saifulismAvatar border
TS
saifulism
Si Wangi ‘Gaharu’ - Strategi Jitu Pendongkrak Harga Aset Properti Anda


Salah satu strategi andalan dalam bisnis properti adalah dengan membeli tanah saat harganya relatif masih murah, di lokasi yang potensial untuk berkembang. Kemudian kita biarkan saja sampai 10-15 tahun untuk dijual kembali dengan harga yang berlipat-lipat.

Strategi ini sangatlah masuk akal dan paling banyak digunakan oleh investor jangka panjang, karena seiring meningkatnya jumlah penduduk maka secara otomatis permintaan akan tanah atau lahan untuk tempat tinggal pasti akan meningkat. Disisi sebaliknya jumlah lahan yang tersedia cenderung tetap atau stagnan. Bisa dipastikan cepat atau lambat harga tanah akan naik berkali-kali lipat.

Namun skenario tersebut kadang tidak selalu sejalan dengan harapan, harga tanah di lokasi tersebut kenaikannya sangat lambat bahkan cenderung stagnan. Padahal kita sudah menunggunya sampai 10 tahun an lebih. Akibatnya bukan hanya waktu kita saja yang terbuang, tapi kerugian investasi akibat kenaikan nilai aset kita masih kalah dibanding nilai inflasi dan bunga KPR.

Kondisi diatas akan meneggelamkan sang investor dalam kegalauan dan ‘kontroversi hati’ he he…Bingung dan serba salah pastinya. Mau diapain tanah nya? Kalau dijual sekarang, untungya masih jauh dari harapan. Kalau mau ditahan, belum jelas juga sampai kapan menahan asset tersebut karena tidak ada yang bisa menjamin bahwa harga nya akan naik cepat dalam 1-2 tahun kedepan. Padahal moment datangnya kebutuhan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari seperti biaya kuliah anak, biaya pernikahan, keinginan pergi haji, dana pensiun dan lain sebagainya sudah didepan mata.

Untuk mencegah kegalauan-kegalauan diatas agar tidak menghinggapi asset tanah kita, diperlukan suatu strategi jitu yang bisa melindungi atau lebih tepatnya bisa mengkompensasi nilai asset kita agar tidak memberikan hasil yang mengecewakan setelah penantian yang sangat panjang. Salah satunya adalah dengan menjadikan lahan kita yang ‘tidur’ menjadi lebih menggeliat dengan menghasilkan penghasilan tambahan bagi kita pemilik lahan, disamping keuntungan dari kenaikan harga properti itu sendiri.

Ada banyak cara yang dilakukan orang untuk meningkatkan produktivitas lahannya. Orang cenderung memiliki banyak kriteria terhadap tanaman yang ingin ditanamannya.

Syarat-syarat yang cukup ribet dan kompleks tersebut antara lain:

1. Tanaman memiliki nilai ekonomis yang tinggi

2. Masa tanam ke masa panen cenderung singkat

3. Perawatan relatif mudah, tidak gampang mati

4. Mudah mengamankannya dari pencurian

5. Fleksibilitas dalam skala pengembangan

Tidak banyak jenis tanaman yang secara ideal memenuhi semua kriteria diatas. Kita ambil saja contoh tanaman kayu jati yang nyata-nyata memiliki banyak sekali keunggulan.

Kayu jati sendiri adalah salah satu hasil hutan penghasil kayu yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi dan semua orang pasti paham dengan hal itu. Namun untuk menghasilkan kayu jati dengan kualitas jati Perhutani memakan waktu cukup lama, bahkan sampai 15- 20 tahun an. Dari sisi kemanan tanaman juga memunculkan problem sendiri. Bisa mengawal pohon jati agar tetap tumbuh selama tahun juga merupakan tantangan yang cukup berat, mengingat kayu tersebut adalah komoditas favorit pencuri atau pembalakan liar. Cukup ironis jika kita menunggu tanaman sampai 15-20 tahun terus dicuri orang.

Salah satu komoditas yang cukup memenuhi beberapa kriteria yang cukup rumit diatas adalah Gaharu atau Agarwood. Gaharu yang dikenal juga sebagai ‘Wood of Gods’ adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis dan Grynops yang banyak ditemukan di Indonesia, dan A. Subintegra yang berasal dari Thailand. Resin dari gaharu yang lebih dikenal orang sebagai gubal ini digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum dan setanggi) karena baunya yang harum.

Resin akan banyak diproduksi oleh gaharu yang terinfeksi sebagai metode untuk mempertahankan diri. Teknik menginfeksi gaharu bisa dilakukan secara rekayasa dengan jamur jenis fusarium dinamakan inokulasi. Semakin lama masa inokulasi akan membuat resin yang dihasilkan semakin pekat, dan harga nya semakin melambung tinggi.

Gaharu banyak diperdagangan dengan harga jual yang sangat tinggi (komoditas premium) terutama untuk gaharu dari tanaman famili Themeleaceae dengan jenis Aquilaria spp. yang dalam dunia perdangangan disebut sebagai gaharu beringin. Untuk jenis gaharu dengan nilai jual yang relatif rendah, biasanya disebut sebagai gaharu buaya. Selain ditentukan dari jenis tanaman penghasilnya, kualitas gaharu juga ditentukan oleh banyaknya kandungan resin dalam jaringan kayunya. Semakin tinggi kandungan resin di dalamnya maka harga gaharu tersebut akan semakin mahal dan begitu pula sebaliknya.



Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas besar, yaitu gubal, kemedangan, dan abu. Gubal merupakan kayu berwarna hitam atau hitam kecoklatan dan diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang memiliki kandungan damar wangi beraroma kuat. Gubal inilah yang membuat gaharu berhargasangat mahal. Komoditi gaharu sejak beberapa tahun belakangan ini mulai diminati karena beberapa alasan.

1. Memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi

Satu kilogram gubal gaharu berkualitas rendah harganya bisa mencapai 10 juta/ kg untuk kualitas yang biasa.

Sedangkan yang berkualitas super bisa mencapai 45 juta an per kilogramnya. Satu pohon gaharu bisa menghasilkan 1-2 kilogram gubal gaharu.

Permintaan pasar dunia akan gubal gaharu sangatlah tinggi dan hanya 20% nya saja yang terpenuhi. Dan kebanyakan masih diambilkan dari alam.

Hal inilah yang menyebabkan gaharu semakin langka. Apalagi setelah Pada tahun 1994, konvensi CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) di Amerika Serikat menetapkan bahwa pohon gaharu spesies A. malaccensis masuk ke dalam Appendix II, yaitu tanaman yang dibatasi perdangannya. Penetapan tersebut dikarenakan populasi tanaman penghasil gaharu semakin menyusut di alam yang disebabkan para pengusaha gaharu tidak dapat mengenali dengan tepat mana tanaman yang sudah mengandung gaharu dan siap dipanen.

Selama ini untuk mencari pohon penghasil gaharu, para pengusaha menebang puluhan pohon yang salah (tidak menghasilkan gaharu) sehingga jumlah pohon tersebut sangat berkurang.

Pada tahun 2004, Indonesia mengajukan agar semua penghasil gaharu alam yaitu genus Aquilaria dan Gyrnops dimasukkan ke dalam daftar Appendix 2 untuk membatasi perdagangannya sehingga perdagangan gaharu harus memiliki izin dari CITES dan dalam kuota tertentu. Hal ini dilakukan untuk memastikan spesies pohon gaharu alam dapat berkembang dan tersebar dengan baik.

Dengan kondisi seperti ini gaharu akan semakin langka, dan pengembangan gaharu dari budidaya mutlak harus digalakkan.

2. Masa panen yang cenderung singkat.

Berbeda dengan tanaman penghasil kayu seperti jati yang membutuhkan 15-20 tahun untuk menghasilkan kualitas jati yang bagus, gaharu memiliki usia panen 2 kali lebih cepat. Jenis A. Malaccensis hanya butuh 5-6 tahun untuk diinokulasi (diberikan inokulan agar bisa menskresikan gubal atau zat harum) dan bisa dipanen 2 tahun berikutnya. Bahkan untuk jenis A. Subintegra sudah bisa dilakukan inokulasi di tahun ke-4 nya dan bisa dipanen 2 tahun berikutnya.

Dan yang lebih menakjubkan dari gaharu adalah, semakin kita menunda masa panen gubal setelah dilakukan inokulasi akan membuat kualitas gubal gaharu semakin pekat dan kekuatan baunya yang harum semakin meningkat. Artinya harga jual perkilogramnya otomatis juga akan semakin meningkat.

3. Perawatan tanamanyang relatif mudah

Menanam gaharu sebagaimana menanam pepohonan kayu-kayuan lainnya relatif lebih mudah perawatannya. Tak perlu sistem irigasi yang rumit, cukup mengandalkan air hujan dan berikan pengairan Gaharu bisa tumbuh di range ketinggian tanah yang lebih lebar antara 0-850 m diatas permukaan laut. Pemilihan masa tanam yang tepat diawal musim penghujan akan lebih mempermudah perawatan.

Penanaman secara argoforestry atau ditumpangsarikan ke tanaman yang lebih tinggi juga sangat bagus diawal perkembangan gaharu yang hanya membutuhkan 60% penyinaran saja. Jadi jika Anda sudah punya tanaman yang sudah ada sebelumnya di lahan penanaman Anda akan membuat kualitas gaharu semakin baik.

4. Lebih aman dari pencurian

Bisa Anda bayangkan jika Anda menanam jati selama 20 tahun, dan ketika masa panen tiba Anda hanya bisa melongo dikarenakan jati Anda sudah dibalak orang terlebih dahulu sebelum Anda sendiri siap memanennya. Pasti sangat menyakitkan bukan.

Berbeda dengan tanaman hasil hutan yang siao jual begitu ditebang seperti jati, jabon, meranti dan sejenisnya yang rawan dengan pencurian, gaharu merupakan komoditas bernilai sangat tinggi, bahkan lebih mahal daripada jati yang jarang dilirik oleh pencuri. Hal ini dikarenakan gaharu tidak bisa langsung dijual begitu saja ketika masuk usia panen, masih butuh beberapa step lagi seperti inokulasi dan penanganan lagi untuk mendapatkan gubalnya.

Teknik-teknik ini memang mudah bagi ahli gaharu namun susah bagi pembalak liar yang minim pengetahuan yang cenderung ingin mendapatkan hasil cepat dan instan.

Meskipun begitu tanaman gaharu tetap harus kita lindungi dalam area tanam yang berpagar dari ulah-ulah tangan-tangan jahil manusia yang melakukan pengrusakan.

5. Skalabilitas penanaman yang lebih flexibel.

Tak perlu memiliki lahan yang berhektar-hektar untuk membudidayakan gaharu. Bahkan Anda bisa memaksimalkan lahan sempit di rumah Anda untuk menanam gaharu untuk skala ‘iseng-iseng’ atau coba-coba. Misalnya saja Anda menanm 10 buah bibit gaharu di taman-taman rumah Anda dan Anda sisihkan beberapa menit sehari untuk merawatnya. Hanya dalam kurun waktu 10 tahunan untuk gaharu lokal dan 7 tahunan untuk gaharu super (termasuk masa inokulasi) sudah membuat nilai tanaman gaharu Anda menjadi 10 juta an rupiah perpohonnya, dari harga bibit yang perbijinya hanya puluhan ribu saja. Potensi nilai jual gaharu dari 10 buah pohon saja sudah mencapai 10 x 10 juta = 100 juta rupiah. Sepertinya cukup untuk terbang bertamasya ke negeri sebelah bersama keluarga.

Para pengembang (developer) perumahan biasanya memiliki tanah yang cukup luas sebelum dikavling-kavling menjadi perumahan. Sangat saying jika tanah tersebut hanya dianggurkan, dibiarkan tidur sambil menunggu daerah tersebut ramai.

Belum lagi kalau Anda benar-benar serius menekuninya dalam skala yang lebih besar. Satu hektar areal penanaman atau seluas 10.000 meter persegi, muat untuk 2500 tanaman gaharu dengan kerapatan 1 pohon untuk 2 x 2 m2. Anda bisa coba kalkulasi sendiri potensi pendapatannya. Potensi nilai jual gaharu dari 1 hektar lahan bisa mencapai 2500 x 10 juta = Rp 25 M.

Nilai yang pastinya lebih dari cukup untuk mengkompensasi kenaikan inflasi selama masa tanam sampai dengan panen bahkan berlebih. Yang pasti tentu saja ditambah keuntungan dari kenaikan nilai aset properti Anda dalam hal ini tanah.

Dengan 5 kelebihan utama tadi, ditambah semakin melimpahnya informasi tentang gaharu mulai pembibitan, perawatan, inokulasi, pemanenan sampai dengan pemasaran membuat komoditas ini semakin dilirik dan menarik untuk ditekuni.

Semoga Sukses Dan Berkah Gan emoticon-Smilie
@saifulism
Yang lagi seneng-senengnya otak-atik Gaharu he he

Jangan lupa emoticon-Blue Guy Cendol (L) dan emoticon-Rate 5 Star ya Gan

Diambilkan dari tulisan pribadi dan beberapa sumber
0
11.2K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan