- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Hancurkan ISIS, Obama Perintahkan Serangan Udara ke Suriah
TS
nandabaroes
Hancurkan ISIS, Obama Perintahkan Serangan Udara ke Suriah
Obama memastikan tidak akan mengirim pasukan ke tanah Irak dan Suriah
sumber
Quote:
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama
Ni Kumara Santi Dewi | Kamis, 11 September 2014, 16:55 WIB
VIVAnews - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, memerintahkan sebuah perang tanpa henti melawan kelompok Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) di Timur Tengah. Namun, dia menegaskan tidak akan kembali mengirim pasukan AS ke tanah Irak.
Pernyataan Obama itu disampaikan dalam sebuah pidato berdurasi selama 15 menit pada Rabu malam, 10 September 2014, tepat satu hari sebelum peringatan tragedi 11 September. Dilansir dari stasiun berita Channel News Asia, Kamis, 11 September 2014, Obama memaparkan beberapa cara yang ditempuh AS untuk menghancurkan ISIS.
Pertama, Washington akan membantu memperkuat mitra lokal seperti pasukan Irak, pejuang Kurdi dan kelompok pemberontak Suriah untuk mengisi teritori yang telah dibuka oleh Angkatan Udara AS. Selama ini, dalam operasi AS di Somalia dan Yaman, mereka telah menggunakan pesawat nirawak atau drone dan serangan udara.
Pasukan AS memang pernah menyerang Somalia pada tahun lalu, tapi gagal mengenai target, yakni kelompok militan Al-Shabaab.
Menurut keterangan seorang pejabat AS, terkait instruksi pertama, maka Obama akan melonggarkan kriteria sebelumnya yang telah dia tetapkan. Sebelumnya, Obama memerintahkan serangan udara, demi kebutuhan untuk melindungi personil diplomat AS dan mencegah tragedi kemanusiaan.
"Saya ingin warga Ameirka memahami bagaimana upaya kali ini akan berbeda dari perang-perang di Irak dan Afghanistan. Perang kali ini, tidak akan melibatkan pasukan AS untuk berperang di darat. Apabila ada target ISIS di Irak, maka kami akan menghancurkannya," tegas Obama.
Sementara, realisasi dari membantu mitra tersebut, dilakukan dengan cara pengiriman 475 personel militer untuk melatih pasukan Irak agar bisa mengalahkan ISIS. Sehingga, total pasukan As di Irak telah mencapai 1.600 orang.
Selain itu, dia meminta para pengambil kebijakan di Senat untuk menyetujui permintaan dana senilai US$500 juta atau Rp5,9 triliun untuk mendanai misi pelatihan Suriah. Permintaan dana itu telah dibuat sejak Juni lalu.
Dia mengatakan dia yakin memiliki kekuasaan untuk melakukan kampanye melawan ISIS di bawah kewenangan anti-teror. Sementara, bantuan kemanusiaan kepada warga sipil yang terkena dampak serangan ISIS, juga akan tetap dilanjutkan.
Dalam pidato tersebut, Obama memperingatkan kendati AS menjalin kemitraan untuk menghancurkan ISIS, namun dia tidak akan pernah bermitra Presiden Suriah, Bashar al-Assad untuk bekerja sama. Walaupun, rezim Assad juga melawan ISIS.
"Dalam peperangan melawan ISIS, kami tidak bisa bergantung kepada rezim Assad yang justru meneror warganya sendiri. Assad merupakan sebuah rezim yang tidak akan dapat meraih kembali legitimasinya," ungkap Obama.
Pidato Obama itu disambut baik oleh Koalisi Nasional di Suriah. Menurut Presiden Hadi al-Bahra, Koalisi Suriah siap dan bersedia bekerja sama dengan komunitas internasional.
"Tidak saja untuk mengalahkan ISIS tetapi juga untuk menyingkirkan tirani rezim Assad dari warganya," ungkap al-Bahra kepada kantor berita Reuters.
Kendati menolak bekerja sama dengan rezim Assad, namun Kementerian Luar Negeri Suriah, Walid Muallem, memperintahkan Negeri Paman Sam tidak bisa seenaknya melakukan serangan udara di wilayah mereka. Pemerintah AS, ungkap Muallem, harus tetap berkoordinasi terlebih dahulu dengan Pemerintah Suriah.
"Apa pun yang mereka lakukan di luar izin yang diberikan maka sama saja dengan agresi," kata Muallem.
Sejauh ini data dari BBC menyebut AS telah melakukan lebih dari 150 serangan udara terhadap ISIS di Irak dan menyediakan senjata militer bagi pasukan Irak dan Kurdi.
Ni Kumara Santi Dewi | Kamis, 11 September 2014, 16:55 WIB
VIVAnews - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, memerintahkan sebuah perang tanpa henti melawan kelompok Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) di Timur Tengah. Namun, dia menegaskan tidak akan kembali mengirim pasukan AS ke tanah Irak.
Pernyataan Obama itu disampaikan dalam sebuah pidato berdurasi selama 15 menit pada Rabu malam, 10 September 2014, tepat satu hari sebelum peringatan tragedi 11 September. Dilansir dari stasiun berita Channel News Asia, Kamis, 11 September 2014, Obama memaparkan beberapa cara yang ditempuh AS untuk menghancurkan ISIS.
Pertama, Washington akan membantu memperkuat mitra lokal seperti pasukan Irak, pejuang Kurdi dan kelompok pemberontak Suriah untuk mengisi teritori yang telah dibuka oleh Angkatan Udara AS. Selama ini, dalam operasi AS di Somalia dan Yaman, mereka telah menggunakan pesawat nirawak atau drone dan serangan udara.
Pasukan AS memang pernah menyerang Somalia pada tahun lalu, tapi gagal mengenai target, yakni kelompok militan Al-Shabaab.
Menurut keterangan seorang pejabat AS, terkait instruksi pertama, maka Obama akan melonggarkan kriteria sebelumnya yang telah dia tetapkan. Sebelumnya, Obama memerintahkan serangan udara, demi kebutuhan untuk melindungi personil diplomat AS dan mencegah tragedi kemanusiaan.
"Saya ingin warga Ameirka memahami bagaimana upaya kali ini akan berbeda dari perang-perang di Irak dan Afghanistan. Perang kali ini, tidak akan melibatkan pasukan AS untuk berperang di darat. Apabila ada target ISIS di Irak, maka kami akan menghancurkannya," tegas Obama.
Sementara, realisasi dari membantu mitra tersebut, dilakukan dengan cara pengiriman 475 personel militer untuk melatih pasukan Irak agar bisa mengalahkan ISIS. Sehingga, total pasukan As di Irak telah mencapai 1.600 orang.
Selain itu, dia meminta para pengambil kebijakan di Senat untuk menyetujui permintaan dana senilai US$500 juta atau Rp5,9 triliun untuk mendanai misi pelatihan Suriah. Permintaan dana itu telah dibuat sejak Juni lalu.
Dia mengatakan dia yakin memiliki kekuasaan untuk melakukan kampanye melawan ISIS di bawah kewenangan anti-teror. Sementara, bantuan kemanusiaan kepada warga sipil yang terkena dampak serangan ISIS, juga akan tetap dilanjutkan.
Dalam pidato tersebut, Obama memperingatkan kendati AS menjalin kemitraan untuk menghancurkan ISIS, namun dia tidak akan pernah bermitra Presiden Suriah, Bashar al-Assad untuk bekerja sama. Walaupun, rezim Assad juga melawan ISIS.
"Dalam peperangan melawan ISIS, kami tidak bisa bergantung kepada rezim Assad yang justru meneror warganya sendiri. Assad merupakan sebuah rezim yang tidak akan dapat meraih kembali legitimasinya," ungkap Obama.
Pidato Obama itu disambut baik oleh Koalisi Nasional di Suriah. Menurut Presiden Hadi al-Bahra, Koalisi Suriah siap dan bersedia bekerja sama dengan komunitas internasional.
"Tidak saja untuk mengalahkan ISIS tetapi juga untuk menyingkirkan tirani rezim Assad dari warganya," ungkap al-Bahra kepada kantor berita Reuters.
Kendati menolak bekerja sama dengan rezim Assad, namun Kementerian Luar Negeri Suriah, Walid Muallem, memperintahkan Negeri Paman Sam tidak bisa seenaknya melakukan serangan udara di wilayah mereka. Pemerintah AS, ungkap Muallem, harus tetap berkoordinasi terlebih dahulu dengan Pemerintah Suriah.
"Apa pun yang mereka lakukan di luar izin yang diberikan maka sama saja dengan agresi," kata Muallem.
Sejauh ini data dari BBC menyebut AS telah melakukan lebih dari 150 serangan udara terhadap ISIS di Irak dan menyediakan senjata militer bagi pasukan Irak dan Kurdi.
sumber
Diubah oleh nandabaroes 14-09-2014 14:22
0
3.1K
Kutip
45
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan