- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[SHARE] WASPADA! Kebiasaan Rutin Bisa Menjadi PERANGKAP
TS
career.grow
[SHARE] WASPADA! Kebiasaan Rutin Bisa Menjadi PERANGKAP
Halo Agan & Aganwati
TS mau share sebuah artikel nih gan yang sangat menginspirasi TS.
Spoiler for Tahukah?:
Tahukah saudara hewan bernama rubah ? Pada salah satu negara di Afrika, seorang pemburu rubah merasa kecewa dengan hasil tangkapannya, karena pada 3 bulan terakhir hasil tangkapannya selalu nihil. Jebakan rubah yang dipasangnya tidak menangkap mangsa sama sekali. Bahkan sang rubah yang diburunya, tidak sama sekali mendekati perangkap yang dipasangnya. Pemburu tersebut mencari akal, bagaimana menangkap rubah-rubah yang ada. Kemudian dia mencoba suatu cara baru. Yaitu dengan membongkar perangkap rubah tersebut dan menjadikannya beberapa sisi. Di hari pertama pemburu hanya menaruh satu sisi dari jebakannya dan meletakan makanan/umpan pada lokasi tertentu. Hari kedua sang pemburu menaruh lagi makanan tanpa mengubah atau menambah dinding perangkap yang ada. Demikian seterusnya sampai beberapa hari. Hari berikutnya pe]mburu menambahkan dinding perangkap yang lain, dengan tetap secara rutin menaruh umpan pada lokasi yang sama. Hal tersebut dilakukan terus beberapa kali sampai seluruh dinding perangkap terpasang. Walaupun setelah seluruh dinding perangkap terbangun, sang pemburu masih membiarkan perangkap tersebut tidak berfungsi sampai beberapa hari. Pada suatu hari tertentu baru perangkap tersebut di fungsikan. Ternyata setelah perangkap tersebut difungsikan, perangkap tersebut berhasil menangkap rubah dalam jumlah yang cukup banyak.
Quote:
Dari sharing cerita tersebut di atas, dapat dilihat bahwa pembiasaan tertentu membuat rubah menjadi tidak cermat dan mengakibatkan rubah-rubah masuk perangkap. Melalui sharing pengalaman pemburu rubah tersebut, Saya ingin menyampaikan kepada anda untuk berhati-hati dengan kebiasaan yang dimiliki. Kadang tanpa kita sadari, kebiasaan yang kita lakukan akan dapat mengarahkan kita kepada suatu kegagalan yang kita tidak sadari (perangkap).
Hampir semua dari kita berpikir/menduga bahwa seluruh tingkah laku berulang yang kita lakukan setiap hari, dilakukan secara sadar dan mengikuti alur logika tertentu, tetapi kenyataannya tidak lah demikian. Hal tersebut merupakan reaksi otomatis dan pelakunya cenderung tidak dilakukan analisa secara mendalam. Apabila terjadi ketidakpuasan akan hasil yang didapat, maka ada kecenderungan untuk mencari alasan yang membenarkan kita untuk tetap melakukan kebiasaan tersebut. Misalkan : Kebiasaan untuk berangkat dari rumah jam 06.00, dengan harapan jam 08.00 sudah tiba di kampus; menggunakan kendaraan umum. Aktivitas ini dilakukan berulang-ulang. Apabila saudara terlambat, maka saudara mungkin akan mengatakan bahwa ya maklumlah, kan macetnya juga hanya sekali-sekali, banyak juga yang kena macet (tidak hanya saya saja), lagipula tidak ada jalan di Jakarta yang tidak macet.
Pernah mungkin saudara kaget, karena merasa kok bisa tiba-tiba sudah sampai di kampus. Ini terjadi karena perjalanan saudara ke kampus saudara jalani secara otomatis. Hal ini membuktikan tidak ada analisa lagi pada tingkah laku yang berulang dengan pola tertentu (baca : kebiasaan). Dengan meneliti lebih dalam tentang pola kebiasaan yang saudara lakukan, maka sangat mungkin saudara dapat meningkatkan efektivitas dan effisiensi dari setiap perilaku yang saudara lakukan, untuk mencapai tujuan hidup saudara.
Sadar atau tidak sadar, setiap kita memiliki kebiasaan bertingkah laku atau perilaku yang mengikuti pola tertentu. Mulai dari bangun tidur, mandi, sarapan, berangkat ke kampus dan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Kita cenderung mengulang perilaku tadi karena merasa nyaman dalam melakukannya. Perilaku ini terbentuk karena pengalaman sebelumnya dan karena adanya faktor penguatan (reward/punishment) dari lingkungan. Perilaku tersebut telah kita lakukan berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun. Sehingga tidak terasa aneh, karena kita menjalani hal tadi seolah sudah demikian seharusnya. Meski tidak terlalu puas dengan hasil yang dicapai. Sebagian besar dari kita mungkin berpikir “habis mau bagaimana lagi, kan ini tetap harus dilakukan”. Hal tersebut membuat kita mengulangi lagi apa yang dilakukan sebelumnya, walaupun disadari bahwa hasilnya kemungkinan besar akan tetap sama.
Perilaku/kebiasaan kita terbentuk melalui lingkungan. Umumnya bermula dari keluarga, seiring dengan penambahan usia kemudian membesar ke lingkungan sekitar (tetangga, sekolah, organisasi-organisasi, dll). Dalam keluarga saudara diajarkan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan; apa yang harus dan tidak harus. Semakin bertambah usia saudara, maka lingkungan sosial saudara akan semakin bertambah maka yang mempengaruhi pembentukan kebiasaan saudara juga akan semakin bertamah. Setelah keluarga, yang berikut berpengaruh terhadap pembentukan kebiasaan saudara adalah teman, dan orang yang saudara kagumi (role model). Kepribadian kita adalah akumulasi dari seluruh kebiasaan yang kita miliki. Kita akan cenderung memiliki pola reaksi yang relatif khas atas seluruh stimulus (rangsang) yang kita terima.
Jadi bisa dimengerti apabila sulit bagi kita untuk mengubah perilaku/kebiasaan tertentu, karena perilaku tersebut hasil bentukan bertahun-tahun. Diperlukan alasan pribadi yang sangat kuat (pengalaman emosiaonal tertentu) untuk mengubah kebiasaan tertentu.
Hal yang paling sering dipakai atau paling mungkin untuk mengubah kebiasaan yang saudara miliki adalah keinginan untuk mencapai tujuan hidup tertentu, atau demi pencapaian/perolehan sesuatu yang sangat saudara idam-idamkan. Hal yang sering kali menghambat perubahan kebiasaan adalah adanya kekawatiran untuk mendapatkan hasil lebih buruk atau kehilangan kenyamanan/kenikmatan tertentu.
Hampir semua dari kita berpikir/menduga bahwa seluruh tingkah laku berulang yang kita lakukan setiap hari, dilakukan secara sadar dan mengikuti alur logika tertentu, tetapi kenyataannya tidak lah demikian. Hal tersebut merupakan reaksi otomatis dan pelakunya cenderung tidak dilakukan analisa secara mendalam. Apabila terjadi ketidakpuasan akan hasil yang didapat, maka ada kecenderungan untuk mencari alasan yang membenarkan kita untuk tetap melakukan kebiasaan tersebut. Misalkan : Kebiasaan untuk berangkat dari rumah jam 06.00, dengan harapan jam 08.00 sudah tiba di kampus; menggunakan kendaraan umum. Aktivitas ini dilakukan berulang-ulang. Apabila saudara terlambat, maka saudara mungkin akan mengatakan bahwa ya maklumlah, kan macetnya juga hanya sekali-sekali, banyak juga yang kena macet (tidak hanya saya saja), lagipula tidak ada jalan di Jakarta yang tidak macet.
Pernah mungkin saudara kaget, karena merasa kok bisa tiba-tiba sudah sampai di kampus. Ini terjadi karena perjalanan saudara ke kampus saudara jalani secara otomatis. Hal ini membuktikan tidak ada analisa lagi pada tingkah laku yang berulang dengan pola tertentu (baca : kebiasaan). Dengan meneliti lebih dalam tentang pola kebiasaan yang saudara lakukan, maka sangat mungkin saudara dapat meningkatkan efektivitas dan effisiensi dari setiap perilaku yang saudara lakukan, untuk mencapai tujuan hidup saudara.
Sadar atau tidak sadar, setiap kita memiliki kebiasaan bertingkah laku atau perilaku yang mengikuti pola tertentu. Mulai dari bangun tidur, mandi, sarapan, berangkat ke kampus dan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Kita cenderung mengulang perilaku tadi karena merasa nyaman dalam melakukannya. Perilaku ini terbentuk karena pengalaman sebelumnya dan karena adanya faktor penguatan (reward/punishment) dari lingkungan. Perilaku tersebut telah kita lakukan berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun. Sehingga tidak terasa aneh, karena kita menjalani hal tadi seolah sudah demikian seharusnya. Meski tidak terlalu puas dengan hasil yang dicapai. Sebagian besar dari kita mungkin berpikir “habis mau bagaimana lagi, kan ini tetap harus dilakukan”. Hal tersebut membuat kita mengulangi lagi apa yang dilakukan sebelumnya, walaupun disadari bahwa hasilnya kemungkinan besar akan tetap sama.
Perilaku/kebiasaan kita terbentuk melalui lingkungan. Umumnya bermula dari keluarga, seiring dengan penambahan usia kemudian membesar ke lingkungan sekitar (tetangga, sekolah, organisasi-organisasi, dll). Dalam keluarga saudara diajarkan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan; apa yang harus dan tidak harus. Semakin bertambah usia saudara, maka lingkungan sosial saudara akan semakin bertambah maka yang mempengaruhi pembentukan kebiasaan saudara juga akan semakin bertamah. Setelah keluarga, yang berikut berpengaruh terhadap pembentukan kebiasaan saudara adalah teman, dan orang yang saudara kagumi (role model). Kepribadian kita adalah akumulasi dari seluruh kebiasaan yang kita miliki. Kita akan cenderung memiliki pola reaksi yang relatif khas atas seluruh stimulus (rangsang) yang kita terima.
Jadi bisa dimengerti apabila sulit bagi kita untuk mengubah perilaku/kebiasaan tertentu, karena perilaku tersebut hasil bentukan bertahun-tahun. Diperlukan alasan pribadi yang sangat kuat (pengalaman emosiaonal tertentu) untuk mengubah kebiasaan tertentu.
Hal yang paling sering dipakai atau paling mungkin untuk mengubah kebiasaan yang saudara miliki adalah keinginan untuk mencapai tujuan hidup tertentu, atau demi pencapaian/perolehan sesuatu yang sangat saudara idam-idamkan. Hal yang sering kali menghambat perubahan kebiasaan adalah adanya kekawatiran untuk mendapatkan hasil lebih buruk atau kehilangan kenyamanan/kenikmatan tertentu.
Berikut adalah tips yang dapat dipertimbangkan untuk mengubah kebiasaan lama, yatu :
Spoiler for Pertama:
Hitung kemungkinan positif yang mungkin di dapat, dan kemungkinan negatif yang mungkin didapat bila tetap pada kondisi sekarang. Cari alasan positif dan cari resiko negatif sebanyak mungkin. Bila mungkin, cari alasan yang terkait langsung dengan nilai/value tertinggi (yang paling saudara junjung tinggi) dalam sistem nilai yang saudara anut. Mudah-mudahan temuan negatifnya lebih banyak sehingga saudara tergerak untuk mengubah kebiasaan yang ada.
Spoiler for Kedua:
Apa resiko terburuk yang mungkin timbul bila mengubah kebiasaan tertentu. Yakinkan diri saudara, bahwa saudara dapat menerima resiko terburuk yang mungkin timbul tersebut. Dan bayangkan kemungkinan tujuan terbesar yang dapat saudara peroleh.
Spoiler for Ketiga:
Buat perencanaan/strategi tertentu untuk melewati proses perubahan secara baik
Spoiler for Keempat:
Belajar dari pengalaman saudara sebelumnya dan pengalaman orang lain, apa saja yang menyebabkan keberhasilan dan kegagalan dari upaya merubah perilaku yang akan saudara lakukan. Antisipasi hal itu.
Spoiler for Kelima:
Evaluasi pencapaian yang saudara alami, dan buat selalu rencana perbaikan terhadap kegagalan yang ada.
Mengubah perilaku yang tidak mengarah pada pencapaian tujuan hidup memang sulit, tetapi bila saudara melakukannya dengan penuh kesadaran diri dan keinginan untuk berubah, maka pasti berhasil.
Semoga sharing ini bermanfaat !
Quote:
Sumber :
Quote:
Diubah oleh career.grow 19-09-2014 08:27
0
1.3K
Kutip
8
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan