelar di Kusan
sehingga Incheon hanya dijaga sedikit pasukan.
Dampak dan hasil
Keberhasilan pendaratan Incheon ini membuat
jalan pasukan PBB untuk merebut Seoul terbuka
lebar. Pada 25 September 1950, pasukan PBB
berhasil merebut Seoul setelah melewati perang
dari rumah ke rumah yang sangat brutal.
Selain itu, keberhasilan pendaratan Incheon
memicu keberhasilan pasukan angkatan darat
AS ke-8 menerobos Pusan Perimeter dan
memaksa NKPA melakukan gerak mundur yang
panjang ke utara.
Keberhasilan pasukan PBB ini berlangsung
hingga November 1950 ketika akhirnya pasukan
China datang membantu NKPA yang mendesak
pasukan PBB kembali ke wilayah selatan.
Dalam pendaratan Incheon sendiri, sebanyak
566 personel pasukan PBB tewas dan 2.713
orang lainnya terluka, sementara dari pihak
NKPA sebanyak 35.000 personel tewas, terluka,
atau tertangkap.
Banyak kalangan menganggap Pertempuran
Incheon ini adalah salah satu pertempuran
paling menentukan dalam Perang Korea.
Sementara itu, banyak sejarawan menilai
keberhasilan pendaratan Incheon ini merupakan
salah satu mahakarya strategi perang sepanjang
sejarah modern.

internasional.kompas.com/read/2014/09/19/16193321/Pertempuran.Incheon.Sebuah.Mahakarya.Strategi.Perang

maaf om/tante sekalian tees gak paham sejarah hehe
0
4.3K
3
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan